11.25.2015

Advice Series to My Sister in Islam


Alhamdulillah akhirnya Advice series ini kelar juga. Senang sekali rasanya bisa belajar menggambar sekaligus menyebarkan pesan kebaikan, terlebih project ini cukup mendapatkan feedback yang positif. Saya pun semakin semangat membuat project lainnya. Nantikan ya! :D

Btw, feel free to share this artwork for your sister, k? ;)

11.15.2015

You Still Have Chances




Salah banget nonton ini pas lagi homesick. Udah nggak tahan mulai dari pertanyaan ketiga. T.T I remember my last hug with her and it was just... She even about to cry. Watch it and I shouldn't ask, you sure will cry (too).

11.12.2015

Melanjutkan Impian

Halo, sudah lama sekali sejak terakhir kali saya bercerita di blog. Rasanya, ada satu bulan yang benar-benar tidak terisi dengan satu postingan pun. Ada banyak hal yang terjadi dan saya lalui. Mulai dari hectic-nya menyusun bab 4 skripsi, mengejar-ngejar jadwal sidang, bekerja di proyek penelitian, wisuda, pindahan kos, pulang kampung, sampai mengikuti tes apoteker. Kalau dipikir-pikir lagi, ada banyak hal yang sepertinya sangat sulit dilalui (pada masa itu) akhirnya terlewati. Alhamdulillah.

Hal-hal yang saya sebutkan di atas benar-benar menguras banyak tenaga, waktu, pikiran dan perasaan. Saya saat itu hampir tidak mendapat waktu untuk sidang hasil dan akhir karena dosen pembimbing saya cuti hamil dan melahirkan, ditambah lagi dosen penguji saya harus pergi dan ada pula yang sakit. Jika dipikirkan, betapa sulitnya masa-masa itu. Namun, Allah memberi saya jalan. Setelah menaklukkan banyak kesulitan, akhirnya saya dinyatakan lulus. Saya masih tetap berada di perantauan untuk menunggu waktu wisuda. Saat itu, saya mengisi waktu luang dengan menjadi asisten dan bekerja untuk proyek penelitian. 

Di tengah kesibukan keduanya, saya pun menunggu waktu pendaftaran apoteker di Universitas lain. Tak disangka, di awal bulan Oktober ITB membuka pendaftaran. Lagi-lagi kejutan ini membuat kehidupan saya kembali ramai. Saya hanya memiliki waktu sekitar dua minggu untuk persiapan. Di tengah kesibukan mengerjakan penelitian yang menghabiskan waktu pagi-sore (bahkan terkadang malam), saya harus mempersiapkan administrasi, mengumpulkan bahan untuk belajar, dan tentu saja belajar. Tentu sudah menjadi rahasia umum, tes masuk apoteker ITB itu sulit. Ada banyak sekali postingan blog berisi cerita itu, bahkan menyarankan untuk belajar setidaknya dua minggu sebelum ujian. Sementara selama satu minggu saya hanya berkutat pada persiapan administratif dan mengumpulkan bahan belajar. Alhasil, saya selalu memaksa diri untuk bangun dini hari dan belajar. Sebagian teman-teman saya enggan mengikuti tes karena merasa waktu persiapan yang dimiliki sangat singkat. Bukannya tidak merasakan hal serupa, namun saya bertekad untuk tetap maju. Izin orang tua mudah sekali saya dapatkan pada waktu itu, sehingga saya tidak ragu untuk terus berjuang.

9.22.2015

Privasi



Totally true. Zaman sekarang kita tidak perlu masuk ke rumah seseorang untuk mengetahui kehidupan pribadinya. Ingin tahu tentang siapa keluarganya, temannya, kegiatan sehari-harinya, buka saja akun instagram ybs. Ingin tahu tentang hal-hal yang ia pikirkan, baca saja status facebook, twitter, line, path, dsb. Sadar atau tidak, kita menjadi sedemikian terbuka pada orang lain. Tidak sepenuhnya negatif, banyak sekali akun-akun yag menginspirasi dengan membagikan foto dan menceritakan kegiatan hariannya di media sosial. Tetapi, kita sama-sama setuju kan setiap hal punya dua sisi seperti koin, bisa berguna pun berbahaya seperti pedang?

Belakangan, saya beberapa kali membaca postingan yang isinya tentang penyalahgunaan foto atau tulisan untuk akun-akun palsu. Celakanya, akun-akun ini menggunakan foto bahkan tulisan itu untuk menarik simpati orang lain dan memanfaatkannya untuk tindak kejahatan. Tentu saja, itu merugikan pemiliki foto/tulisan yang asli. Ironisnya, postingan kita memberikan informasi/bekal dengan cuma-cuma untuk membantu orang lain melakukan kejahatan. Tidak menutup kemungkinan bahkan kejahatan yang tertuju pada diri kita sendiri. Ketahuilah, apa yang kita bagikan di dunia maya akan menjadi milik publik. Setuju atau tidak begitu kenyataannya. Jadi saya rasa menulis status "Sedih ditinggal pergi keluarga sendirian di rumah :(" bukan lagi sekedar hal yang remeh. Hati-hati.

Jangan sampai kita menutup rapat pintu rumah kita, tetapi lupa menguncinya di dunia maya. Ada lebih banyak orang yang berpotensi 'mengintip'mu melalui dunia maya dibandingkan dunia nyata. Itulah sebabnya, saya sendiri tidak terlalu sering memposting foto dan sedang berusaha mengurangi cerita pribadi di media sosial. Saya masih menginginkan privasi, sekalipun menunjukkan kehidupan seperti orang lain pun terkadang ingin. Akan lebih baik untuk memperbanyak membagikan hal-hal yang menarik bagimu, karyamu, proyekmu, dll.

Hati-hati ya! ;)

9.13.2015

Adab Bersin

Kalian pasti pernah mengalami bersin bukan? Mendengar orang lain bersin pun tentu pernah. Tapi, sudahkah kalian tahu adab bersin? Hal-hal apa yang sebaiknya dilakukan saat bersin atau mendengar bersin?


Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a,
"Jika hendak bersin, Rasulullah SAW menutupi mulutnya dengan tangan atau baju agar suaranya tidak terlalu keras."

"Jika salah satu di antara kalian bersin, maka hendaklah mengucapkan, 'Alhamdulillah', dan hendaknya teman atau saudaranya membalasanya dengan mengucapkan doa, 'Yarhamukallah' (semoga Allah selalu merahmatimu). Dan jika saudara atau temannya mengucapkan kepadanya doa tersebut (yarhamukallah), maka hendaknya ia membalasnya dengan ucapan doa, 'Yahdiikumullah wa yushlihu baalakum' (semoga Allah selalu memberi petunjuk kepadamu dan memperbaiki keadaanmu)." (HR Bukhari)

Mengapa kita harus menutup mulut ketika bersin?

8.26.2015

Mengirim Surel (e-mail) dengan Baik

Gambar dari sini
Surat elektronik atau lebih dikenal dengan e-mail adalah sesuatu yang sudah tidak asing lagi saat ini. Hampir semua kalangan memiliki akun e-mail (selanjutnya disebut surel). Entah hanya digunakan sebagai syarat untuk mendaftar ke media sosial atau jauh lebih fungsional daripada itu. Saya menjadi tertarik membahas soal surel karena belakangan ini saya menerima beberapa surel yang unik.

Surel yang saya terima tidak jauh dari teman-teman yang ingin bertanya atau berdiskusi. Terkadang ada pula yang meminta untuk dikirimi file. Sejujurnya saya senang ketika menerima surel dari teman-teman semua. Akan tetapi, beberapa kali saya menemukan sepertinya tidak semua orang memahami etika saat mengirim surel. Dulu, saya juga tidak terlalu ambil pusing dengan persoalan ini. Seolah-olah mengirim surel itu sama saja dengan chatting atau aktivitas dunia maya lainnya.

Lalu, ada satu waktu dosen saya memberikan sebuah nasehat. Sepertinya, beliau juga merasa tergugah untuk mengingatkan mahasiswanya tentang etika mengirim surel. Beberapa kali kami diminta untuk mengirimkan tugas melalui surel. Saya kira, dari pengalaman itu lah akhirnya beliau angkat bicara. Beliau berpesan, surel itu sama halnya seperti kita berkirim surat. Hanya saja, medianya berbeda. Oleh karena itu, cara menulis, bahasa, dll. sebaiknya menyesuaikan seperti pada umumya kita berkirim surat. Kira-kira seperti itu pesan beliau. Sejak saat itu, saya sedikit mengubah cara saya saat mengirim surel.

Terlepas dari persoalan surel dikirim kepada orang yang lebih tua/seharusnya dihormati, saya kira semua orang sebaiknya mulai memperhatikan persoalan yang satu ini. Kadang, saya menerima surel tanpa Subjek, sehingga saya harus membaca keseluruhan pesan agar ngeh dengan maksud pengirim. Namun, ada juga justru menuliskan pesannya di kolom Subjek. Ini membuat saya jauh lebih bingung. Hehe. Selain itu, soal gaya bahasa yang terkesan kurang sopan pun pernah saya temukan. Ada baiknya ketika meminta bantuan atau sesuatu kita jelaskan kepentingannya. Setidaknya, beri salam dan perkenalkanlah diri terlebih dahulu, jangan tiba-tiba meminta orang lain untuk melakukan sesuatu untuk kita. Tidak ada salahnya bukan? Boleh jadi dari situ kita bisa membangun jaringan pertemanan yang lebih luas. Tak lupa, ucapkanlah terima kasih. Percayalah, seseorang akan dengan ringan membantumu ketika kamu menghargai bantuannya. :)

Singkatnya, jangan lupa memberikan salam, memperkenalkan diri, menjelaskan keperluan kita, dan mengucapkan terima kasih ketika mengirim surel ya. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Saya juga masih belajar mengirim e-mail/surel dengan baik. Mari sama-sama belajar. Salam.

8.23.2015

Tips Mencari Referensi

Halo semuanya.. :D Lama saya tidak muncul dan mengisi blog ini dengan postingan baru. Maklum lah, belakangan saya dikejar deadline untuk sidang hasil dan akhir. Alhamdulillah, akhirnya saya sudah melewati keduanya dalam waktu yang cukup singkat, hanya berselang dua minggu. Rasanya, luar biasa! Hehe. Akhirnya, saya dinyatakan lulus juga. Yea, I got it

Berhubung saat ini saya sedang tidak ada bahan khusus untuk ditulis, jadi lebih baik saya share tips untuk mencari referensi versi saya ketika mengerjakan skripsi. Jadi saya ini tipe yang agak malas ke perpustakaan. Bukannya tidak suka membaca, justru sebaliknya. Hanya saja, menurut saya mencari referensi melalui buku fisik itu agak sulit dan kurang praktis. Sementara itu, ada banyak informasi berlimpah di internet jika kita pintar dan tahu caranya. Bayangkan saja, ketika membaca buku kita harus membuka daftar isi, membaca per bab, atau paling tidak membuka glosarium dan membaca per halaman. Wah, menyita waktu sekali bukan? Bandingkan dengan membuka mesin pencari, mengetikkan beberapa kata klik enter. Ada banyak sekali informasi yang bisa kita temukan. Referensi berupa buku juga banyak, bahkan lebih up to date. Hehe. Selain alasan itu, saya adalah tipikal orang yang lebih produktif di waktu dini hari. Saya akan memilih tidur jam 9 malam dan bangun jam 1 dini hari untuk belajar atau mengerjakan sesuatu. Menurut saya, otak saya lebih encer di jam-jam tersebut. Sayangnya, saya tidak bisa ke perpustakaan pada jam-jam tersebut kan? :D Kalaupun harus meminjam buku, jumlahnya pasti terbatas. Oleh karena itu, sebagian besar (lebih dari 90%) referensi yang saya gunakan diperoleh dari internet (buku, jurnal).

Looking for reference? no more confused.
Gambar dari sini
Nah, kali ini saya akan memberikan tips cara memperoleh referensi, siapa tahu ada yang setipe dengan saya atau bisa digunakan untuk menambah sumber informasi.  Urutan pertama adalah mencari sumber primer berupa jurnal terbaru, kemudian jika terkait dengan teori dasar saya mencarinya di buku. Begini cara yang biasa saya lakukan untuk mencari referensi:

7.20.2015

Benang Kusut


Waktu yang Tepat

Saya percaya, dalam setiap hal yang tertunda ada hal yang lebih baik tengah dipersiapkan untuk kita. Ada peran-peran yang dihadirkan belakangan, ada kejadian-kejadian yang terjadi tanpa dugaan. Semua itu adalah skenario-Nya yang rumit. Kita yang mementaskan drama di atas panggung tidak perlu tahu itu. Kita hanya perlu menjalankan peran kita sebaik mungkin. Kita tidak perlu mempertanyakan tangan-tangan yang bekerja di balik layarnya. Yang kita tahu, the show must go on. Dan Sutradara manapun, selalu ingin pentasnya berakhir dengan baik bukan? Begitu pun akhir cerita kita. Percayalah, jika tidak bahagia itu bukanlah akhirnya.

Tetap Bergerak

Gambar dari sini
Enstein pernah berkata, "Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving."

Adakalanya  kita merasa lelah, tergopoh-gopoh, terseok-seok dalam menjalani kehidupan. Ingin rasanya sesekali meminta waktu untuk dihentikan. Ingin rasanya mengatur ulang napas, mengumpulkan energi untuk kembali bergerak.

Namun ini hidup. Saat engkau berhenti, yang kau dapati bukan hidup yang lebih baik. Saat engkau berhenti bukannya mampu menyesuaikan langkah dan ritmenya, justru kau akan mendapati segalanya makin berantakan.

Karena inilah kehidupan. Kau harus tetap bergerak agar seimbang. Kau harus tetap bergerak agar tak oleng. Kau tidak harus berhenti, pun kau tidak harus buru-buru. Kau hanya harus memelankan kayuhanmu, menengok ke kanan dan kiri, menikmati perjalananmu. Karena inilah kehidupan. Kau harus tetap bergerak. Karena jika kau berhenti, itu tandanya kau sudah mati.

7.16.2015

Obrolan Adik-Kakak 3

A: Bapak abis potong rambut?
B: Nggak kok.
A: Kata mama keliatan ganteng.
M: Kapan mama bilang gitu? *blushing*
B: Ya iya dong, kalau nggak ganteng mama mana mau.
A: *ketawa jail*
S: :))) *ketawa banget*

Ket: A= adik saya; B= bapak; M= mama; S= saya.

Bahagia itu sederhana. :)

7.04.2015

Memohon Ampunan

Siang ini, alhamdulillah saya dan teman-teman kembali mengadakan liqo dengan kak Vika. Bahasan siang ini adalah tentang Mulianya bulan Ramadhan. Kak Vika pun menyinggung amalan-amalan yang sebaiknya dilakukan di bulan Ramadhan. Salah satunya adalah waktu yang baik untuk berdoa, seperti pada saat berbuka. Saat tahu tentang baiknya waktu ini untuk meminta kepada Allah (bahkan beberapa orang pun sampai merekomendasikan membuat list permohonan), saya pun mencoba untuk memanjatkan banyak doa sewaktu berbuka. Namun, satu dua kesempatan saya dapati permintaan saya amatlah banyak. Saya ingin bisa lulus tahun ini, saya minta orang tua saya panjang umur dan selalu dilancarkan rezekinya, saya minta jodoh yang baik, dan banyak hal lainnya. Kadang, saya sampai ingin menangis karena sempitnya waktu sementara masih banyak hal yang ingin saya minta.

Namun di antara banyak hal yang dijelaskan kak Vika, ada satu hal yang sangat menarik bagi saya yaitu tentang meminta ampunan. Dikatakan, tidak akan bertakwa seseorang sebelum diampuni dosanya. Bulan Ramadhan adalah saat untuk memperoleh ampunan dan Ridho Allah. Memohon ampunan, adalah hal yang kadang terlupakan. Kita sibuk berpuasa, sibuk mengaji, sibuk sholat sunnah, sibuk bersedekah, bahkan saya sibuk meminta doa dikabulkan. Kita sibuk melakukan itu semua lalu melupakan hal yang tak tampak, sebuah pengampunan.

Saya pun berpikir, apakah mungkin doa-doa kita, amalan-amalan kita akan diterima oleh Allah saat kita belum mendapatkan ampunan-Nya? Apakah mungkin Dia memberikan Ridho-Nya? Bayangkan saja seperti ini, saat itu Ibumu sedang marah besar karena kamu melakukan sebuah kesalahan fatal. Apakah pada saat itu kamu berani untuk meminta uang jajan lebih? Apakah saat itu kamu berani berkata "Bu, aku pergi main dulu ya!" dengan sumringah. Tentu tidak. Kita tidak akan berani melakukan hal-hal semacam itu saat tahu kita memiliki kesalahan dan belum diberi maaf. Lantas, masih beranikah kita meminta banyak hal saat dosa kita masih menggunung? Masih beranikah kita dengan yakinnya merasa semua amalan kita diterima saat belum meminta ampun pada Allah?

Gambar dari sini
"Bila engkau berdoa dan waktu begitu sempit sementara dadamu dipenuhi sessak hajat yang begitu banyak, maka jadikan seluruh isi doamu agar Allah memaafkanmu. Karena bila Dia memaafkanmu, maka semua keperluanmu akan dipenuhi olehNya tanpa engkau memintanya."
-Ibnu Qayyim 

6.23.2015

Jatuh Cinta dan Mencintai

Kau bisa jatuh cinta pada banyak hal, pada banyak orang. Namun, untuk tetap mencintainya adalah sebuah pilihan. Jatuh cinta itu hanya sesaat. Sementara mencintai tidak sesingkat itu. Mencintai berarti melakukan sesuatu. Mencintai berarti kata kerja. Kau harus mengusahakan sesuatu pada objek yang kau cintai. 

Mencintai berbeda dengan jatuh cinta. Mencintai adalah pekerjaan mulia, karena saat melakukannya kita tidak memikirkan diri kita. Melainkan kita memikirkan objek yang kita cintai. Kita melakukan sesuatu agar tetap bisa memberikan cinta kita. Entah itu perhatian, kepedulian atau pengorbanan. Sekali lagi jatuh cinta itu berbeda dengan mencintai. Jatuh cinta memalingkan pandanganmu, mencintai mempertahankan pandanganmu pada objek itu.

Saat kamu merasa sudah tidak lagi mencintai sesuatu, bukan karena kamu tidak lagi menyukainya. Pun bukan karena kau tak lagi bisa jatuh cinta pada objek yang sama. Kamu hanya menyerah dan berhenti berusaha untuk tetap mencintai. Mencintai adalah kata kerja. Jangan kau campur adukkan dengan egoisme untuk dicintai. Mencintai itu pilihan. Dicintai itu pemberian. Saling mencintai adalah saat kau mencintai objek yang juga mencintaimu. Pastikan kau memahami perbedaannya.

#general

6.22.2015

Aku yang Membutuhkannya


Periksa Hatimu

Malam tadi sepulang tarawih saya mendapati anak satu kos saya sedang berkumpul dengan teman-temannya. Tiga laki-laki, tiga perempuan. Jujur saja, yang pertama kali terlintas di benak saya adalah.. "Ni bocah-bocah pada nggak tarawih atau gimana? Triple date atau pada ngapain ini?" Iya, saya suudzon. Belum apa-apa saya telah menghakimi mereka. Cepat-cepat saya berpikir ulang mungkin saja mereka sedang belajar kelompok, atau semacamnya. Meskipun setelah dipikir-pikir tidak ada buku, laptop atau hal-hal yang berkaitan dengan itu.

Saya tersenyum kecil. Betapa cara penilaian saya terhadap orang lain justru menggambarkan diri saya sendiri. "Ah, sombong kamu", kata saya pada diri sendiri. Saya teringat, ujian bagi orang-orang yang mencoba menjadi baik adalah mengalahkan dirinya sendiri. Ujian orang yang mulai berbuat baik adalah mencoba istiqomah. Sementara ujian mereka yang telah istiqomah berbuat baik adalah kesombongan. Lah saya ini apa, baru juga berapa hari tarawih sudah berani menilai orang lain.

Sesungguhnya orang yang merasa dirinya baik, berarti tidak sungguhan baik. Namanya juga hanya merasa. Jadi ketika menjadi baik membuatmu memandang orang lain tidak sebaik dirimu, periksa hatimu. Jika menjadi baik membuatmu merasa paling baik, periksa hatimu. Boleh jadi ada yang salah di sana.
Gambar dari sini

"Kita kadang merasa lebih benar, lebih baik, lebih tinggi, dan lebih suci dibanding mereka yang kita nasehati. Hanya mengingatkan kembali kepada diri ini: jika kau merasa besar, periksa hatimu. Mungkin ia sedang bengkak. Jika kau merasa suci, periksa jiwamu. Mungkin itu putihnya nanah dari luka nurani. Jika kau merasa tinggi, periksa batinmu. Mungkin ia sedang melayang kehilangan pajakan. Jika kau merasa wangi. Periksa ikhlasmu, mungkin itu asap dari amal shalihmu yang hangus dibakar riya."
Salim Akhukum Fillah,
 Dalam Dekapan Ukhuwah

#ntms 

6.21.2015

Hari Ini

Gambar dari sini
Setiap kita pasti pernah merasakan situasi semacam, "Eh udah bulan Juni ya, kayaknya baru kemarin bulan Mei."; "Eh nggak kerasa ya udah mau lulus aja, kayaknya baru kemaren jadi maba." *padahal 4 tahun dijalani dengan susah payah*. Oh well, perasaan 'kayaknya' memang terkadang terasa klise. Itu semua karena waktu terus  bergerak maju dan akan tetap begitu. Itulah mengapa, yang paling jauh adalah masa lalu. Kita tidak dapat memutar kembali waktu. Pun, kita tak dapat menghentikan pergerakan waktu.

Ada masa di mana kita takut dengan masa depan dan kenyataan yang harus dihadapi pada masa itu. Ada masa dimana kita khawatir dengan apa yang akan terjadi nanti. Akan menjadi seperti apa nantinya? Bagaimana? Namun, saat mengingat waktu terus bergerak maju, saya menyadari sesulit apapun situasi yang dihadapi saat ini, itu semua akan berlalu. Apapun yang engkau takutkan, apapun yang engkau khawatirkan tentang masa depan pada akhirnya akan sampai di depan matamu. Ada pula masa di mana kita terpuruk dalam kesedihan, terluka dan berduka. Ingatlah bahwa waktu telah menjadi obat banyak luka. Sakitmu, perihmu, lukamu semua akan terobati. Karena waktu terus bergerak maju. 

Yang perlu engkau takutkan dan khawatirkan adalah hari ini. Apa yang kau lakukan hari ini? Sudahkah ini menjadi upaya terbaikmu? Sudahkah ini sebaik-baiknya kamu? Ingatlah hari ini. Lakukan sesuatu hari ini. Karena kita hidup hari ini. Masa depan pasti akan datang, entah di dalamnya ada atau tidaknya kamu. Maka lakukanlah yang terbaik hari ini. Jadilah yang terbaik, hari ini.

6.20.2015

Ke-Eksklusif-an

Sebelum membicarakan banyak hal saya ingin memulai tulisan ini dengan sebuah ajakan yang mungkin ekstrim. Coba saat ini kalian memposisikan diri sebagai seseorang dari kaum marjinal di antara beberapa konglomerat. Sebagai seorang yang paling bodoh di antara cendekiawan yang menenteng buku-buku tebal. Sebagai seorang pendosa di antara para alim agama. Apa yang kalian rasakan (kira-kira)? Apakah kalian akan merasa terasing dan sulit memasuki perkumpulan tersebut atau justru merasa tidak pantas? Inilah yang disebut dengan kesan eksklusif. Menurut KBBI, eksklusif berarti a 1 bersifat mengasingkan diri (tt orang); 2 tidak bersedia menerima atau mengizinkan masuknya anggota baru (tt kelompok atau perkumpulan); 3 tidak termasuk.

Saya terpikir akan hal ini ketika melihat sekumpulan wanita muslimah berjilbab lebar. Tentu pernah kan melihat mereka membentuk lingkaran, mengaji atau sedang mengkaji ilmu? Coba sesekali tengok masjid di kampusmu. Tidak hanya wanita, laki-laki pun ada. Saat melihat lingkaran itu, rasanya sungguh menyenangkan jika bisa berada di antaranya. Bukan hanya pertemanan, tetapi juga persaudaraan. Sebagai orang yang setidaknya pernah mencecap sedikit manisnya perkumpulan semacam ini, jujur saya rindu. Namun, sebagai seseorang yang mungkin untuk saat ini tidak sesering dulu mengikuti lingkaran itu, saya merasa terasing.

Gambar dari sini
Saya pun menyadari satu hal. Entah disengaja atau tidak, mereka yang sedang membentuk lingkaran dalam kebaikan itu juga membentuk suatu penghalang (barrier). Lingkaran itu membuat batasan dalam hal bergaul. Saya memahami, bahwa sesungguhnya tidak ada niatan seperti ini. Namun, kesan yang tertangkap pada akhirnya oleh orang di luar lingkaran itu adalah sebuah keeksklusifan. Seolah-olah mereka yang baik itu, hanya mau bergaul dengan yang baik. Lantas memandang sebelah mata orang lain yang tidak termasuk dalam lingkaran. Kesannya sombong, tidak ramah, cuek, tak acuh, dsb.

6.19.2015

Tips Aktivitas Ramadhan

Bantu sebar... Credit: MusliMagnet


Pilihan Tuhan

"Hidup adalah pilihan. Tapi bukan memilih. Bukan juga dipilih. Hidup adalah soal pilihan yang dipilihkan. Kita dipilihkan Tuhan. Kapan dan di mana kita dilahirkan. Kapan dan di mana kita dimatikan. Kapan dan di mana kita dijodohkan. Juga nikmat apa yang diberikan. Kita dipilihkan."

-Mutia Prawitasari dalam Teman Imaji
Gambar dari sini
 Selama ini ramai diperbincangkan jika hidup adalah sebuah pilihan, tidak memilih sekalipun adalah sebuah pilihan. Lalu, ada pula yang menyatakan hal yang tidak biasa bahwa sebenarnya kita dipilih. Lantas mana yang kau yakini? Dari sekian macam pemahaman tentang memilih atau dipilih, kutipan kalimat di atas menawarkan pemahaman baru bagi saya. Awalnya, saya kurang mengerti dengan makna pilihan yang dipilihkan. Namun, belakangan saya memahaminya ketika dikaitkan dengan konsep Tuhan dan hamba-Nya.

Adalah video dari Ust. Nouman Ali Khan yang membuka pemahaman lebih luas kepada saya. Dalam sebuah video berdurasi tiga jam, Ust. Nouman Ali Khan mengajak kita memaknai Al-Fatihah (videonya bisa dicari via youtube dengan keyword: Rediscovering The Fatihah). Video yang membahas makna Alhamdulillah saja hampir satu jam itu sangat menginsprasi menurut saya. Adapun kaitannya dengan pilihan adalah makna dari Rabb dari ayat pertama surat Al-Fatihah.

6.17.2015

Memaafkan

Gambar dari sini
 "Hurting someone can be as easy as throwing a stone in a sea, but do you have any idea how deep it can go?"
-Unknown
Menyakiti seseorang layaknya melemparkan batu ke lautan. Kita tidak pernah tahu sedalam apa batu tersebut tenggelam. Kita tidak pernah tahu sedalam apa luka yang kita buat. Bisa jadi ada seseorang yang sampai saat ini masih membenci saya atas apa yang telah saya lakukan beberapa tahun silam. baik itu tingkah laku, tutur kata, disengaja atau tidak. Ini membuat saya terkadang ingin sekali meminta maaf kepada orang-orang yang saya kenal, terlebih mereka yang memiliki hubungan dekat dengan saya. Prinsipnya, semakin dekat hubungan kita dengan orang lain justru semakin mudah terjadi gesekan dan konflik. Ibarat ranting di pohon, potensi bergesakan antara ranting yang berdekatan tentu jauh lebih besar dibanding yang tidak. Lalu mengapa saya sebegitu inginnya meminta maaf? Sebab, semakin dekat pula suatu hubungan justru membuat gengsi kita semakin besar. Kira-kira mana yang lebih sulit dilakukan, meminta maaf pada orang yang sekali dua kali kita temui atau ibu, ayah, sahabat, pasangan? Tentu saja pilihan yang kedua jauh lebih sulit. Butuh keberanian dan kejujuran untuk melakukannya. Namun, ketika kita mampu melakukannya saya yakin itu bentuk permintaan maaf yang tulus.

Jadi, ketika ada orang terdekatmu meminta maaf.. daripada mengatakan "Eh kenapa tiba-tiba begini?" "Eh lo kenapa? kesambet apa?" cukup katakan, "Aku juga.."

Selamat menyambut bulan Ramadhan.. Mari kita mulai dengan saling memaafkan.

6.16.2015

Go Ahead

Gambar dari sini

My mom told me, "If you don't know where to go or what you should do, just ask! At least you can read, and if it doesn't help, just ask. Nothing wrong with ask people."

Sejak kecil saya termasuk anak yang terkesan pemalu dan penakut. Sebenarnya, hal itu karena saya khawatir jika hal-hal yang ada di pikiran saya menjadi kenyataan. Misal, kalau saya pergi sendiri nanti tersesat bagaimana? Jika ada orang jahat bagaimana? dan pikiran-pikiran negatif lainnya. Sampai saat ini pun, pikiran-pikiran semacam itu membuat saya takut menghadapi banyak hal terutama saat dihadapkan hal-hal yang belum pernah saya alami sebelumnya. Saya selalu khawatir, banyak hal akan terjadi di luar perkiraan saya. Saya khawatir, orang lain akan menolak saya. Saya khawatir saya tidak akan pernah bisa melakukannya. Begitu banyak kekhawatiran yang meliputi saya.

Namun, saat mengingat pesan ibu, saya berusaha melawan ketakutan-ketakutan itu. Seperti sedang menyebrangi jembatan yang panjang, saya mencoba melewatinya, karena meyakini di ujungnya ada hal yang saya inginkan. Sekalipun ujungnya tidak terlihat, sekalipun jembatan itu panjang dan bergoyang. Pada akhirnya, saat saya berhasil melaluinya semua bayangan buruk dan pikiran negatif saya tidak pernah terjadi. Itu hanya ada di pikiran saya. Memang, banyak hal yang terjadi di luar jangkauan saya, namun tidak seburuk itu.

Dan suatu ketika, saat saya kembali merasa takut untuk melangkah. Saat saya ragu akan tantangan baru lainnya. Saya berusaha mengatakan pada diri ini, "Tidak seburuk itu. Majulah. Melangkahlah." Selalu ada ketakutan dan kekhawatiran yang meliputi diri ini. Tentang kenyataan di masa depan, tentang hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi. But i tell myself, ''Everything gonna be okay. Just do it." Setidaknya kamu bisa membaca pertanda. Dan jika itu tidak membantu, bertanyalah. Jika kamu tidak tahu harus kemana, bertanyalah. Pun jika pada akhirnya tersesat, bertanyalah.

Tuhan pasti akan menuntunmu. Just go ahead.

6.14.2015

Jarak yang Mendekatkan

Kau tahu, jarak sudah terbukti menjadi ujian yg berat. Jarak telah banyak memisahkan pertemanan, persaudaraan, atau pun dua insan. Namun, ada kalanya jaraklah yang justru mendekatkan. Saat jauh dari seseorang, kita seolah-olah diberi jeda untuk saling merindukan. Jeda itu pun memberikan ruang kepada diri kita untuk menjadi lebih jujur dan menghargai kebersamaan. Jarak tidak selalu menjadi ujian. Jarak pun sewaktu-waktu mampu mendekatkan. Mendekatkan dua hati yang berjauhan.

Untuk Ibu, bapak, adik dan kakak. Edisi lagi kangen rumah tapi nggak bisa pulang. :') Selamat ulang tahun *ketumpung nomer tiga. Semoga jadi anak yang sholeh ya.

*ketumpung adalah istilah keluarga untuk menyebut cucu bapak/ibu a.k.a anak kakak-kakak saya.

6.04.2015

Menyoal Selfie

Gambar dari Dok. pribadi
Memanjang foto diri sendiri sebenarnya sudah seringkali dilakukan banyak orang jauh sebelum kegiatan ini dikenal dengan istilah selfie. Semakin berkembangnya dunia internet, smartphone dan media sosial menjadikan kegiatan ber-selfie-ria kian populer. Tidak heran banyak smartphone keluaran terbaru dilengkapi fitur kamera yang mendukung dan aplikasi editing yang semakin banyak ragamnya. Bahkan, seorang amatir pun mampu melakukan editing sekelas pro. Jika dulu harus repot dengan photoshop dan program sejenisnya, saat ini cukup dengan satu klik saja kulit anda bisa jauh lebih putih dari aslinya.

Jujur saja, sebagai wanita pasti sulit menahan diri dengan selfie. Mengapa? Karena fitrahnya wanita itu ingin terlihat cantik dan tentu saja menunjukkan kecantikannya. Tidak mengherankan, jika selfie menjadi lekat dengan kaum hawa. Setidaknya, saat saya membuka instagram hampir sebagian besar foto yang diupload teman-teman perempuan saya adalah foto dirinya. Entah from head to toe atau sekedar wajahnya. Kadang saya cukup jenuh melihat wajah dimana-mana. Tidak perlu wajah orang lain, mengambil banyak foto wajah sendiri kemudian melihatnya di waktu yang berbeda saja membuat saya geli. Hehe.