6.22.2015

Periksa Hatimu

Malam tadi sepulang tarawih saya mendapati anak satu kos saya sedang berkumpul dengan teman-temannya. Tiga laki-laki, tiga perempuan. Jujur saja, yang pertama kali terlintas di benak saya adalah.. "Ni bocah-bocah pada nggak tarawih atau gimana? Triple date atau pada ngapain ini?" Iya, saya suudzon. Belum apa-apa saya telah menghakimi mereka. Cepat-cepat saya berpikir ulang mungkin saja mereka sedang belajar kelompok, atau semacamnya. Meskipun setelah dipikir-pikir tidak ada buku, laptop atau hal-hal yang berkaitan dengan itu.

Saya tersenyum kecil. Betapa cara penilaian saya terhadap orang lain justru menggambarkan diri saya sendiri. "Ah, sombong kamu", kata saya pada diri sendiri. Saya teringat, ujian bagi orang-orang yang mencoba menjadi baik adalah mengalahkan dirinya sendiri. Ujian orang yang mulai berbuat baik adalah mencoba istiqomah. Sementara ujian mereka yang telah istiqomah berbuat baik adalah kesombongan. Lah saya ini apa, baru juga berapa hari tarawih sudah berani menilai orang lain.

Sesungguhnya orang yang merasa dirinya baik, berarti tidak sungguhan baik. Namanya juga hanya merasa. Jadi ketika menjadi baik membuatmu memandang orang lain tidak sebaik dirimu, periksa hatimu. Jika menjadi baik membuatmu merasa paling baik, periksa hatimu. Boleh jadi ada yang salah di sana.
Gambar dari sini

"Kita kadang merasa lebih benar, lebih baik, lebih tinggi, dan lebih suci dibanding mereka yang kita nasehati. Hanya mengingatkan kembali kepada diri ini: jika kau merasa besar, periksa hatimu. Mungkin ia sedang bengkak. Jika kau merasa suci, periksa jiwamu. Mungkin itu putihnya nanah dari luka nurani. Jika kau merasa tinggi, periksa batinmu. Mungkin ia sedang melayang kehilangan pajakan. Jika kau merasa wangi. Periksa ikhlasmu, mungkin itu asap dari amal shalihmu yang hangus dibakar riya."
Salim Akhukum Fillah,
 Dalam Dekapan Ukhuwah

#ntms