7.21.2013

Cinta yang Tidak Bertanggungjawab


Topik pembicaraan menganai cinta itu sudah terlalu mainstream untuk dibahas menurutku. Tapi entah ya, tidak ada kata habis untuk membahas yang satu ini. Tidak juga rasa bosan. 

Ada satu percakapan waktu itu terjadi antara aku dengan vivi. "Vi, puasanya orang gede itu ternyata susah ya. Beda sama puasanya anak kecil" kataku. Vivi pun mengiyakan. "Puasanya orang gede itu lebih bnyak yang harus ditahan. Mungkin waktu kecil dulu yang begitu kerasa dari puasa adalah lapar dan hausnya, tapi sekarang baru sadar yang ditahan ketika puasa itu ya bener-bener hawa nafsu. Apalagi soal hati, ya perasaan apapun lah" tambahku. Saat itu kami sepakat kalau memang puasa waktu masih kecil itu memang berat tapi puasa dengan status orang gede itu jauh lebih berat.

Hubungannya sama cinta apa?


Salah satu perasaan yang susah ditahan sama orang yang sudah dewasa ya perasaan yang satu itu tuh. Susah deh! Pasti pada sepakat kan? (Udah, sepakat aja ya.. :D). Sampai-sampai banyak kan yang tutup mata dan telinga untuk menerima kebenaran bahwa cinta yang belum disahkan itu nggak halal, alias dilarang. :) Tapi ya namanya juga jiwa muda, jiwa yang katanya berapi-api dan apapun yang terjadi mereka akan memperjuangkan apa yang mereka mau.

Sebagai orang dengan jiwa yang juga (masih) muda, wajar kalau cinta anak muda itu bergejolak. Meletup-letup udah kayak jagung dibikin popcorn. :D Tapii.. kalau boleh nih ya aku menyebut yang seperti itu adalah cinta yang nggak bertanggungjawab. Toh, kalau dikejar pada akhirnya mereka akan bingung mau dibawa kemana cinta itu. Hubungan yang lebih serius? Itu pasti, tapi saat itu juga kah? Dalama waktu dekat kah? Sudah siap kah?

Rentetan pertanyaan-pertanyaan itu pasti akan membingungkan sekaligus memojokkan. Tidak terkecuali diriku sendiri loh ya. Ketika aku patah hati (ceilah..), terus hati mulai panas sejenak aku memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu. Tentu sajalah aku juga belum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. "Iya ya, ini cuma perasaan meletup-letup sejenak yang wajar. Kamu cuma menginginkannya kok, tapi kamu belum siap, belum", begitu kataku dalam hati.

Meskipun begitu namanya jiwa-jiwa muda, cinta itu pasti datang silih berganti (kayak musim aja). Anggaplah itu cinta sesaat saja, sekedar perasaan kagum pada ciptaan-Nya. Tak perlu diteruskan kalau memang belum siap, karena nantinya hanya akan menjadi cinta yang tidak bertanggungjawab.

Pernah terjadi sebuah percakapan kecil antara aku dengan seorang teman yang curhat soal beginian. Identitas pasien dirahasiakan ya.. :D Intinya dia bercerita bahwa sering menyukai lawan jenisnya, mungkin kagum karena akhlaknya, ilmu dan kecakapannya, apalagi ditambah tampangnya. Tapi kata dia, kadang semua itu berakhir sepihak. Dia hanya menjadi seorang pengagum yang tidak pernah mendapatkan akhir yang bahagia. Ada yang ditinggal jadian sama orang lain, bahkan ada yang ditinggal nikah. Dia tentu saja sedih. Aku yang denger aja sedih :D karena memang sering mengalami hal yang sama. hiks! :D

Lalu, dia melanjutkan. Meskipun akhirnya seperti itu, dia selalu bersyukur. Aku sedikit bingung, apa yang dia syukuri dari sebuah cinta gerilya-tak terbalaskannya-itu. "Kalau kami sama-sama menyukai atau tau perasaan masing-masing, mungkin kami akan terjebak dalam sebuah ikatan yang tidak bertanggungjawab". Kira-kira begitu katanya. Aku terkesan. Memang benar, seandainya itu terjadi temanku yang satu ini bisa jadi menjalin ikatan pacaran yang jelas-jelas dia tau itu dilarang. Tentu saja menjalin hubungan seperti itu menyakitkan, di satu sisi dia tau itu dilarang namun di sisi lain dia juga begitu sayang. Sementara, dia belum punya kesiapan untuk melangkah lebih jauh menuju solusi, menikah.

Sejak itu, aku yakin bahwa tentu Tuhan punya rencana yang lebih baik dibanding rencana hamba-Nya. Dan janji-Nya pun sudah terpatri..
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)" (Q.S An-Nur: 26)
Meskipun begitu, mudah-mudahan kita semua menjadi orang baik karena keikhlasan bukan demi mendapat balasan pasangan yang baik.

Again..

"Dear Heart, fall in love only when you’re ready, not when you’re lonely." -Anonymous

2 comments:

Yosi Mutiara Pertiwi said... Reply Comment

Aku ska gaya penyampaianmu mbak hehe. Coba baca blogku yo yosimutiarapertiwi.blogspot.com tinggalkan komentar kalau berkenan hehe msh butuh arahan

adreamer said... Reply Comment

@Yosi Mutiara Pertiwi: Sudah dikunjungi balik.. thanks for reading yaa.. ;)