9.27.2014

Dream and Work

 
 
 
 
Entah mengapa ilustrasi ini nampol banget menurut saya. Saya bermimpi, saya menuliskannya di jurnal, saya membaca buku-buku yang menyemangati, dan saya menceritakan beberapa mimpi saya pada teman-teman. Pun, saya menempelkan kertas besar di dinding kamar.

Ya, saya melakukan semuanya! Tapi apa jadinya, kalau ternyata selama ini saya hanya sibuk memimpikannya bukan memperjuangkannya? Semoga saja tidak, saya yakin saya sedang berproses menggapai semua mimpi-mimpi itu.  Saya yakin sedang menujunya. :')

9.25.2014

9.22.2014

THIS!

Yes, i did it all.


Ibu bapak, anakmu bentar lagi jadi sarjana! (aamiin)

Hati-Hati

Seringkali ketika kita menghadapi suatu masalah--terutama soal hati, kita akan berkata pada diri sendiri untuk lebih rasional dan tidak terlalu mengedepankan perasaan, hati.

Tapi saya baru sadar, sebenarnya tidak apa menggunakannya. Hanya saja kita perlu menggunakannya dua kali. Sehingga dengan begitu kita akan hati-hati.

 
Akhirnya saya mengerti kenapa disebut hati-hati. :D
*terinspirasi dari nonton MTGW*

Small Things, In a Great Way


Gambar dari sini
Tiba-tiba saya pengen ngebahas ini. Dalam suatu organisasi,--ya sebutlah yang skalanya tidak terlalu besar cem himpunan mahasiswa--selalu saja ada program atau pelaksanaan program yang kesannya atau jatuhnya seadanya. Ya, atau boleh dikatakan tidak tepat sasaran atau kebermanfaatannya tidak sesuai dengan tujuan awal. Setidaknya itulah pengalaman yang pernah saya hadapi selama berkecimpung dalam organisasi. Tidak semua program kerja dengan perencanaan bagus akan berjalan mulus, apalagi yang perencanaannya sembarangan dan asal jadi. Pasti sudah jelas bagaimana akhirnya.

Ini baru skala kecil. Saya kira dunia ini adalah sebuah organisasi, dari yang terkecil hingga terbesar. Bisa dibayangkan dong kalau masalah di atas pun pasti akan terjadi di organisasi yang skalanya lebih besar, seperti negara. Saya tahu, melaksanaan sebaiknya-baiknya perencanaan itu tidak mudah. Apalagi jika harus dianggap ideal bagi semua orang. Hampir mustahil. Maka dari itu, saya sering merasa gerah dan ketar-ketir ketika pemenrintah mengusung wacana pelaksanaan program baru. Apalagi jika kesannya sradak sruduk, dan penuh kontroversi. Jika dalam perencanaannya saja diragukan maka secara urut kelanjutannya dapat diramal.

Saya kadang ngeri. Ngeri apa jadinya negeri kita nanti.

9.12.2014

The Power of Niat

Tadi malam saya baru tidur sekitar pukul 1. Anehnya, pagi ini saya bisa bangun jam 5 subuh dengan sangat ringan. Biasanya mata saya beraaaat sekali untuk dibuka dan butuh bermenit-menit sampai benar-benar tersadar dan perasaan enggan meninggalkan kasur itu hilang. Namun pagi ini, hanya butuh beberapa menit, dengan hanya tidur sekitar 4 jam saya bisa terbangun dengan ringan itu adalah sedikit magic buat saya. FYI, saya ini biasanya minimal sekali tidur selama 6 jam. Jika kurang dari itu maka saya akan terkantuk-kantuk dan bisa jadi mengganti kekurangannya di jam lain. Pagi ini saya ingat, sebelum tidur saya telah berniat agar bisa dibangunkan tepat waktu karena banyak yang harus dikerjakan hari ini.

Ternyata itu semua karena niat sodara-sodara! Keren kan :D Ternyata bukan cuma kepepet yang punya power, niat pun juga. Maka niatkanlah hal-hal baik dan sungguh-sungguh untuk sesuatu yang ingin kita perjuangkan. Jangan lupa pagi ini pun niatkan untuk berbuat sesuatu dan lebih produktif. Semangat pagi!
 

9.10.2014

Tumben


Tumben..
Pagi tadi saya ditegur oleh seseorang yang ketika itu sedang melihat saya menggosok pakaian, "Tumben rajin.. ya begitu dong jangan ngelamun aja kalau pagi."

FYI, pagi tadi (pukul 9) saya sedang menyiapkan pakaian sebelum ke kampus untuk bertemu dosen. Mungkin si fulan yang nyeletuk tadi bisa berkata begitu karena kemarin di jam yang sama saya sedang duduk-duduk dan terlihat melamun. Padahal, saat itu sebenarnya semua pekerjaan rumah saya sudah selesai dan memang tidak ada rencana untuk pergi keluar.

Saya, seringkali menjumpai situasi seperti ini. Tumben, katanya. Banyak orang yang seperti sangat tahu mengenai kehidupan kita lantas mengatakan tumben, seolah-olah mereka adalah orang yang selalu menyimak hal-hal yang kita kerjakan setiap waktu.

Di lain kesempatan, pernah saya ditegur dengan embel-embel tumben juga tentunya.. Waktu itu masih pagi sekali, mungkin sekitar jam 6 pagi. Saya sedang menjemur cucian. Lalu, ada yang tiba-tiba nyeletuk "Tumben jam segini udah nyuci baju.. kok rajin.."

9.09.2014

Teman Bicara

"Kau tahu, semakin tua orang tua kita semakin besar kebutuhannya akan teman bicara."
Terkadang, saya merasa bersalah saat tidak bisa senantiasa menghubungi orang tua di rumah. Saya bukan tipe anak yang selalu dihubungi atau menghubungi orang tua tiap detik dalam sehari. Malah, saya merasa sedikit aneh dengan kebiasaan anak-anak yang senantiasa dihubungi atau menghubungi orang tuanya tiap detik. Mungkin karena kebiasaan sejak dulu tidak pernah terlalu jauh dengan orang tua.

Berbeda dengan biasanya, belakangan ini saya menangkap perbedaan pada ibu saya. Beliau sepertinya ingin semakin sering menghubungi saya. Dalam hitungan beberapa hari saja, beliau sudah menanyakan kabar. Namun, saya memahami itu sebagai bentuk beliau yang agaknya sudah mulai kesepian dan butuh teman bicara. Beliau sering sekali mengatakan kesepian.

Membuktikan Kepada Diri Sendiri

Adakalanya kita sangat menginginkan untuk diakui oleh orang lain. Caranya adalah dengan membuktikan kepada mereka bawa kita sanggup dan mampu. Di lain kesempatan bahwa kita memang pantas menyandang apa yang ada pada diri kita.

Namun pernah tidak terbayang oleh diri kita sendiri, apakah saya memang pantas untuk menerima semua ini? Salah satu hal yang cukup menyedihkan adalah bukan ketika orang lain meragukan dan meremehkanmu. Tetapi justru ketika diri kita ragu pada kemampuan kita sendiri. Saat itulah kita sebenarnya mulai tidak mengenali diri sendiri.