9.03.2013

Mau Tunggu Rusak?

source

Ada satu pertanyaan seorang teman yang membuka pikiranku dan mengajarkanku sesuatu.  Dia bertanya: 
"Kalau kamu beli alat elektronik atau semacamnya, kamu baca buku petunjuknya nggak?"

"Nggak, langsung aja pake." kataku dan kata teman di sebelahku lagi.

"Terus kalau barang itu rusak?"

"Ya, aku cari buku petunjuknya. Cari tau kenapa bisa rusak atau minimal cari tau gimana cara benerinnya."

"Nah itu deh manusia, setelah rusak baru nyari-nyari buku petunjuknya. Jarang banget yang berlaku sebaliknya. Sama kayak perlakuan kita ke Al-Qur'an."
DEG. Aku terdiam, kata-katanya--diam-diam--aku iyakan.
Mungkin ada beberapa teman yang membaca tulisan ini akan atau pernah merasakan hal yang sama. Kita seringkali nggak peduli dengan buku petunjuk yang sudah dibuat dan dikasih ke kita dari suatu barang yang kita punya. Buku itu ya asalnya dari si pembuat barang itu, penciptanya atau pabriknya deh. Tentunya buku itu dibuat supaya kita nggak salah pakai barang yang sudah dia buat atau minimal bisa mengoperasikannya dengan benar. 

Tapi, pada kenyataannya sering kebalik ya.. Kita sering menunggu tersesat, atau tunggu barangnya rusak. Mungkin kita terlalu ceria saat menggunakan barang-barang itu sampai terlalu sombong dan lupa untuk liat petunjuknya, atau justru terlalu berani untuk mencoba-coba?

Nah, sama tuh kayak buku pedoman yang udah dikasih ke kita tapi sering kita lupakan gitu aja. Ketika ada masalah, ada hambatan dan kita nggak tau jalan keluarnya baru deh buku itu kita cari-cari. Padahal penciptnya, Allah SWT sudah membuat itu secara khusus untuk menghindarkan kita dari kesalahana dan memberikan kita pedoman ke jalan yang benar. Eh tapi emang dasar kitanya mungkin ya yang sombong dan merasa sudah bisa?

Kenapa aku baru sadar sekarang? Kenapa aku masuk dalam jajaran orang-orang sombong itu ya? Astagfirullah.. :(

Ayuk lah mulai sekarang jangan jadi orang sombong, nggak mau buka petunjuk. Sok tau dan sok bisa. Sama-sama saling mengingatkan ya.. Nggak mau kan hidup kita rusak karena kesombongan atau ketidaktahuan kita? Apalagi yang kedua, nggak mau kan hidup kita yang sebentar ini jadi ajang coba-coba lalu tersesat?

No comments: