9.03.2013

Bagaimanapun Saya Cinta Indonesia!

Pernah nggak kalian lihat, ada banyak orang Indonesia yang menghina Indonesia itu sendiri? 

Negara ini bobrok! Negara ini begini, negara ini begitu! Pernah? Atau justru terlalu sering? Aku pernah ngobrol dengan seorang teman waktu itu.

"Kamu tau nggak, kita baru merasa memiliki sesuatu kalau kita sudah kehilangan itu." Kataku.

"Sama kayak negeri ini ya.." Tambahku.

"Mungkin sesekali kita harus pergi meninggalkannya, baru kita akan benar-benar merasakan cinta kita sama negeri ini." Katanya yang sama persis dengan apa yang ku pikirkan.

"Iya, coba deh sekali-kali mereka pergi dari negeri ini dan rasain gimana bedanya nggak di negeri sendiri."

"Iya, masa mau nggak cinta, kita kan makan dari apa-apa yang tumbuh dari tanah di negeri kita ini."

"Tapi aku heran loh, banyak orang yang menuntut negeri ini maju, berubah, tapi mereka sendirilah justru perusaknya."

"Bener, kebanyakan mereka itu cuma menuntut. Kan kalau memang mau berubah, ya mereka harus berubah juga."

"Itu namanya apolitis, menuntut perubahan tapi nggak mau jadi bagian dari perubahan itu sendiri."
Itu adalah percakapan kecil yang pernah aku lakukan di sela-sela waktu menunggu. Kurang lebih isinya begitu.

Aku jadi teringat dengan kata-kata Mahatma Ghandi, "Kita harus menjadi bagian dari perubahan yang ingin kita lihat dari dunia." Sepakat! Banyak loh, orang di dunia ini yang selalu menuntut perubahan tapi justru dirinya sendiri nggak perrnah berusaha untuk berubah. Contoh sederhananya nih, kita tau limbah sampah di Negeri kita ini sudah sedemikian banyaknya. Nah, kan banyak tuh yang menuntut lingkungan kita bersih. Tapi, pada kenyataannya mereka sendirilah yang justru membuang sampah sembarangan. Lalu dengan gaya patriotisme berkoar-koar menuntut pemerintah untuk menyelesaikan masalah yang sebenarnya mereka buat sendiri. Bahkan kata temenku tadi ada saja orang yang membuang sampah (sofa bekas) di sungai. Luar BIASA!

Aku sendiri pernah menjadi saksi kedangkalan cara berpikir seorang mahasiswi. Waktu itu, entah aku atau siapa sedang kebingungan mencari tempat sampah. Lalu tiba-tiba saja ada mahasiswi yang nyeletuk, "Buang aja di situ, sembarang aja. Indonesia kan tempat sampah!" Begitu katanya. Aku benar-bena miris dan sedih mendengar ungkapannya tersebut. Entah karena pemikirannya atau karena Indonesia yang dia katakan tempat sampah. :(

Terlepas dari pemikiran idealisku dan teman mengobrolku tadi, aku yakin mahasiswi yang berbicara seperti itu adalah orang yang apolitis. Aku yakin dia pasti dan sudah jelas mau jika Negeri tempat dia tinggal atau minimal tanah tempat dia berpijak itu bersih dari sampah. Tapi pemikirannya itu jelas-jelas menunjukkan dia bukan orang yang turut menjadi bagian untuk menjadikan Negeri ini bersih dari sampah.

Itu hanya contoh kecil. Mungkin ada banyak sekali contoh-contoh sikap apolitis kita dalam kehidupan sehari-hari. Maka pikirkanlah sekali lagi. Kenapa kamu membenci Negeri ini? Mungkin karena kamu terlalu banyak menuntut sementara kamu belum menjadi bagian dari perubahan yang ingin kamu lihat. Pikir! Pikir! Pikir! 

Apa perlu kamu kehilangan Negeri ini dulu baru kamu merasa 'memiliki'?

Bagaimanapun, aku akan tetap mencintai negeri ini. Dan jika aku menginginkan kehidupan yang lebih baik itu berarti aku telah siap untuk menantang diri sendiri untuk menjadi bagian dari perubahan itu. Dan langkah pertama unutk mengubah dunia adalah "mengubah diri sendiri".



No comments: