7.30.2013

Presentasi (Racun) Mematikan

Ini cerita lucu (mudah-mudahan) dan sedikit memalukan (sebenarnya) saat presentasi tugas dari salah satu dosen mata kuliah farmakognosi semester 4 yang lalu. Saat itu kelompokku yang digawangi oleh aku sendiri dan 5 orang temanku lainnya maju mempresentasikan salah satu materi mengenai metode ektraksi cara dingin. Tipe presentasinya adalah acak, jadi berdasarkan keinginan sang dosen mau menunjuk kelompok mana yang harus maju pada hari itu juga.

Dua minggu pesentasi berlalu, kelompokku tak kunjung mendapatkan giliran. Di minggu ketiga itulah firasatku mulai nggak enak, pasalnya waktu itu sehabis kegiatan makrab 2012, alhasil para panitia masih kelelahan dan juga mengantuk. Belajar untuk presentasi? Ain't nobody got time do that! :D

Jadilah firasatku itu benar adanya. Yak kelompok 6 silahkan maju! Muka kami:
 

Serious?
Berhubung aku telah berfirasat, malam atau paginya aku sudah sedikit membaca. Meskipun nggak maksimal (bagiku :p). Jadilah aku presentator tunggal, kelompok kami tidak menyanggupi untuk mengirimkan atlet ganda putrinya. Berhubung mataku sedikit kurang normal dan tidak bisa melihat dari kejauhan, presentasiku sedikit terbata-bata pada bagian yang kurang aku kuasai. Bahkan ada kata-kata yang aku nggak paham sama sekali untuk apa dimasukkan di dalam slide tersebut. Padahal, yang menyusun power point tersebut tak lain dan tak bukan ya aku sendiri -__-. Sementara si bapak dosen, sibuk bolak-balik makalah kami.

Waktunya sesi tanya jawab dan komentar. Deg-degannya ngalah-ngalahin ikut kompetisi nyanyik! "Makalah kalian ini aneh", kata si bapak. Sementara itu muka kami:


Apaaa??
"Di makalah kalian nyatakan begini, tapi di presentasi kalian nyatakan lain lagi." Sebagai editor makalah dan presentator aku merasa tersudutkan, lalu aku dan teman-teman lakukan klarifikasi. "Presentatornya lumayan, tapi sebaiknya kalian baca terlebih dahulu materi yang akan kalian presentasikan. Jadi nggak terbata-bata begitu. Masa bilang tttee-rri-maa kaa-ssih", kata beliau mencoba menirukan gayaku tadi. Dalem hati aku bilang, "that's because my eyes sirr.. please.."

Tidak lama kemudian, "Saya lihat dapus kalian dari blog. Memangnya seberapa percaya kalian sama blog. Ini blog pribadi, seandainya fauzi mempunyai blog pribadi dan memposting materi terkait ini, apakah kalian percaya dengan kata-kata dia?" Tanpa perlu dijawab pun kami yang ada di ruangan tersebut sepakat bilang tidak. :D Aku sendiri sebenarnya kurang suka dengan daftar pustaka setoran teman yang sumbernya dari blog tersebut. AKan tetapi, apa daya deadline menghadang. Mau nggak mau gue pake, karena nggak ada data-data sebagus itu dari sumber lainnya. "Bahkan, saya sudah bilang, kata-kata saya pun jangan kalian jadikan acuan." beliau menambahkan. Aku dan teman-temanku cuman senyum kecut, banget.



Lanjut pembantaian selanjutnya. "Ini dapus kalian dari sini, si pengarang ini saya kenal orangnya." Muka kami:

Apa lagi ini ya Tuhaaann!!
"Dia nggak nulis tentang ini, dia hanya mengutip. Bukan kutipan dia yang kalian pakai tapi cari sumber aslinya. Nah, yang ini ni.. (beliau sebutkan namanya) dia kakak tingkat saya kuliah dulu. Dia memang penulis, tapi ini bukan tulisannya." Seketika satu kelas terbahak-bahak dengan pernyataan beliau, sementara kami, terbahak-bahak sambil ingin nangis di pojokan kelas. ( .__.)/|dapus|

Dan.. masih ada banyak lagi daftar pustaka kami yang dibantai beliau, habis-habisan. Kami mau tidak mau menerima semua pembantaian tersebut.

TIDAK cukup sampai di situ. Sesi pertanyaan belum dimulai. Ada sekitar 4 atau 5 penanya. Dari beberapa pertanyaan yang telah kelompokku coba untuk jawab, tidak ada yang cukup memusakan beliau. "Yang dia tanyakan mungkin bukan itu, dia mau tau pasti alasannya bukan sekedar logika kamu begitu." kata beliau usai aku menjawab dengan logikaku, sekenanya. Bahkan, beliau menyindir dengan anggunnya, "Saya kira pertanyaan-pertanyaan mereka ini dapat dengan mudah kalian jawab karena memang terkait apa yang kalian bicarakan. Tidak ada pengembangannya untuk beberapa pertanyaan." Lagi-lagi kami terskak mat. Alhasil, pertanyaan-pertanyaan tersebut kami bawa pulang dan dijawab di pertemuan berikutnya.

***

Pertemuan berikutnya..

(Behind the Scene, aku sms sesama anggota kelompokku dan ternyata tidak ada yang mengerjakannya dengan lengkap. Lebih tepatnya tidak ada yang benar-benar menyusunnya. Akhirnya aku lagi-lagi menjadi tumbal. AKu menyusun jawaban-jawaban yang ajaibnya susah sekali ditemukan sumbernya itu pagi hari! Iya sodara-sodara pagi hari beberapa jam sebelum perkuliahan dimulai. Bahkan mepeeeeettt sekali. Dasar procrastinator parah! Dengan the full power of kepepet akhirnya jawaban-jawaban tersebut telah terkumpul dengan rapi, daftar pustaka jelas. Aku hanya mengambil dari buku-buku dan jurnal-jurnal. Bahkan rela-rela menerjemahkannya terlebih dahulu.)

Di kelas.. "Baiklah saya akan menjawab beberapa pertanyaan minggu lalu" kataku cukup mantap. Lagi-lagi gue sebagai pemain tunggal. (forever alone)

"Dengan metode ini dilakukan lebih cepat bla bla la.."

"Tunggu, apa pelarut yang digunakan untuk metode tersebut?" tanya beliau tiba-tiba.

Aku lupa dan tidak ingat sama sekali untuk mengecek pelarut apa yang digunakan. Lagi-lagi gue dibantai!!!

"Kalau kalian diberi jawaban seperti ini jangan diterima. Saya tanya pelarutnya apa?"

"Saya tidak ingat pak." kataku.

"Tapi pakai pelarut?"

"Iya pak."

"Jadi apa pelarutnya apa?"

"Saya kurang memperhatikan pak, saya hanya melihat metodenya saja."

"Nah, ini jawabannya nggak bisa diterima!"

Gue pucet..dibantai, ya kalau rame-rame nggak apa-apa, ini sendirian..

Aku berpikir, "Ini pasti disuruh ngulang lagi deh nyari pelarutnya apa. Mampus aja dah!" dan emang bener. Beliau minta jawabannya diperbaiki lagi.
Tidaaakkk!
 
Lanjut lagi, aku mulai males ngejawab panjang lebar, akhirnya aku baca plek apa yang udah diketik. Lalu beliu potong tiba-tiba, "Saya nggak ngerti apa maksud kamu, coba jangan baca kertas itu dan jelasin apa maksudnya!" Untung aku paham, aku pun jelasin panjang kali lebar. Beliau diem. "Pertanyaan kedua dari orang yang sama, apa jawabannya? Mana yang lebih kental?" "Mati! Nggak inget kalau ada pertanyaan itu!" kataku dalam hati. Aku melirik ke kiri dan kanan, mencoba mencari bala bantuan teman-teman sekelompok. Namun, kenyataannya nggak ada yang nengok. Aku: forever alone..


Oh teman-teman teganya kalian..
Hanya cha cha yang menolehkan pandangannya memberi kode dan secercah harapan. Secepat kilat aku lamparkan kesempatan ini padanya, "Baik, pertanyaan tersebut akan dijawab oleh rekan saya.. Marissa. Silahkan.." kataku sambil tersenyum sehabis melempar bola panas ke arahnya haha. sontak marissa kaget bukan main, tapi untungnya bisa ia jawab dan jawabannya diterima.

Setelah sesi menjawab pertanyaan tersebut usai, dengkul ku seketika lemas. Mungkin batok lutut gue ilang atau tulang keringnya loyo..

Itulah, presentasi paling maknyus yang pernah gue alami. :D Dosen yang ternyata tak diduga-duga menjadi sedemikian killernya. Jadi kebayang gimana ntar sidang di hadapan penguji, mungkin situasinya mirip-mirip seperti itu.

Yang jelas, muka gue setelah selesai presentasi tersebu macem begini:
 
Thanksss God!
Hikmah dari pengalaman ini:
  • Carilah daftar pustaka yang dapat dipercaya, sebagai mahasiswa harusnya sudah paham betul akan hal tersebut. 
  • Kuasai materi presentasi dengan baik, bahkan beliau berpesan meskipun yang kalian bahas hanya masalah metode tetapi kalian tetap harus menguasai materi lain yang terkait.
  • Jangan ambil dapus kenalan dosen, udah itu aja!

Selamat belajar dari pengalaman saya inih yaaa :D!!

No comments: