6.01.2013

Metafora Elang

Dipetik dari  Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir, Metafora Elang:

“Kau mau tahu metafora elang?”

“Apa yah?”

“Ketika ia berumur 40 tahun, hanya ada dua pilihan dalam hidupnya. Satu, dia menunggu ajal tiba, atau rela menderita selama 120 hari untuk pembaharuan hidupnya ke depan.”

“Apa itu?”

“Elang memilih, menyepi di puncak gunung. Mematukkan paruhnya yang sudah tumpul dan melengkung ke batu karang dengan kesakitan yang teramat sangat!”

“Lalu?”



“Setelah paruh barunya tumbuh, ia pakai untuk mencabuti cakar-cakarnya yang sudah tua dengan kesakitan yang teramat sangat!”

“Terus?”

“Setelah cakar barunya tumbuh, ia pakai untuk mencabuti seluruh bulu-bulunya yang sudah lebat dan berat dengan kesakitan yang teramat sangat!”

“Selama itu ia berpuasa, tidak makan apa-apa. Dingin, sendiri dan sepi!”

“Kemudian?”

Mada sangat tertarik dengan cerita ayahnya yang dituturkan dengan penuh semangat. Mata mereka saling menatap.

“Setelah bulu barunya tumbuh. Menunggu 5 bulan dalam pertapaan senyap itu, elang pun bisa kembali terbang bebas ke angkasa, memperbaharui kehidupannya untuk 30 tahun ke depan! Ia hewan yang paling panjang umurnya.”

“ Amazing!”

Itulah sedikit cerita tentang metafora elang, jadi ingat kutipan kata-kata tersebut juga ada di film "Big Year" sebuah film tentang kompetisi melihat species burung sebanyak-banyaknya. Keren, di film itu bisa lihat berbagai jenis burung. :)

Itulah sedikit cerita dari seorang guru berwujud apa saja. Selamat belajar dari metafora elang, semoga kita bisa menjadi elang-elang lainnya. Salam.

No comments: