Setelah sekian lama akhirnya persembunyianku terbongkar, pertahanan yang sudah dibangun kuat-kuat akhirnya runtuh, hari ini. Mungkin bisa dibilang selama ini aku berbohong atau ya, sekedar menahan diri. Mungkin boleh dikatakan seperti itu. Apakah kebohonganku termasuk kejahatan atau bukan, aku tak tau. Terserah bagaimana orang lain menilainya. Aku hanya, mencoba bertahan.
Bahkan untuk menunjukkan hal seperti ini saja aku tidak boleh. Begitulah pesan para tetua yang selalu mewanti-wanti. Tapi, untuk kali ini biarlah jika aku dianggap berdosa. Aku lega, juga sedikit merasa payah di saat yang bersamaan. Selama ini aku lah orang yang selalu berkata untuk kuat, sabar, dan tetap berjuang. Namun, hari ini rasanya aku seperti pendusta besar. Biarlah, mungkin hari ini benteng ku sedang berlubang.
Menangis di depan orang lain itu bukanlah kegiatan yang menjadi favoritku, bukan. Aku justru orang yang sangat membencinya. Tapi, taukah kamu? Terkadang, ada banyak hal yang sulit sekali untuk diungkapkan dengan kata-kata. Bahkan untuk mengeluarkan kata 'tidak' saja seperti anak kecil yang baru belajar bicara.
Hari ini aku marah, aku terlalu marah sampai aku sendiri tidak tau bagaimana caranya mengeluarkan marah sebegini besarnya. Dan satu-satunya hal yang bisa ku lakukan adalah diam, dan meneteskan bulir-bulir kekecewaan di sela-selanya.
Mungkin aku gagal menjadi sebuah bola pimpong, yang ketika ditekan akan semakin memantul. Ditekan semakin keras pun justru akan memantul jauh lebih tinggi. Mungkin aku belum bisa menjadi bola itu. Mungkin saat ini aku hanyalah kapas, yang meskipun setelah ditekan akan kembali seperti semula, aku tetaplah seperti kapas. Kapas yang berubah bentuk setelah ditekan. Aku benci menjadi seperti kapas. Aku benci terlihat payah. Maafkan kepayahanku ini. Bahkan untuk membagi'nya' saja aku tidak mampu.
Hari ini menjadi salah satu hari dimana aku merasa optimisme dalam hati ini semakin menipis. Meskipun aku tau, aku belum mau berhenti. Aku akan berhenti nanti, bukan sekarang. Karena aku, akan berhenti karena aku sudah 'selesai'.
Hanya butuh sedikit waktu untuk kembali berpikir dan berhenti menumpulakan logika dan hanya mengedepankan rasa. Aku akan kembali.. Aku pasti kembali.
The moment that u're ready to quit is usually the moment right before the miracle happens. Go down fighting!
Ketika lo terbersit niatan buat berhenti, tengok belakang sebentar, liat udah berapa jauh elo maju.
No comments:
Post a Comment