11.05.2013

Hidup Itu Perlu Mengikhlaskan

Sepertinya unek-unek di hati ini memang nggak bakalan habis kalau tidak dikeluarkan ya? Terbukti dari beberapa hari ini mau menumpahkannya ke tombol-tombol di keyboard rasanya sulit sekali. Mau ngomong langsung ke orang yang bersangkutan malah gagu, mulut terkunci dan diam seribu bahasa.

Rasanya pengen nangissss..
Setelah ku pikir-pikir lagi, sudahlah, tidak perlu diungkapkan. Sudahlah, cukup aku yang tau. Sudahlah, kalau kamu gegabah, hanya akan semakin memperkeruh keadaan. "Cukup kamu menguatkan diri sendiri yu." Pinta akal sehatku. Iya, aku akan mencoba (untuk ke sekian kalinya).

Pengendali hati yang baik itu memang orang yang sakti, karena jelas-jelas itu bukanlah perkara mudah. Seorang pengendali hati yang baik mungkin punya satu hal yang belum ku punya, "hati yang ikhlas". Pengendali hati yang baik mungkin tidak pernah mengkhawatirkan terlalu banyak hal. Membiarkan semuanya terjadi, karena yakin itu semua sudah kehendak-Nya, sudah diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan kita.

Akhir-akhir ini aku sering lupa. Dia adalah pembuat skenario hidup terbaik. Kenapa aku harus khawatir? Kenapa aku harus menuntut setiap hal terjadi sesuai keinginanku? Padahal, belum tentu keinginanku itu sesuai dengan apa yang ku butuhkan. Jelas-jelas Dia jauh lebih tahu dan lebih memahamiku. Kenapa masih khawatir? memaksa keadaan? tidak bisa ikhlas menerima?

Itulah yang membuat kehidupanku akhir-akhir ini sedikit menjadi lebih berat. "Yu, kita ini pemeran skenarionya. Kita tidak bisa semudah itu mengubah alur cerita sesuai kemauan kita. Ikutilah alur cerita-Nya, jangan melawan apapun. Ikutilah.. dan yakinlah Dia adalah sebaik-baiknya pembuat rencana. Dan yakinilah, setiap rencananya akan berakhir dengan indah jika kamu mengikuti-Nya."

Begitulah kata si hati kecil. Mungkin, terkadang aku memang harus diam sejenak dan berpikir, mengikhlaskan segalanya, menjalani dengan sebaik-baiknya adalah pilihan mutlak dan sebuah kesepakatan hati dan pikiran, tidak lagi perlu diubah a i u e o. "Bersandar pada-Nya kalau kamu merasa berat!"

Jadi teringat, salah seorang teman memposting kata-kata di line yang--bagiku--indah sekali.
"Jika kamu tak punya bahu untuk bersandar, Insya Allah akan selalu ada lantai untuk bersujud."


Ya, meskipun tidak ada bahu untuk bersandar, masih ada lantai untuk bersujud. Di dunia ini pun, terhampar dengan luas 'lantai-Nya'. Jadi, kenapa aku harus terus bersusah hati? Kenapa aku terus mengkhawatirkan urusan duniawi? "Semuanya akan berjalan dengan baik yu, sutradara kehidupan ini tidak pernah tidur kok. Hiduplah sebaik-baiknya. Jalanilah sesuai perintahnya."

"Kenapa harus iri dengan hal-hal yang Dia tak suka? Kenapa mengkhawatirkan hal-hal yang sudah jelas tidak perlu dikhawatirkan? Berdirilah, ikhlaskan semuanya.. La tahzan.. Nanti Allah kasih pengganti yang lebih baik. Nanti Allah kasih di waktu yang tepat, di saat kamu benar-benar membutuhkannya. Simpan itu rapat-rapat, pendam itu dalam-dalam. Nanti Allah kasih hadiah "hikmah" di balik ini semua. Jadi hidupalah, bergembiralah, ada banyak hal lain yang harus kamu lakukan. Ada banyak cita-cita yang belum tercapai."
 


Lepaskan, ikhlaskan..


"Ayo berdiri, ayo semangat. Luaskan, lapangkan hati. Biar diberi masalah sebanyak apapun tidak akan menyakiti."

NB: Sedang bernegosiasi dengan hati :)

9 comments:

Anonymous said... Reply Comment

Nice blog,.. buat para yg galau biar terbuka hatinya :D

adreamer said... Reply Comment

@Anonymous: :D Terima kasih sudah berkunjung. Datang lagi yaa.. Kalau bisa jgn anonim, biar bisa blogwalking juga :)

Mike Rahayu said... Reply Comment

Persis dengan apa yang saya rasa mbak, kebetulan nama kita mirip ya :)), sama sama Rahayu

JIka tidak ada bahu untuk bersandar, masih ada lantai untuk bersujud :D

jalan-jalan ke blog saya mbak rahayuchem.blospot.com

adreamer said... Reply Comment

Halo mba mike, senang ada yg membawa dirimu ke blog saya. :) Semoga bisa mencerahkan hati yaa..
Iya, mirip nih nama kita, kalau saya dipanggil ayu. Mba sendiri, mike/ayu juga? hihi

Unknown said... Reply Comment

Huaah, bener banget tuh kata anonim. galaunya langsung ilang nih gara-gara baca tulisan kakak ^^. jangan-jangan kakak udah pernah nerbitin buku ya kak? apa judulnya? :o

adreamer said... Reply Comment

Pernah ikutan bikin buku keroyokan aja citra. Itu pun terbitan lokal aja, hehe. Terima kasih sudah membaca, doakan doakan nanti bisa buat buku. Aamiin ;)

Unknown said... Reply Comment

suka banget dengan kata-katanya^^

adreamer said... Reply Comment

@Hardianti Eka Nurdini: :) Terima kasih ;)

Unknown said... Reply Comment

Tulisannya bikin hati jadi adem...astaqfirullah al'azhim ampuni hambamu ya Alloh krn selama ini belum iklas menjalani ujian dariMu..terima kasih mbak atas pencerahannya 😊