Setiap orang setidaknya harus belajar dari kesalahan. Mungkin inilah saatnya bagi saya. Sejak kecil, saya adalah tipe orang yang selalu takut melanggar aturan, setidaknya saya akan melakukan sebagian besar hal-hal di jalurnya. Sampai saat ini pun saya masih menganut prinsip tersebut. Ada banyak hal di luar rencana yang akan menghadangmu, mematuhi aturan setidaknya akan mengeliminasi masalah yang tidak sepatutnya masuk perhitungan atau mudahnya bisa kita prediksi dan hindari sejak awal.
Namun, tidak kali ini. Sudah dua orang teman mengingatkan saya, tapi entah setan apa yang mampir dan mengglayuti saya hingga sedemikian entengnya melanggar aturan. Saya pikir, "Ah, ini tidak akan jadi masalah. Nanti pasti saya ingat." Begitulah.. dua kali kesempatan saya lewatkan.
Sampai ketika nama saya masuk dalam deretan daftar nama itu. Mungkin sebagian orang ada yang percaya dan ada pula yang tidak. Saya awalnya hanya terkekeh, dan sekali lagi masih menganggap "Ah, ini tidak apa-apa."
Namun, sepertinya saya salah. Suatu hal yang saya anggap sepele ternyata tidak demikian adanya. "Kamu mungkin bisa melangkah jauh,, kamu mungkin mampu. Tapi kamu lupa, kamu harus melewati gerbangnya. Dan kamu sepelekan kuncinya." Begitu kata dosen saya. Kata-kata beliau seperti menghentak hati saya, membuat kaki saya lemas dan seketika rasanya nyesek.
Namun, sepertinya saya salah. Suatu hal yang saya anggap sepele ternyata tidak demikian adanya. "Kamu mungkin bisa melangkah jauh,, kamu mungkin mampu. Tapi kamu lupa, kamu harus melewati gerbangnya. Dan kamu sepelekan kuncinya." Begitu kata dosen saya. Kata-kata beliau seperti menghentak hati saya, membuat kaki saya lemas dan seketika rasanya nyesek.
***
Ini catatan saya beberapa waktu lalu..Jadi ceritanya saya lupa megisi portal akademik, alhasil saya tidak bisa mengambil kartu ujian. Kemudian saya diminta menghadap kepala program studi. Ah sudah, saya pasti dalam masalah! batin saya. Benar saja, kebetulan beliau adalah dosen pembimbing skripsi saya. Beliau hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan saya. "Kok bisa?" ini kalimat tanya yang pertama kali keluar dari mulut beliau.
Saya cengengesan, awalnya. Saya sudah berjanji sejak awal tidak akan mengeluarkan kalimat-kalimat penuh alasan untuk pembenaran. Kali ini, saya memang lalai. Saya akan akui itu. Sepertinya, keputusan saya itu menguntungkan dan juga merugikan. Saya tidak perlu repot membuat alasan-alasan lain, yang menjurus pada kebohongan. Tapi, jelas saya diomeli karena saya memang murni lalai dan mengabaikan tanggungjawab. Kebetulan dosen pembimbing akademik saya pun tiba-tiba muncul saat saya sedang diomeli, jadilah saya dapat double omelan. "Katanya mau lulus tahun depan? Ya nggak bisa ikut ujian kalau begini. Udah ngulang aja!" celetuk beliau yang--aduh--membuat nyesek sekali.
Awalnya saya pikir ini tidak akan jadi masalah besar, namun ternyata saya salah. Saya yang memang tidak terlalu suka melanggar aturan ini akhirnya menjadi repot sendiri. Mungkin terkesan berlebihan, tapi saya benar-benar tidak bisa tenang sama sekali. Saya harus ke sana ke mari menemui beberapa dosen dan petugas administrasi, mencoba mengisi portal yang saat itu sedang tidak bisa diakses karena sedang diperbaiki. Benar-benar merepotkan dan menyita waktu, padahal seharusnya waktu saya berhari-hari itu dapat digunakan untuk mengurus hal lain. Ini semua hanya karena saya mengabaikan lima menit, sekedar untuk mengisi portal. -___-
Saya pun pasrah. Tidak ada tanda-tanda portal membaik. Selang beberapa menit saya membukanya, namun tetap saja tidak bisa. Berhari-hari saya membukanya, tetap tidak ada hasil. Minggu tenang saya, sangat tidak tenang karena memikirkan kartu ujian.
Setelah ke sana ke mari dan ketidakpastian status saya untuk ikut UAS, akhirnya ada pencerahan. Portal akademik dapat diakses dan diisi, secepat kilat saya menemui admin prodi untuk meminta kartu ujian. Saat itu juga rasanya senang sekali, dan juga sedih.
Dalam hati saya berkata...
"Masa iya gue harus ngulang tahun depan gara-gara hal sepele ini?? Tidaaaaak...Mulai sekarang saya nggak akan ngeremehin hal kecil lagi." T.T
No comments:
Post a Comment