5.31.2014

Menjadi Sosok Andalan

Gambar dari sini
Menjadi sosok yang dapat diandalkan, adalah salah satu hal yang menjadi pikiran saya belakangan ini. Hal ini bermula ketika salah seorang teman menegur saya. Entah menegur, mengingatkan atau hanya sekedar penyampai pesan-Nya.

"Ayu, aku ngerasa akhir-akhir ini kamu mulai berubah. Kamu nggak kayak dulu yang selalu bisa diandelin."
"Iyakah? Apa menurutmu begitu? Dulu memangnya aku seperti apa?" Balasku bertanya.
"Ya pokonya dulu kamu bisa diandelin, sekarang agak berubah."

Saya cuma senyum, meskipun di dalam hati mengiyakan. Hati saya nggak pedih-pedih banget denger komentar temen saya yang macem begitu. Soalnya, malam sebelumnya saya sudah menghabiskan waktu dengan sesenggukkan dan ngadu.. "Kok saya sekarang jadi gini?" Malam sebelumnya saya juga sudah berdiam diri cukup lama, menumpahkan segala unek-unek yang ada di hati waktu itu. Saya nangis sesenggukkan nggak jelas, seperti nggak ada alasan. Tiba-tiba aja. Padahal, di dalam hati saya benar-benar memahami kalau saya, lebih tepatnya jiwa saya sedang 'sakit'.

Saya pun sudah menyadari hal yang sama dengan apa yang dikatakan oleh teman saya. Saya memang belakangan mulai tidak teratur dan menggampangkan beberapa hal. Mungkin, jika dulu saya membuat banyak pekerjaan terbengkalai karena terlalu fokus dan perfeksionis pada satu hal. Namun lain halnya dengan belakangan ini, saya cenderung kurang aware dengan diri saya sendiri, apalagi dengan lingkungan. Saya melupakan dan menggampangkan banyak pekerjaan. Saya memaklumi banyak sikap dan pola pikir saya. Hingga akhirnya sadar, saya ada di ambang kehancuran jika  melakukan hal ini terus menerus.

Saya pun mulai menjadi sosok yang tidak lagi bisa diandalkan. Bagaimana tidak, jangankan membantu dan menjadi andalan orang lain, menjadi andalan untuk diri saya sendiri pun tidak bisa. Saya membuat jebakan waktu untuk diri saya sendiri. Kadang, saya rindu diri saya yang teratur, penuh perhatian dan tidak bermalas-malasan. Kadang saya rindu sosok andalan pada diri saya. 
Sebenarnya apa yang hilang? Apa yang kurang? Menjadi sosok andalan berarti melebihkan diri.Tidak perlu menunggu lebih pintar, lebih jago dan lebih yang lain. Tapi menjadi sosok andalan berarti menjadi lebih perhatian, lebih peduli dan lebih bertanggung jawab. Dan semua itu, bukanlah sesuatu yang harus ditunggu melainkan sesuatu yang harus diusahakan. Ya, menjadi sosok andalan  adalah sebuah pilihan dan sekali lagi sesuatu yang bisa dan harus diusahakan.

Lalu, jika ditanya apa yang hilang? Maka yang hilang ada kemauan untuk menjadikan diri lebih perhatian, peduli dan bertanggung jawab.

Kalian pernah merasa terpaksa menjadi sosok yang mau tidak mau harus bisa diandalkan?

Ambil saja contoh, ketika kita mendapatkan tugas berkelompok lalu kita ternyata mendapatkan partner yang sedikit kurang perhatian dan bertanggung jawab. Kamu sepenuhnya sadar jika kamu melakukan hal yang sama, maka tanggung jawabmu pasti tidak akan selesai. Akhirnya mau tidak mau, kamu pun memutuskan untuk berkorban. Kamu pun menjadi sosok yang lebih peduli dan perhatian terhadap tugas tersebut, mengatur segala sesuatunya, atau bahkan mengerjakan semuanya. Apakah ketika itu kamu harus menunggu lebih pintar, lebih jago dan sebagainya?

Tidak, kamu tidak menunggu melainkan kamu memutuskan untuk menjadi lebih dan melakukan lebih. Apakah itu kamu lakukan dengan kemauanmu? Ya tentu saja bukan? meskipun ada sedikit keterpaksaan.

Ya, menjadi sosok andalan memang tidak harus dengan kesadaran diri, adakalanya kita harus terpaksa. Namun, bukankah itu berarti kapanpun kita mau, kita akan selalu bisa menjadi sosok andalan?

Jawabannya, ya tentu saja.

Maka ingatlah, salah satu pertanda kamu menjadi sosok yang berguna adala ketika hadirmu membawa hela napas lega bagi orang lain.
Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)

No comments: