12.20.2010

Better 'wise' than 'smart'

Pernah dikritik? Absolutely, nggak ada orang yang nggak pernah dikritik, termasuk saya. Sebenernya, ini bukan kali pertama kritik serupa mampir di telinga saya. Tapi, justru itu yang membuat saya berpikir. Artinya, selama ini saya belum berubah. Semuanya bermula dari sikap saya, saya selalu ingin mengetahui lebih banyak hal dibandingkan orang lain. Entah, darimana sifat kompetitif itu muncul dalam benak saya. Saya pun berpikir menjadi lebih adalah suatu hal yang penting. Namun, disadari atau tidak orang-orang terdekat saya merasa betapa menyebalkan diriku ini. (Hehe)

Tentu saja, karena saya tumbuh menjadi seorang dengan habit 'bitching around', saya sendiri tidak menyukai orang seperti itu sebenarnya. Well, kembali pada kritikan yang dilontarkan kawan saya, saya pun menyadari how bad i'm. Siapakah saya? Apa hak saya untuk menghakimi orang-orang di sekitar saya?

Ketika saya mulai memikirkan itu semua, saya melihat orang-orang besar, orang-orang namanya diserukan dimana saja. Mereka yang telah besar dan tetap dengan kerendahan hati mereka. Saya tersadar, saya bukan siapa-siapa, apalagi menghakimi orang lain. Hal yang penting bagi setiap orang berbeda, dan tidak semua orang butuh dan mau tahu soal hal-hal yang saya anggap penting. Tidak semua orang senang ‘dikoreksi’, dan belum tentu yang saya koreksi itu merupakan hal yang tepat menurut orang lain. Saya pun paham bahwa sesungguhnya saya tidak tahu apa-apa, sehingga tidak berhak ‘membenarkan’ siapa-siapa. Saya juga tahu bahwa saya tidak lebih pintar dari siapapun, karena setiap orang punya bidangnya masing-masing, sehingga saya tidak berhak bersikap sombong terhadap siapapun. Saya seperti ditunjukkan secara tidak langsung bahwa jika belum bisa memberikan apa-apa, sebaiknya tidak terlalu banyak berkomentar tentang apapun.

Dan akhirnya saya belajar, menjadi bijak lebih baik dibandingkan menjadi pintar.

12.04.2010

Cari Pengalaman : Nulis VS Ngomong

Barusan pulang, dari SMA N 2 PPU. Ngapain? Ikut lomba nulis artikel. Tujuan? Tetep, selagi saya muda dan entah sampai kapan saya mengkategorikan diri sebagai usia muda, :D saya punya tekad ngumpulin banyak-banyak pengalaman.

Baiklah saatnya berkisah, simak ya ade-ade! :))

Tadi pagi, saya berangkat agak siangan. Ya, berhubung udah dapet dispensasi untuk hari ini saya pikir nggak masalah kalau datang siangan. Seperti biasa, angkot udah kayak fosil aja. Langka! Setelah nunggu sekitar 10 menit baru terlihat kenampakan tu batang hidung angkot (haha). Kali ini bukannya bakal telat, tapi pasti telat. Berhubung ada dispen, saya jadi super nyantai. Sesampainya di sekolah, udah banyak anak-anak berkerumun nulis nama di daftar telat. (ribet banget deh kalo berurusan sama yang namanya telat). Muka mereka panik, sebagian malu, tapi ada juga yang nggak sama sekali, sampe dikatain nggak tau malu. Ya ampun! Untung dia bukan saya. XD

Lalu, dengan riang gembira saya masuk gerbang. Nggak ada rasa cemas, karena saya udah punya alasan. Saya pun jelasin dengan panjang lebar, dan taraaa.. Saya tetep masuk hitungan telat. Kata beliau, "ngapain ke sekolah kalau ikut lomba? Kenapa nggak langsung ke sana?" yaudah, karena saya males ribut saya pun menulis nama di daftar telat walaupun nggak ikhlas sebenernya. Belum lagi minta tanda tangan guru piket dan BK yang mukanya sepet abis, padahal saya juga nggak ikut belajar kok hari ini. Pas ketemu guru pendamping lomba. Katanya, "Loh ngapain kesini?" dan saya cuman bisa bilang "Katanya berangkat bareng bu?" errgggh.. =&@%?!

Yaudah, saya ikhlasin deh untuk hari ini. T^T

Nggak lama setelah itu, kami berangkat. Nggak perlu nunggu lama karena sampe sana langsung pembukaan. Kemudian, panitia menginstruksikan peserta mading untuk pindah ke ruangan lain. Sementara artikel dan cerpen tetap berada di ruangan. Wah, nggak kebayang. Menurut saya ruangan itu cukup sempit, sementara saya lebih suka tempat yang lebih renggang setidaknya tidak juga harus terlalu luas. Sementara, di ruangan itu kurang bebas antar peserta saling sikut, termasuk saya. Jadi, di sepanjang sesi tulis menulis tadi entah berapa kata maaf yang terucap. (haha)

Ada satu hal yang membuat saya sedikit kaget, waktu yang diberikan 5 jam. Ya ampun! Mati kering selama itu. Bandingkan dengan lomba pidato, biasa saya hanya diberi 7-10 menit. Dengan semangat membara saya harus menggunakan waktu sesingkat itu untuk berbicara banyak. Sebenarnya inti menulis dan berbicara sama harus menggunakan waktu dengan se-efektif dan efisien. Tetapi, tentunya ada perbedaan. Dalam berbicara, biasanya saya sering melakukan improvisasi, dan pengalaman saya dalam menulis saya sulit melakukan hal yang sama. Saya sadar, kemampuan menulis saya masih standar, maka saya masih perlu banyak belajar. Hari ini saya senang, satu hal yang patut disyukuri karena saya punya kesempatan belajar dan tentunya kejadian lain di luar lomba. 

Cukup sekian aja ya ade-ade, sebenernya masih banyak yang pengen dicritain. Tunggu postingan selanjutnya ya di edisi cari pengalaman. Tetep semangat mencari sesuatu yang baru! Kita tidak akan pernah tau, sebelum mencoba.

12.02.2010

Dalam Masalah Selalu Ada Solusi

Sejak pukul 18.30 s.d. 21.45 saya belajar matematika. Ada hal yang saya pelajari malam ini, bukan cara bagaimana menghitung angka, ataupun menyusun rumus turunan. Saya mempelajari satu hal, yaitu tentang keputusasaan.

Selama hampir berjam-jam, saya hanya berkutat dengan satu jenis soal. Tentu saja menjenuhkan, saya gunakan cara pertama, gagal. Belum ingin menyerah, saya coba cara kedua, dan gagal. Sampai cara ketiga, keempat, dst. Saya belum juga menemukan titik temu. Rasa jenuh mendesak saya untuk berhenti, meninggalkannya. Tetapi, seperti biasa. Saya tidak puas, penasaran! Walaupun rasanya kepala ini ingin pecah, saya coba lagi dan lagi. Akhirnya, sedikit demi sedikit soal terpecahkan, dengan menggabungkan beberapa konsep dasar dan mengaplikasikannya.

Saya senang! Kenapa? Karena saya berhasil melawan keputusasaan. Terus mencoba dan pantang menyerah. Saya selalu ingat perkataan guru saya, "Orang yang tidak menemukan jawaban suatu masalah adalah kebanyakan orang yang berputus asa." Kalimat yang punya makna besar, saya percaya dan yakin. Ada banyak jalan ke Roma, jadi setiap masalah selalu ada jalan keluarnya. Jangan pernah menyerah dan putus asa! :)

No pain no gain.

BERKAH :D


Kenapa judulnya berkah? :D

Well, soalnya 2 hari ni saya dapat berkah. Mau tau apa? Pertama, kemarin, tepatnya Rabu, 1 Desember 2010 telah terjadi sebuah tragedi ( :D lebay) nyemplungnya sepatu saya ke dalam setumpuk pasir. Ini bukan sembarang pasir, pasir ini basah dan menghanyutkan alhasil sepatu saya nyungsep gitu aja, tenggelem dan nggak nampak tentunya. Ceritanya nih saya mau lewatin trotoar yang sedang dalam proses pembangunan. Tapi, saya mikir, terlalu jauh kalau kudu loncat, jadinya saya putuskan untuk loncat di tengah-tengah, yap! Di tumpukan pasir. Daaan.. Eng ing eng, kaki saya jadi victim. Gimana dengan kaos kaki? Nggak usah ditanya deh, pastinya basah penuh pasir! Errgh.. Kesel? Pastinya, niatnya cepet-cepet eh malah telat juga. Lebih nggak enak lagi di kelas, jadi bahan ketawaan. Emang sih konyol, di pagi hari yang ramai dengan huru-hara penghuni smansa, saya ribet ngorek-in pasir. Nyari sepatu! :D

Kedua, hari ini. Kamis, 2 Desember 2010. What happened? Hari ini saya nggak telat, seenggaknya nyampe 1 menit sebelum bel sekolah yang semenjak ISO jadi aneh (mulai dari musik-musik gitu, pemberitahuan di bandara sampe ala headline news tv) udah berkah banget. Seperti biasa, udah ada guru BK yang stay deket ruang piket, tugasnya nyodorin tangan ke siswa-siswi (sungkeman a.k.a salim). 

Nggak ada tanda-tanda aneh, abis salim ditanyain deh, "kaos kaki putih nggak?" "Putih dong bu!" jawab saya dengan senyum riang dan sedikit angkat rok (cuman buat nunjukin). Kemudian berlalu deh saya. Eh, belum nyampe 3 langkah, nama saya dipanggil. "Eh ayu, itu pink-pink apa?" teriak bunda. Jederrrr.. Ada petir menyambar, dan mata guru BK memusat di kaki kiri saya. "Sini!" Hadoh! Sebenernya saya mau kabur tapi berhubung banyak guru, menurutlah saya. Dengan penuh ketidakrelaan, saya taruh deh tu kaos kaki (baru sodara-sodara, baru!) di tengah tumpukan kaos kaki yang lain. :& kabarnya kaos kaki itu bakalan dibakar. :'(

Lengkap sudah! 2 berkah yang saya dapat. No shoes! No shocks! :D