1.12.2014

Getting by Giving



Salah satu ajaran Ibu yang selalu saya ingat adalah pesan beliau untuk saling berbagi, terutama pada tetangga dekat. Dan untuk persoalan yang satu ini, saya tidak hanya diajarkan lewat petuah, nasehat. Namun, melalui sikap yang ibu tunjukkan. Ketika itu, setiap kali ibu memasak menu yang menurut saya enak dan tidak seperti biasanya, maka ibu akan meminta saya untuk mengantarkan semangkok masakan itu ke tetangga sebelah. Tepat saat masakan tersebut baru saja diangkat, sedang panas-panasnya.

Kemudian beliau berkata, Rasulullah ketika istrinya memasak, beliau akan berjalan-jalan dan mengukur sampai mana jarak masakan istri beliau tercium. Maka, sampai batas itulah beliau meminta istrinya untuk membagikan makanan tersebut. Saya, secara khusus tidak pernah mencari tau hal ini lebih jauh. Dari riwayat mana kisah ini, hadits siapa, dll. Tapi, yang saya tau, ada pesan baik di balik cerita Ibu saya itu.

"Jadi, kalau ada orang goreng ikan asin gimana ? Baunya kan kemana-mana?" canda kami.
Setiap kali libur semester dan pulang ke rumah, Ibu tak lupa menyiapkan beberapa bekal makanan kering untukku. Bahkan, waktu itu saking inginnya saya makan rendang buatan Ibu saya, saya dibekali 2 toples rendang super lezat. Saya tidak mungkin menolak.

Akan tetapi, karena cemas anaknya ini kekurangan gizi, hanya sedikit sekali yang disisakan Ibu untuk orang-orang di rumah. Menurutku itu tidak perlu, karena saya hanya sendiri. Orang rumah jumlahnya tentu jauh lebih banyak dibandingkan saya.

"Ah sudah bawa aja, di rumah entar masak lagi!" paksa beliau.

"Nanti ayu nggak abis juga, kebanyakan."

"Ya, dibagi lah sama temen-temennya di kos." sanggah beliau lagi.

Saya pun menyerah, tidak bisa menolak lagi.

Ibu saya memang selalu begitu, mengingatkan dan mengajarkan anak-anaknya untuk berbagi. Ajaran ini, tentu tidak hanya sampai pada saya, tentunya akan terus mengalir kepada cucunya kelak. :)

Berbagi itu memang benar tidak mengurangi apa yang menjadi milik kita. Malah, akan menambah rezeki kita. Karena ibu dan tetangga sering bertukar makanan bahkan sayuran, tidak heran saya sering menyaksikan indahnya berbagi.

Pernah waktu itu, terutama di bulan Ramadhan dan saat lebaran, kami--saya dan adik saya--pasti akan menjadi kurir makanan. Setiap tetangga membagi menu berbukanya, ibu pasti akan membalas dengan menu kami. Setiap ibu memberi sesuatu, keesokan harinya atau saat itu juga pun akan dibalas oleh tetangga sebelah kami. Belum lagi menu labaran, kupatan, dsb. Bahkan ketika meminjam alat dapur untuk membuat sesuatu, pasti ketika pulang alat itu tidak sendirian--ditemani hasilnya. :D

Saya jadi merasa, sejak kecil, saya seperti ditanamkan pemikiran bahwa mengembalikan piring dalam keadaan kosong itu, kurang pantas.

Terlepas dari imbalan dsb, saya yakin berbagi itu tetap akan mendapatkan sebuah balasan. Jika tidak dari manusia ya tentu dari-Nya. Saya pun setengah iseng melakukan apa yang menjadi kebiasaan ibu saya tersebut. Setiap kali memasak lebih, saya iseng memberi ke kakak kos. Eh ternyata, beliau jadi rajin berbagi juga. Entah keripik, empal, kue ulang tahun sering mampir ke kos saya.

Memang benar, berbagi itu tidak akan mengurangi milik kita. Sewaktu-waktu akan diganti, dengan sesuatu yang lebih. Entah itu langsung dari-Nya atau melalui perantara orang lain. Yang jelas berbagi itu benar-benar indah. Sejauh ini itulah yang saya rasakan.

Maka, jangan ragu untuk mulai memberi apa yang kita punya kepada orang lain. Berdasarkan kisah saya jangan lantas berpikir memberi makanan akan dibalas makanan, tidak, tidak selalu begitu. Tapi yang jelas, saya jamin, ketika memberi anda akan jauh lebih bahagia. :)

Satu lagi, "Berikan yang terbaik apa yang kita punya untuk orang lain, jangan memberi kalau sudah jelek, sudah sisa." begitu pesan beliau.

No comments: