1.13.2015

Intelligence

Saya mau share sesuatu. Ini merupakan persoalan yang sejak dahulu kala sering menjadi pertentangan dalam pikiran saya sendiri. Saya kira, banyak orang yang juga merasakan hal serupa.

Sebelumnya coba lihat gambar ini:

Gambar dari akunnya @yeahmahasiswa
Nah, apa interpretasi kalian tentang gambar itu? Jadi ada perbedaan yang cukup menonjol antara laki-laki dan wanita. Laki-laki semakin tinggi pendidikannya, maka semakin besar jumlah peminatnya (sebagai wanita, saya mengakui itu). Setidaknya itu yang teramati oleh saya selama ini. Lain halnya dengan wanita, mereka cenderung diminati ketika memiliki pendidikan. Tetapi, ada satu titik dimana hal tersebut tidak akan berlaku. Justru, pendidikan tinggi menjadikan faktor yang menyebabkan turunnya minat. Sekali lagi ini adalah yang selama ini teramati oleh saya, bukan merupakan hasil penelitian atau survey.

Ini hanya joke, namun bukankah sering kita jumpai di kehidupan nyata? :D

Berdasarkan kecenderungan tersebut, saya menjadi bertanya-tanya "Apa sebenarnya yang salah?". Apakah wanita dengan pendidikan tinggi itu menjadi momok atau semacamnya?

Kemudian saya membaca tulisan ini:


Akhir tahun lalu.. gue ketemu dengan temen diskusi yg menurut gue sangat pintar.. lulus kuliah cum laude dengan IPK 3.89.. bacaannya banyak.. wawasannya luas.. daya tangkapnya cepat.. gagasan pemikirannya tertuang dalam tulisan-tulisan yang rapi dan mencerahkan.. dia teman diskusi yang menarik.. kita suka berdiskusi berbagai genre.. untuk mempertajam gagasan-gagasan..

Tapi ada satu statement yang keluar dari pemikirannya saat kami berdiskusi malam itu.. dia bilang, “wanita (baca: istri) yang pintar, merupakan liabilitas”.. sebuah pemikiran yang sangat berani menurut gue.. dan mungkin akan mengundang perdebatan.. kalau statement itu ga diresapi dalam2.. (apalagi klo dibawa ke isu gender.. pasti sensitif)..

Ketika quote ini muncul.. gue jadi keingetan momen diskusi tahun lalu.. merenungi kembali ide pemikiran tentang “intelligence” sebagai aset.. atau “intelligence” sebagai liability..

Mencerna.. menggali.. meresapi..
dikutip dari akun @akhirulsyah

Nah, kalian yang belum memahami apa itu aset dan liabilitas bisa baca dulu tulisan ini sebagai pencerahan.

Nah, menarik! Saya menemukan benang merah antara gambar yang sebelumnya saya tampilkan dan statement dari tulisan di atas. Jangan-jangan, sebagian besar masyarakat atau bahkan kita sendiri merasa bahwa intelligence adalah suatu liabilitas ketimbang aset. Jika sudut pandangnya seperti, sudah jelas memiliki pendidikan tinggi khususnya bagi wanita adalah sesuatu yang 'mungkin' tidak menguntungkan. Duh!

Saya sedih dengan kenyataan ini. Kadang, ada beberapa teman perempuan saya yang mengaku percuma mengejar pendidikan tinggi jika pada akhirnya hanya akan menjadi Ibu dan mengasuh anak-anak. Terlebih, jika menjumpai laki-laki yang justru minder dengan perempuan dengan intelligence  lebih dibandingkan dirinya. Lengkap sudah.

Bagaimana mungkin mereka ingin membangun keluarga yang kuat, anak yang tangguh dan cerdas jika pola pikirnya seperti itu? Ibu itu madrasah pertama bagi anak dan Ayah adalah kepala sekolahnya. Dari sini, setidaknya kita sudah tahu sama tahu kualifikasi apa yang sebaiknya dimiliki untuk peran tersebut. Untuk mengamini hal ini, tentu pola pikirnya adalah intelligence merupakan suatu aset bukan liabilitas.

Saya tidak meyakini sepenuhnya bahwa intelligence adalah aset bukan liabilitas, toh pada situasi tertentu memang intelligence adalah suatu liabilitas. Namun, bukankah kita bisa menentukan untuk menjadikan intelligence menjadi suatu aset atau liabilitas? Bagaimana menurut kalian?

Semoga mencerahkan! (CMIIW)

Nih aku kasih quote dari mba dian satro :D

Baca juga ini > Ketika si Kecil Bertanya

No comments: