7.27.2013

[Review] Novel 12 Menit - Oka Aurora

 
"Ini dia harinya, saat perjuangan panjang akan segera menemukan imbalannya. Hari ketika ribuan jam kerja keras mereka akan mengkristal menjadi keajaiban dua belas menit. Hari inilah mereka akan membuktikan bahwa mereka - seperti seharusnya manusia yang bertekad baja dan bermental juara, dari mana pun mereka berasal - juga bisa." -When You Have Nothing, You've Got Nothing to Lose
Tulisan ini dibuat sesaat setelah air mata diusap, atas rasa haru luar biasa yang mengalir sejalan dengan cerita ini.

Novel 12 menit diceritakan dengan apik, konflik dan tekanan-tekanan yang dihadapi oleh setiap tokohnya pun membuat aku berpikir, "Aku harus bagaimana?".

"Novel ini berisi cerita tentang orang-orang yang tak takut meraih mimpi.." --Oppie Andaresta
Aku mengamini kalimat tersebut, karena memang semua tokohnya memiliki 'ketakutan' mereka sendiri. Perjuangan terberat dalam hidup manusia adalah perjuangan mengalahkan diri sendiri. Mereka semua, dengan berani telah mengalahkan diri mereka sendiri. 

Di dalam novel ini dceritakan kisah sebuah kelompok marching band yang tadinya tak punya apa-apa, kini pulang dari Istora dengan membawa sebuah kemenangan,
kebanggan yang tidak akan pernah dilupakan.

Ada beberapa tokoh yang mewarnai cerita di dalam novel ini antara lain Elaine, Tara, Lahang, Rene, dll. 

Elaine digambarkan sebagai sosok gadis yang nyaris sempurna, cantik, pintar, dari keluarga yang berada dan pandai memainkan beragam alat musik. Namun, ia harus meninggalkan kota Jakarta--kota dimana ia memiliki segala fasilitas--menuju Bontang--sebuah kota yang dia tak tau akan berakhir seperti apa karir bermusiknya. Ia mendengar bahwa ada beberapa marching band di sana, namun bukan kehidupan namanya jika selalu lurus jalannya. Setelah ia bergabung pun, ia masih harus mengahadapi kekangan ayahnya--Josuke.
"Namun, dia juga percaya, bahwa salah satu hal yang sangat penting di dunia ini adalah selalu merasa bahagia. Buat apa hidup jika tak bahagia. Apa pun yang kita lakukandengan hidup kita pada akhirnya adalah untuk menuju satu. Kebahagiaan. Lahir batin. Dunia akhirat." -Whatever Makes You Happy
Tara, salah satu anggota cadet band--tim yang terdiri dari angoota baru--yang sebenarnya sangat berbakat dengan kemampuannya memainkan segala macam rudiment. Tetapi, ia tak kunjung menjadi tim inti karena kecelakaan yang merenggut pendengarannya juga nyawa ayahnya. Sejak saat itu, ia menjadi pribadi yang berbeda. Tentu saja. Ia pun merasa patut dipersalahkan atas kematian ayahnya itu. Karakternya menjadi tak bisa ditebak, apalagi ia harus ditinggal oleh ibunya--melanjutkan studi-- setahun setelah peritiwa itu. Di dalam novel ini diceritakan bagaimana Tara melawan dirinya sendiri, melawan kekurangannya sampai pada keputusan bahwa untuk dirinya lah ia bermain musik.
"Kadang-kadang, hidup itu, ya, kayak gitu, Dek. Kayak dorong mobil di tanjakan,.. susah. Berat. Capek. Tapi, kalau terus didorong, dan terus didoain, insya Allah akan sampai." -Dorong atau Lepas?
Lahang, seorang penari di tim marching band tersebut. Ia harus menghadapi takdir bahwa ayahnya menderita kanker otak. Ia sangat ingin membuktikan pada ayahnya bahwa ia bisa terbang tinggi menggapai impiannya, membawa kebanggan "pemenang" pulang. Namun, ia selalu dihantui perasaan takut kehilangan untuk kedua kalinya. Waktu itu, ia harus pergi ke Samarinda mengikuti sebuah lomba. Namun, sesampainya di rumah ia harus mendapati bahwa ibunya telah tiada. Ia tidak ingin kejadian itu terulang kembali, terulang pada ayahnya. "Apa Bapak juga akan begitu? Pergi begitu saja tanpa aku?" begitalah ketakutan Lahang. Namun di team tsb, ia berusaha untuk mengukir sebuah kebanggan. Bukan untuk ayahnya dengan takdir yang tak bisa diubah itu, namun untuk dirinya sendiri. Meskipun ayahnya, pada akhirnya meninggalkannya tanpa ada ucapan selamat tinggal--sama seperti ibunya.
"Kalau kau bisa bermimpi sampai di tugu ini, kau bisa bermimpi sampai ke tugu-tugu lain di dunia." -Jakartaaaaaa!
Rene, seorang wanita keras kepala yang teguh dengan apa yang menurut dia benar. Seperti ketika ia bersikeras menahan Lahang untuk pulang bahkan ketika ayahnya dikabarkan meninggal. Rene yang berhasil membawa sebuah team dari Jakarta menjuarai GPMB, tiga tahun berturut-turut. Wanita jebolan Amerika ini didaulat untuk melatih team marching band Pupuk Kaltim Bontang. Berbeda, jelas berbeda. Anak-anak ini berbeda dengan anak-anak dari Jakarta. Keadaan tersebut-lah yang menjadi tantangan tersendiri bagi Rene. Tantangan yang membuatnya menguras begitu banyak pikiran, tenaga, juga hatinya.
"Namun, mau tak mau Rene mengakui tantangannya memang tak biasa. Tak seperti saat dia membina anak-anak Jakarta, keyakinan Rene kali ini nyala-padam. Lebih banyak padamnya, seperti api yang belum sempat menyala besar sudah keburu dibekap karung basah." -Saya Selalu Siap
Semua perjuangan mereka, digambarkan dengan baik. Alurnya membuat hati pembaca, naik kemudian turun. Optimis kemudian kendur. Di sinilah kita belajar, when you have nothing, you've got nothing to lose. Menang itu bukan sekedar dengan gelar juara, namun dengan segala hal yang sudah mereka hadapi--datang dengan team yang utuh--, sampai di Istora merupakan sebuah kemenangan tersendiri yang telah mereka miliki, hingga kemenangan yang sebenarnya berhasil mereka kantongi.

Aku kagum dengan konflik yang diciptakan, sampai hanyut dibuatnya. Haru rasanya, benar-benar haru. Apalagi konflik batin Lahang. Penokohannya bagus, karekter tiap tokohnya jelas perbedaannya, jadi punya peran masing-masing. Ada beberapa bagian di novel ini yang membuat senyum geli, senyum geli yang memilukan. Aku sudah tertarik dengan novel ini bahkan dari lembar persembahannya!

Waaa.. recomended banget deh buat dibaca! Kita sama-sama tau kan, bahwa cerita perjuangan itu hasil akhirnya kemungkinan besar sebuah kemenangan. Kalau tidak, mana mungkin cerita ini dibukukan. Tapi, bukan akhirnya yang menarik, tapi proses yang dilaluinya. Luar biasa. Aku mau nonton filmnyaaa!! VINCEROOOOO!!

PS: BAB yang paling berkoba-kobar itu bab 41, Malam Pelepasan. :)


No comments: