Sebenarnya aku sudah cukup mengantuk setelah beberapa jam berkutat dengan kimia organik. Besok UAS dan dengan amat kebetulan malam ini mataku cukup bisa diajak bekerjasama hingga jam 10 malam. Itu titik puncaknya, mungkin juga didukung dengan mood belajar yang sedang bagus. Tapi keadaan berubah sejak negara api menyerang. -__- Bukan. Semuanya berubah sejak aku tidak bisa menemukan catatan untuk besok yang sudah aku fotokopi berhari-hari yang lalu namun belum sempat terbaca. Aku yakin sudah menyimpannya di suatu tempat yang tentunya mudah dijangkau, tapi hingga kini entah dimana keberadaannya. Aku kesal. Rasanya ada rasa sesak yang memerintahkanku 'harus' menemukannya.
Di samping itu, hal yang tadinya ingin aku ceritakan adalah aku sedang membangun kebiasaan untuk menulis. Sesibuk dan sengantuk apapun setidaknya ada satu hal yang harus aku tuliskan. Semata-mata untuk membangun 'habits' menulis saja sebenarnya. Lalu kenapa aku mulai mencoba membangun kebiasaan itu? Hal itu didorong karena suatu hal. Kadang aku berpikir kebiasaan menulis membuatku lebih mudah untuk menyusun kata-kata menjadi kalimat yang lebih baik. Selain itu, untuk bisa menulis tentunya perlu membaca. Membaca juga kebiasaan yang ingin aku perkuat. Melalui menulis kedua kegiatan tersebut bisa di-cover sekaligus. Seperti yang telah ku sebutkan sebelumnya, dengan rajin-rajin menulis membuatku lebih mudah menyusun kata-kata dan itu cukup menunjang untuk kemampuan public speaking.
Ketiga kegiatan tersebut pasti akan bermanfaat ke depannya, menurut pandanganku. Alasan pertama, selama manusia masih berhubungan
dengan manusia lain, minimal satu orang saja tentunya dibutuhkan suatu
komunikasi di antaranya. Berbicara adalah salah satu jembatannya, di
samping komunikasi dalam bentuk lain yang sebenarnya bisa dilakukan
seperti lewat isyarat, bahasa tubuh, serta bahasa-bahasa lainnya. Nah,
kemampuan berbicara atau menyampaikan pesan atau sesuatu yang ingin kita
sampaikan tentunya penting. Mengapa? karena ada banyak manusia yang
akan kita temui di dunia ini dan butuh suatu keterampilan khusus agar
setiap pesan atau maksud yang ingin kita sampaikan dapat dipahami dan
diterima dengan baik. Contoh, ketika kita berbicara dengan kaum
terpelajar atau dalam suatu forum keilmuan tentunya bahasa yang akan
digunakan akan jauh berbeda dengan ketika kita berbicara dengan
masyarakat biasa.
Aku
pernah mendengar sepintas mengenai sebuah acara yang mengangkat topik
mengenai hubungan kesuksesan dengan komunikasi. Faktanya, orang yang
memiliki kemampuan komunikasi yang baik lebih sukses dibanding yang
tidak, kurang lebih begitu. Bukan hal yang aneh menurutku, karena
kebanyakan permasalahan bermula dari komunikasi. Jadi, ketika ada
permasalahan bisa jadi akar permasalahannya adalah komunikasi yang
buruk. Kemampuan komunikasi baik, maka setidaknya banyak masalah bisa
dihindari atau diselesaikan. Tentunya hal tersebut juga harus didukung
kemampuan untuk menahan ego ya, sederhananya juga bersedia mendengar
selain berbicara. Komunikasi kan bukan berarti semua bicara, tetapi ada
yang berbicara dan ada yang mendengar.
Nah,
kemampuan komunikasi yang baik salah satunya adalah mampu mengimbangi
lawan bicara dengan melihat karakter maupun latar belakangnya. Nggak
dipungkiri kan lebih asik ngomong sama orang yang ngerti dan nyambung
dengan ide dan pemikiran kita dibanding orang yang berbicara dengan
menyamaratakan lawan bicaranya. Kemampuan itu nggak harus dimiliki
orang-orang tertentu kok, semua orang sebaiknya punya karena aplikasinya
kan setiap hari kapan pun dimana pun. Ngomong ke temen, orang tua,
guru, dosen, adik kita, anak kita atau calon mertua? :D Tentu gayanya
beda.
Kedua, gajah mati meninggalkan apa? Gading. Harimau
mati? Belang. Manusia? Nama. Nama? itu dulu. Saat ini, di zaman yang
telah didominasi era digital manusia nggak lagi meninggalkan nama, tapi
yang ditinggalkan adalah data. Coba deh, akun media sosial apa yang
nggak kalian punya? Minimal facebook pasti punya kan? Apa yang telah
kalian tulis selama ini? Hal-hal baik kah atau justru yang buruk?
Setelah
kita nggak ada (tentunya hari itu akan datang), maka akun-akun tersebut
akan nganggur begitu saja. Syukur-syukur kalau ada yang tau password
akun kita, dan alangkah lebih bersyukur jika apa yang kita tulis selama
ini adalah hal-hal baik. Gimana kalau yang kita tulis adalah
status-status galau, mengumpat orang, membicarakan keburukan orang dan
cenderung maksiat? Maka itulah warisan yang kita tinggalkan, oleh karena
itu, sejak hari ini mulailah menuliskan hal-hal baik.
Tau
nggak? Kalau kita isi suatu teko dengan air putih lalu kita tuang
kembali maka yang keluar adalah air putih. Iya nggak? Sama kasusnya
seperti tulisan-tulisan kita, apa yang kita tuang (tulis) tentu nggak
jauh berbeda dengan apa yang kita isikan ke dalam teko (pikiran kita).
Kalau sepanjang waktu seseorang menulis mengenai suatu hal tertentu,
sudah jelas yang ada di kepalanya ya hal tersebut. Ada satu tips untuk
membantu menulis maupun menemukan bahan bacaan. Bacalah sesuatu yang
membuat kamu bersemangat untuk menuliskannya kembali dalam bentuk
ceritamu. Apa maknanya? Bacalah sesuatu yang membuatmu terinspirasi.
Kemampuan
menulis itu cukup penting juga untuk dikuasai karena terkadang tidak
semua sudut pandang dan gagasan kita dapat didengar secara langsung dan
tulisanlah yang menjadi senjatanya. Kemahiran untuk menuliskan ide-ide
kita tentunya akan sangat membantu menyebarluaskannya. Napoleon
Bonaparte berujar,
“Saya lebih takut pada pena daripada seribu pedang.”
Itu bukti bahwa, tulisan punya kekuatan.
Sekian, aku sudah ngantuk sekali~ Selamat malam. ;)
No comments:
Post a Comment