9.30.2013

Buku Gue Farmasis Muda Versi Cetak

Yeeeeeee........ (ada apa ya?)

Sebenernya aku lagi pusing, seperti biasa lah abis ngerjain rutinitas mahasiswa farmasi--yang hampir di seluruh Indonesia mirip-mirip aja. Bahkan, bapak SekJen IAI aja tau loohh.. Bapak SekJen? Oh, wait!

Jadi ceritanya, salah satu acara besarnya Program Studi Farmasi UNLAM, yaitu Seminar Nasional telah selesai dilaksanakan pada hari Sabtu 28 September di Aula Bapeda Banjarmasin. Acara ini sukses menghadirkan, Wamenkes RI Prof. Gufron, SekJen IAI Pusat, Drs. Nurul dan DirJen Binfar & Alkes Dra. Maura Linda. Keren-keren kan pembicaranya?

Itu semua harus dibayar dengan usaha keras para panitia loh. Meskipun aku tidak terjun langsung sebagai panitia lapangan--sebagai SC proker himpunan--tapi juga turut merasakan susah payahnya sampai acara ini berlangsung. 

Nah, saat Pak SekJen menyapa kami para mahasiswa farmasi, beliau banyak menyinggung rutinitas mahasiswa farmasi seperti menulis laporan, pretest, postest, jurnal, bahakan copy-paste laporan juga beliau sebutkan. Nggak bisa dibantah, guyonan beliau membuat sebagian besar dari kami--terutama mahasiswanya--tertawa. "Aaaa.. Bener semua! :D" Bahkan beliau aja tau, nggak heran bisa disimpulkan nasib anak farmasi itu mirip-mirip aja *lirik laporan yang belum kelar*.


Haha. Udah dulu intro-nya. Sekarang kita kembali membahas topik utama dari postingan kali ini, yaitu Buku Gue Farmasis Muda versi cetak.

9.19.2013

Go Down Fighting Yu!


Setelah sekian lama akhirnya persembunyianku terbongkar, pertahanan yang sudah dibangun kuat-kuat akhirnya runtuh, hari ini. Mungkin bisa dibilang selama ini aku berbohong atau ya, sekedar menahan diri. Mungkin boleh dikatakan seperti itu. Apakah kebohonganku termasuk kejahatan atau bukan, aku tak tau. Terserah bagaimana orang lain menilainya. Aku hanya, mencoba bertahan. 

Bahkan untuk menunjukkan hal seperti ini saja aku tidak boleh. Begitulah pesan para tetua yang selalu mewanti-wanti. Tapi, untuk kali ini biarlah jika aku dianggap berdosa. Aku lega, juga sedikit merasa payah di saat yang bersamaan. Selama ini aku lah orang yang selalu berkata untuk kuat, sabar, dan tetap berjuang. Namun, hari ini rasanya aku seperti pendusta besar. Biarlah, mungkin hari ini benteng ku sedang berlubang.

Menangis di depan orang lain itu bukanlah kegiatan yang menjadi favoritku, bukan. Aku justru orang yang sangat membencinya. Tapi, taukah kamu? Terkadang, ada banyak hal yang sulit sekali untuk diungkapkan dengan kata-kata. Bahkan untuk mengeluarkan kata 'tidak' saja seperti anak kecil yang baru belajar bicara.

9.17.2013

Girls are Like Apple



Girls are like apples on trees.
The best ones are at the top of the tree.
Boys don't want to reach for the good apples because they afraid of falling and getting hurt.
Instead they get the rotten apples from the ground that aren't as good, but easy.
So the apples at the top think something is wrong with them, when in fact they are amazing.
They just have to wait for the right boy, the one who will risk everything, who's brave enough to climb all the way up to the top of the tree.


Have you ever feel none likes you? Yes, I've ever. Then, Have you ever think that there is something wrong with you? Yes, I've ever.

Aku pernah. Aku pernah merasakan tidak ada satu orang pun yang menyukaiku dan merasa ada sesuatu yang salah padaku. Dulu, ketika SMA aku selalu merasa begitu. Mungkin itu menjadi salah satu alasan sikapku yang jadi senang mencoba-coba. Mindset yang salah, astagfirullah. Bahkan guruku juga pernah berpesan hal yang sama padaku. Tapi, mungkin bukan aku jika tidak keras kepala. 

Namun pada akhirnya setelah banyak rangkaian coba-mencoba yang pernah ku lakukan aku pun tersadar, aku tidak mendapatkan apa-apa dengan semua yang aku lakukan, dan aku tau dengan jelas "ini salah".

Melayani Dengan Hati



Ia jelas boleh dikatakan tidak lagi muda, mungkin kira-kira usianya di atas 50 tahun atau setidaknya mendekati itu. Begitu pula dengan istrinya. Kehidupan mereka terlihat amat sederhana, tetapi justru menarik hatiku.

Ketika pertama kali bertemu dengan kedua pasangan suami istri ini. Aku disambut dengan senyum ramah. Dengan sigap mereka menawarkan untuk masuk ke dalam rumah mereka, namun ku tolak karena tidak ingin merepotkan. Rumah mereka biasa-biasa saja. Tapi aku merasa seperti tamu yang amat istimewa di kediaman sederhana mereka tersebut.

Ku utarakan maksud dan tujuanku menemui mereka. Ah, mereka tentu amat senang mendengarnya. Kami menyatakan beberapa permintaan, dan dalam sekejab saja pria itu iya-kan. Benar-benar negosiasi yang singkat dan mudah. Seandainya birokrasi di Negeri ini macam begini prosesnya.

Pria tersebut dan istrinya adalah seorang penjual balon gas. Tidak seperti kebanyakan penjual jasa, aku merasa mereka punya daya pikat yang berbeda. Mereka tidak hanya menjual jasa dan barang mereka. Mereka lebih dari itu, mereka juga melayani dengan hati.

Menangis? Nggak Salah Kok


[source]
Menangis merupakan bentuk respons seseorang ketika sedang sedih (kebanyakan), dan bahagia (kadang-kadang).

Ketika berbicara soal menangis, biasanya kita akan cenderung memikirkan kaum hawa-lah pelakunya. Memang kaum perempuan terkenal dengan kesensitifan dan kelembutan hatinya sehingga lebih mudah menitikkan air mata baik itu karena sedih ataupun karena terharu. Bagaimana tanggapan kalian terhadap perempuan yang menangis? Terlihat cengeng ya?

Ya, mungkin sebagian besar orang menganggap orang yang menangis itu cenderung cengeng, rapuh, dan terlalu lemah. Mungkin ya.. Bahkan terkadang banyak orang beranggapan orang yang sudah dewasa apalagi laki-laki itu dilarang menangis. "Malu-maluin!" begitu pengakuan seorang teman kepadaku.

Tapi taukah kalian kalau menangis itu nggak salah kok. Justru ketika menangis kita bisa melepaskan beban-beban yang ada di hati. Menangis bisa menimbulkan suatu perasaan lega. Ya, ajaibnya, menangis secara tidak langsung bisa menyehatkan jiwa kita. Jadi kenapa tidak untuk menangis? Mungkin hal yang perlu diperhatikan adalah waktu dan tempat yang tepat untuk menangis.

9.12.2013

Kenapa Jalan Terus?

Kadang pernah nggak telintas di benak kalian, kenapa sih aku ngelakuin hal ini? Kenapa sih aku tetap di jalan ini ketika aku merasa tertekan, merasa tersiksa dan merasa melakukan hal-hal yang sangat melelahkan?

Mungkin ada saat-saat dimana kita dihadapkan dengan situasi semacam itu. Rasanya ingin menyerah, rasanya ini berhenti. Tapi, itu tidak pernah terjadi.

Kenapa?

Kenapa jalan terus? Kenapa kita bertahan?

Mungkin jawabannya adalah satu.

Yes, I'm happy.

Ini menyakitkan, ini melelahkan, tapi aku bahagia.

9.11.2013

Saya Lagi Serius

Lagi serius yaa.. Iya ini serius banget, makanya disimak dengan baik ya. Aku sedang menggiatkan diri untuk menulis tulisan sebanyak-banyaknya. Salah satu media untuk itu adalah menulis di blog ini. Jadi entahlah sejak kapan aku punya keinginan unutk jadi seorang penulis. Karena katanya, kalau kita bukan anak raja atau ulama maka menulislah.

Menurutku pribadi, daripada banyak hal-hal bersliweran di kepalaku begitu saja dan terlupakan maka lebih baik aku tuliskan di sini. Syukur-syukur ada yang mau membaca, bisa membuka pikiran dan memberi manfaat. 

Fokus hal-hal yang ingin aku tulis di sini semenjak awal pembuatan blog ini adalah tentang ajaibnya MIMPI. Makanya pembaca aminkan dong semoga aku bisa menggapai semua mimpi-mimpiku dan berbagi ceritanya disini. :D

Nah, jadi mulai sekarang.. Silahkan di komentari, diberi saran supaya tulisannya lebih bagus dan lebih enak dibaca. Insya Allah aku akan terus memperbaiki diri. Asal jangan dikritik aja, kan geli dikritikin. :D

Loh katanya lagi serius? Kok begini? :D Iya, niatnya kok yang serius. :) Jadi mohon bantuannya yaa..

9.08.2013

Happiness Is Perfume

Pernah nggak kalian ngasih sesuatu ke orang lain? Apa rasanya? Apa rasanya ketika kalian memberi sesuatu ke orang lain dan orang itu sangat senang menerima pemberian dari kita?

Apakah kamu senang?

Dulu sewaktu kecil bahkan hingga dewasa, kejadian ini sering terjadi. Ketika ada makanan di meja makan dan itu tinggal sedikit, aku bertanya kepada Ibuku. "Ibu mau? Ibu sudah makan?" dan seketika itu juga Ibuku berkata, "Ibu sudah makan, ibu kenyang. Makanlah.."

Sewaktu kecil aku percaya kata-kata Ibuku tersebut, tapi belakangan aku tau sepertinya Ibu sering berbohong. Ibu adalah orang yang selalu paling awal menyiapkan makanan, tetapi beliau selalu menunggu giliran akhir untuk makan. Bahkan terkadang hanya mendapat bagian yang tidak cukup banyak. Tapi beliau tidak pernah mengeluh, biasa saja.

Begitupun dengan Bapak. Ibu selalu menyebut Bapak adalah sosok pria yang pandai nyeker, atau bermakna pintar mencari rezeki. Aku sendiri memandang sosok Bapak sebagai pria multi talent. Pengalaman beliau amat banyak, setiap kali aku tidak tau sesuatu, beliau lah tempat bertanya. Beliau juga orang yang selalu membantuku membuat prakarya tugas sekolah. Beliau orang yang pandai bergaul, pandai bicara, dan pandai apapun. Hanya saja satu, beliau adalah orang yang sangat keras.

9.07.2013

Sssstt! Suka Sama Kamu :)


Ya seperti biasa lah, kalau lagi bosen nge-stalk TL temen. Tapi palingan yang distalk juga TL nya cecunguk dua ini --> Mira atau Nisa. Kali aja ada sesuatu yang seru dan heboh. Dan sore ini liat TL Nisa yang dihiasi dengan sebuah lirik lagu dengan beberapa sensor. Nggak ngerti juga sih kenapa. :P

Karena aku penasaran, aku copas deh lirik tersebut sepaket dengan sensor-sensornya =.=". Nah munculah sebuah judul lagu Nidji Rahasia Hati, 5 cm OST. Dan teringatlah aku akan keingintahuanku tentang lagu Nidji ketika nonton film 5cm itu. Aku curiga.. Ternyata emang ini lagu yang aku cari-cari selama ini! Makasih Nisa *lebay :D

Lirik favoritnya ada di: 
Andai matamu melihat akuuuu.. Terungkap semua isi hatikuuu..
 
Nggak lagi jatuh cinta atau berbunga-bunga sih, nggak. Ketika denger lagu ini malah keingetan tentang rasanya kalau suka sama orang diem-diem. :D Maklum lah ceritanya di 5cm kan gitu. Lucu sih cuman kadang-kadang sedih juga.

Suka diem-diem ini nih kerjaan waktu SMA, hehe. Ya mungkin kadang sampai sekarang masih beberapa kali dilakukan. Cuma ya itu diem aja, karena kalau orang tau juga nggak ngerti mau diapakan. Lah, masih mentah gini, belum jadi apa-apa, belum jadi siapa-siapa. Masih menimba ilmu buat bekal hidup ke depannya nanti.

Pada Sebuah Ruang Kelas Bernama Pernikahan

Tulisan ini aku ambil dari sini. Aku suka sekali dengan tulisan ini dan sering sekali aku baca berulang-ulang. hehe


Pada Sebuah Ruang Kelas Bernama Pernikahan

Marriage (noun): legal union of a man and woman as husband and wife.

Marriageable (adjective): old enough or suitable for marriage

Marry (verb): take somebody as a husband or wife; join as husband and wife; find suitable partner for

Married (adjective): having a husband or wife

(Oxford Pocket Dictionary)


Di umur 23 tahun, kata ”pernikahan” adalah kata yang terasa tak pas untuk dilekatkan pada diri saya. Tidak sebagai kata benda. Tidak sebagai kata sifat. Tidak juga sebagai kata kerja.

Mungkin karena saat itu saya pikir umur saya masih kelewat muda. Mungkin karena saya tengah senang-senangnya bekerja, diselingi bermain dan berkumpul bersama teman-teman saya. Mungkin karena saat itu—seperti dalam kumpulan esai karya Ayu Utami yang berjudul Parasit Lajang—konsep membentuk keluarga tampak begitu tak efisien bagi lajang seperti saya yang masih menumpang di rumah orangtua.

Mungkin karena saya pikir saya masih kelewat egois dalam banyak hal yang saya inginkan. Mungkin juga karena saya tak pernah mencantumkan kata ini dalam daftar target, resolusi, harapan, ataupun mimpi yang ingin saya capai tahun ini, sehingga saya juga sama sekali tak pernah memacu—ataupun memaksa diri saya sendiri untuk mencoba mengenakan kata ini dalam diri saya. Atau mungkin karena saya kelewat nyaman saja dengan keadaan saat itu, dan punya banyak keengganan dan kecemasan akan suatu perubahan.

Apapun itu—it just didn’t fit.

***

Menunggu Dia

Makan sehari bisa sekali. Mau tidur nggak enak. Bangun tidur keingetan juga nggak enak. Jantung rasanya berdebar-debar kalau ingat dia, serasa lompat ke sana ke mari kegirangan. Eh tapi jangan salah, si empunya jantung bukannya senang. Tapi gugupnya minta ampun..

Aku sedang benar-benar gugup menunggu, menunggu kedatangannya. Segala persiapan dilakukan, aku harus tampak benar-benar siap pada hari itu. Aku tidak boleh terlihat kurang persiapan, aku juga harus tampil prima dan bisa mengupayakan hal terbaik yang bisa aku berikan.

Ku hitung mundur hari demi hari menjelang hari H tersebut. Jalan ke sana jalan ke sini. Aku sudah terlihat seperti gosokan ibu-ibu menjelang hari kerja. Sibuk! Sesekali mengusap kepala, menggaruk-garuk rambut yang tidak gatal sama sekali dan sesekali menghembuskan napas panjang. Fiuuuuuuuuuuuuuuuuuuuhhhhhh...

Bosan, suntuk. Pergi ke kamar mandi keramas, mungkin kepala bisa mendingin dan mengencerkan kembali ide-ide yang membeku untuk melakukan sesuatu yang berkesan di hari H itu. Sejenak kegalauannya hilang, lalu bercermin sebentar. Lalu berpikir lagi, "Sudah siap ketemu dia?" Ah belum, kata hatiku.

9.04.2013

Ketika Saya Diam


Ketika saya diam, kemungkinan yang terjadi pada saat itu ada dua. Satu, saya sedang marah. Dua, saya sedang tenggelam dalam perasaan saya sendiri.

Ketika saya diam, maka biarkanlah saya tetap diam. Kamu tak perlu bertanya saya kenapa. Mungkin tidak seperti manusia lainnya. Entah mengapa, saya hanya ingin didiamkan saja. Mungkin ketika itu saya sedang mencari waktu untuk sendiri.

Saat marah saya akan diam, atau bahkan tiba-tiba saja pergi meninggalkan tempatku berdiri saat itu juga. Saya hanya ingin berlari, menyembunyikannya. Ketika saya begitu maka jangan banyak bicara, diamlah. Saya juga akan diam, karena bagi saya saat marah sebisa mungkin harusnya saya diam. Jika sedikit saja saya bicara bisa jadi akan sangat menyakitkan. Maka jika saya marah, biarkan saya diam. 

Jika saya sedang tenggelam dalam perasaan diri saya sendiri juga biarkanlah saya untuk tetap diam. Biarkan saya mengais serpihan semangat dalam jiwa saya sendiri, ketika saya sedang dalam dunia "diam" itu. Jadi jangan banyak bertanya. Dan jangan menambah pelik suasana hati saya dengan ocehan-ocehan "diri anda". Karena itu membuat saya justru ingin berteriak keras saat itu juga.

Saya tidak ingin menyakiti siapapun, saya hanya butuh diam, mencari waktu untuk diri sendiri, kemudian kembali menemukan diri saya. Maka pahamilah diam saya, dan maafkanlah jika diam saya justru menyakiti.


Rekonstruksi Mimpi


Rekonstruksi mimpi, itulah hal yang aku lakukan tadi malam. Menuliskan mimpi agar menjadi kenyataan itu sepertinya memang bukan teori semata. Karena aku sudah membuktikan banyak hal yang aku tuliskan memang benar-benar tercapai pada akhirnya--cepat atau lambat. Mengapa bisa begitu ya? Mungkin karena dengan menuliskan mimpi-mimpi kita itu berarti mendekatkan kita dengan mimpi itu. Dalam bentuk tulisan juga lah kita bisa mengingatnya dan menghidupkkannya. Karena aku sadar betul ketika mimpi itu tidak dituliskan maka perlahan-lahan ingatan akan mimpi itu akan lenyap, padam. Bagaimana bisa diwujudkan jika diingat saja tidak? :)

Kenapa aku katakan rekonstruksi? Sebelumnya izinkan aku sedikit bercerita ya.. Oh ya, kadang aku  menyamakan mimpi dengan sebuah target--supaya yang baca nggak bingung.  Jadi sejak SMA aku sudah mulai menuliskan impian-impianku sedikit demi sedikit. Waktu itu belasan, dan mungkin sampai sekarang hanya tersisa 1-2 saja yang belum tercapai. Ketika aku melihat catatan itu lagi, rasanya begitu ajaib, "sudah terwujud semua ya? :)"

Kemudian, aku terus melanjutkan untuk menuliskan mimpi-mimpi itu kembali ketika kuliah--sekarang. Ada sekitar 100 lebih mimpi yang ingin aku wujudkan waktu itu. Ekstrim? :D Sudah ada beberapa yang terwujud dan berubah menjadi sekedar coretan kok, bukan sekedar mimpi lagi. Bahkan ada yang tercapai dengan hasil lebih dari yang aku tuliskan. See? :)

9.03.2013

Bagaimanapun Saya Cinta Indonesia!

Pernah nggak kalian lihat, ada banyak orang Indonesia yang menghina Indonesia itu sendiri? 

Negara ini bobrok! Negara ini begini, negara ini begitu! Pernah? Atau justru terlalu sering? Aku pernah ngobrol dengan seorang teman waktu itu.

"Kamu tau nggak, kita baru merasa memiliki sesuatu kalau kita sudah kehilangan itu." Kataku.

"Sama kayak negeri ini ya.." Tambahku.

"Mungkin sesekali kita harus pergi meninggalkannya, baru kita akan benar-benar merasakan cinta kita sama negeri ini." Katanya yang sama persis dengan apa yang ku pikirkan.

"Iya, coba deh sekali-kali mereka pergi dari negeri ini dan rasain gimana bedanya nggak di negeri sendiri."

"Iya, masa mau nggak cinta, kita kan makan dari apa-apa yang tumbuh dari tanah di negeri kita ini."

"Tapi aku heran loh, banyak orang yang menuntut negeri ini maju, berubah, tapi mereka sendirilah justru perusaknya."

"Bener, kebanyakan mereka itu cuma menuntut. Kan kalau memang mau berubah, ya mereka harus berubah juga."

"Itu namanya apolitis, menuntut perubahan tapi nggak mau jadi bagian dari perubahan itu sendiri."
Itu adalah percakapan kecil yang pernah aku lakukan di sela-sela waktu menunggu. Kurang lebih isinya begitu.

Aku jadi teringat dengan kata-kata Mahatma Ghandi, "Kita harus menjadi bagian dari perubahan yang ingin kita lihat dari dunia." Sepakat! Banyak loh, orang di dunia ini yang selalu menuntut perubahan tapi justru dirinya sendiri nggak perrnah berusaha untuk berubah. Contoh sederhananya nih, kita tau limbah sampah di Negeri kita ini sudah sedemikian banyaknya. Nah, kan banyak tuh yang menuntut lingkungan kita bersih. Tapi, pada kenyataannya mereka sendirilah yang justru membuang sampah sembarangan. Lalu dengan gaya patriotisme berkoar-koar menuntut pemerintah untuk menyelesaikan masalah yang sebenarnya mereka buat sendiri. Bahkan kata temenku tadi ada saja orang yang membuang sampah (sofa bekas) di sungai. Luar BIASA!

Wanita : Tiang Negara

Aku suka sekali dengan kata-kata ini:

Nabi Muhammad Rasulullah bersabda bahwa “Wanita adalah tiang Negara!”. Hancur atau majunya suatu Negara tergantung bagaimana kondisi perempuan yang ada di dalamnya.

Seorang penyair bahkan mengatakan bahwa seorang ibu ibarat sekolah, apabila kamu siapkan dengan baik. Berarti kamu menyiapkan satu bangsa yang harum namanya.

Tidak heran jika muncul ungkapan, dibalik kelembutan seorang wanita ia bisa mengayunkan buaian di tangan kanan dan mengguncang dunia dengan tangan kirinya.

Dikutip dari sini

Sebagai seorang perempuan, bangga tidak? Nasib bangsa ada di tangan kita! Coba lihat! Mungkin sesaat kita patut untuk berbangga diri. Para pemimpin-pemimpin hebat, siapa yang melahirkan mereka? Wanita.

Eit! Tunggu sebentar! Coba kita pikir ulang. Bagaimana nasib bangsa kita? Bagaimana kondisi wakil-wakil rakyatnya? Banyak tikus berdasinya? Lalu, siapa yang melahirkan para tikus berdasi itu? Wanita.

Hijab : Bara Api Bagi Muslimah

Catatan ini ku tulis pada tanggal 12 Agustus 2012 di Evernote.
Hari itu, ku pandangi gadis itu dengan banyak tanda tanya di kepalaku. Aku sungguh ingin tau, tidakkah ia merasa sangat biasa? Gadis itu adalah seorang muslimah dengan jilbab lebar terurai, rok lebar dan baju panjang yang mencapai lututnya itupun masih ia selubungi lagi dengan sebuah baju tebal. Ia nyaris tak berbentuk, kataku dalam benak.

Ia seperti sedang berkabung, hanya kain-kain berwarna hitam yang membalut tubuhnya. Di siang hari yang sangat terik seperti ini, apakah ia tak merasa kepanasan? Apakah ia seorang pecinta jejepangan atau emo yang tidak suka dengan indahnya warna-warni layaknya gadis-gadis pada umumnya? Sekelibat pertanyaan-pertanyaan itu selalu muncul ketika aku melihatnya. Ia sungguh tampak sangat biasa, selapis bedak pun tak ku lihat menempel di wajahnya. Mungkin tak ada orang yang tertarik sama sekali untuk melihatnya. Tapi, pemandangan aneh seperti itu justru membuatku tertarik. Aku ingin tau, apakah semua perkiraanku itu benar atau ada sesuatu yang tidak ku pahami?

Dari situlah aku terus mencari tau sedikit demi sedikit. Ku baca banyak artikel, hingga ku temukan satu kata yang menjawab semuanya. Hijab. Namun setelah ku cari tau lebih jauh, betapa aku merasa seperti tertampar, tertohok dan merasa sangat malu. Ternyata apa yang ku bayangkan selama ini salah. Ternyata aku lah justru manusia yang tak tau apa-apa.

Mau Tunggu Rusak?

source

Ada satu pertanyaan seorang teman yang membuka pikiranku dan mengajarkanku sesuatu.  Dia bertanya: 
"Kalau kamu beli alat elektronik atau semacamnya, kamu baca buku petunjuknya nggak?"

"Nggak, langsung aja pake." kataku dan kata teman di sebelahku lagi.

"Terus kalau barang itu rusak?"

"Ya, aku cari buku petunjuknya. Cari tau kenapa bisa rusak atau minimal cari tau gimana cara benerinnya."

"Nah itu deh manusia, setelah rusak baru nyari-nyari buku petunjuknya. Jarang banget yang berlaku sebaliknya. Sama kayak perlakuan kita ke Al-Qur'an."
DEG. Aku terdiam, kata-katanya--diam-diam--aku iyakan.
Mungkin ada beberapa teman yang membaca tulisan ini akan atau pernah merasakan hal yang sama. Kita seringkali nggak peduli dengan buku petunjuk yang sudah dibuat dan dikasih ke kita dari suatu barang yang kita punya. Buku itu ya asalnya dari si pembuat barang itu, penciptanya atau pabriknya deh. Tentunya buku itu dibuat supaya kita nggak salah pakai barang yang sudah dia buat atau minimal bisa mengoperasikannya dengan benar. 

9.02.2013

Semester 5

Bahkan ketika tulisan ini dibuat, aku masih belum tau sebenarnya kapan perkuliahan semester 5 ini akan dimulai.Seperti biasa kabar yang datang simpang-siur. Ada yang mengatakan perkuliahan dimulai hari ini, ada yang mengatakan tanggal 9. Tapi, di website resmi fakultas justru dikatakan tanggal 7. Jadi, mana yang benar? :|

Ok, kita skip aja persoalan kapan perkuliahan ini dimulai. Kalau kuliah ya datang, kalau tidak ya tidak. :D 

Semester 5. Apa yang terpikir di benakku ketika kata-kata ini mampir di telinga? Pasti seringkali kita berkata, nggak kerasa ya sudah semester 5. Sekarang adek tingkatnya udah 2 angkatan. Apakah kita harus menjalani hidup seperti itu? Maksudku di sini adalah, kenapa banyak orang bahkan termasuk aku sering mengatakan 'nggak kerasa'? Apakah memang nggak ada hal-hal yang benar-benar bisa membuat kehidupan selama 4 semester ini bermakna dan menjadi 'terasa'? :D

Coba pikirkan, banyak hal-hal yang mungkin terlihat sulit untuk dijalani namun pada akhirnya bisa juga kita lewati.

9.01.2013

Helo September!

Helooo.. finally it's September rite?

Nggak kerasa, bulan ini akhirnya datang juga. Ini adalah bulan yang tidak diharapkan sekaligus bulan yang dinantikan. Bagaimana bisa? Ok, ini dia ceritanya..

Sebelumnya, pantengin buku agenda kepunyaanku dulu untuk bulan ini. 


Gimana? Mata kamu masih baik-baik aja kan? Ngerti? Nggak ya? Iya, aku juga kadang-kadang nggak ngerti kok sama tulisan aku sendiri--di atas--saking banyaknya coretan di sana. Yang mana yang bener dan yang mana yang udah direvisi kadang nggak jelas. Tiap revisi pake warna pulpen yang berbeda biar inget, tapi pada akhirnya malah bikin bingung.

Coba liat, hampir semua hari sabtu dan minggunya ada lingkaran. Iya, itu nggak bohong kok. Bulan September adalah bulan yang paling greget di antara bulan-bulan lainnya. Ada beberapa alasan kenapa hal tersebut terjadi. Ini dia!

Tukeran Banner

Tukeran banner yuk! Pasang banner ini di blog kalian, ntar komen dan sertakan script banner kalian juga biar ntar aku update deh~ :)

Yuk ah langsung aja!
 photo navbanner.jpg