5.31.2014

Journey 1: Hiking Tahura

Baiklah, seperti biasa.. setiap ingatan dapat terhapus oleh masa, jadi saya akan menuliskannya di sini. Mungkin sebagai pengingat di kala lupa atau sebagai pelipur di kala rindu.

Cerita ini akan penuh dengan foto, pun kata-kata. Maaf jika akan sedikit berat pada koneksi anda. :D

Cerita ini dimulai ketika malam itu, salah seorang teman mengungkapkan idenya untuk mendaki gunung. Tidak, tidak sekelas Bromo atau Mahameru.. Kami hanya pergi ke gunung di dekat lokasi kami tinggal sementara ini.

Saya yang belum pernah mendaki ini tentu saja sangat excited. Saya memang lebih suka diajak untuk pergi menjelajah ke alam, ke tempat tradisional penuh etnik budaya, atau ke tempat-tempat dimana kotor bukanlah masalah, dan tentu saja menjadi diri sendiri adalah hal yang sah. Bukan apa, ada beberapa perjalanan yang justru di dalamnya kau hanya seperti mayat hidup yang bersandiwara dan merasa "aku harus bersikap seperti mereka".

Malam itu, tanpa pikir panjang saya katakan saya ikut. Tujuan kami ke sana adalah untuk melihat matahari terbenam dan terbit. Dan saya, menambahkannya untuk tadabur alam. Awalnya, rencana kami adalah pergi di sabtu sore dan akan kembali minggu sore. Tetapi apa dikata, hari itu kami harus mengikuti kuliah pengganti sebanyak 3 kali pertemuan. Sebenarnya tak masalah karena perjalanan masih tetap bisa dilaksanakan usai perkuliahan, namun ternyata cuaca tak cukup bersahabat sore itu. Langit muram, sore itu turun hujan. Terlebih angin yang berhembus kencang dan akhirnya memupuskan harapan kami untuk pergi. Kami pun menunda kepergian menjadi senin sore karena hari selasa adalah hari libur.

Meskipun sempat tertunda dan banyak teman-teman yang akhirnya membatalkan keikutsertaannya, saya tetap excited dan bersemangat. Sore itu, sempat diwarnai sedikit hujan yang awalnya mengkhawatirkan. Alhamdulillah, hanya sementara dan kami tetap pada rencana semula. Izin orangtua telah dikantongi, segala persiapan telah dilakoni. Kami siap berangkat.
Kaki-kaki yang akan melangkah lebih jauh dari biasanya :)

Kami berangkat sekitar pukul 5 sore dan sampai di sana sekitar pukul setengah 6. Sekitar sepertiga (saya rasa), kami lewati dengan kendaraan bermotor. Kami menuju kawasan kolam Belanda sebagai garis start. Oh iya saya lupa, jadi nama daerah tujuan kami adalah Mandiangin. Tempat itu merupakan kawasan hutan yang sebenarnya dikelola. Ketika kami sampai di sana, sepertinya kami adalah orang pertama yang datang.

Kolam di dekat titik start
Perjalanan mendaki kami mulai, namun matahari akhirnya kembali ke peraduan di tengah perjalanan. Saya pikir, ini titik yang lumayan bagus untuk melihatnya. Setidaknya kami masih sempat melihat matahari terbenam sore itu.



Beberapa potret yang dapat kami abadikan. Senja memang selalu cantik.

Langit mulai meredup, siang pun berganti malam. Kami beristirahat sebentar di dekat sebuah mata air sekaligus menjalankan sholat magrib. Salah satu sholat yang pernah saya lakoni di tengah-tengah ruang terbuka, hembusan angin memang menenangkan. Airnya pun menyejukkan. Di titik inilah kami mulai melihat bintang, satu per satu mereka menunjukkan terangnya. Ah kami lega, setidaknya malam ini cerah dengan pertandanya.

Kami melanjutkan perjalanan cukup jauh dengan jalur pendakian yang cukup miring. Sesekali kami berhenti, karena saya merasa detak jantung sudah sangat memburu. Malam itu, suasana dingin mulai menyelimuti kami, angin berhembus dengan cukup kencang. Ada satu kejadian yang membuat cukup was-was malam itu. Jadi, di antara kami tidak ada yang tau lokasi dan jalan menuju puncak. Beberapa teman memang sudah mendaki gunung ini tapi belum sampai pada puncak. Dan malam itu, kami bertekad menuju puncak tanpa tau medan dan arah jalan. Sesampai di tengah hutan, kami mulai sedikit kebingungan karena hutan tersebut menutup langit dan membuat susasana cukup gelap dan bagi saya mencekam. Ada dua buah jalan di tengah hutan, membuat saya semakin berpikiran was-was dan agak ketakutan. Mungkin ini efek terlalu mendramatisir film-film. :D

Kami tetap meneruskan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan rombongan lain. Kami mampir dan menanyakan lokasi puncak. Namun, ternyata mereka juga kali pertama mendaki. Mereka memutuskan untuk berhenti di satu lokasi tersebut. Kami merasa lokasi tersebut kurang cocok dan kami tidak bisa memasang tenda, kami pun memutuskan untuk kembali dan menuju lokasi sebelumnya dimana ada sebuah titik dengan langit yang cukup terbuka. Kami berharap, esok pagi matahari akan indah dari titik ini.

Kami akhirnya memutuskan untuk berhenti dan membuat tenda. Mungkin karena kami sudah cukup kelelahan. Para lelaki mendirikan tenda dan para perempuan membuat perapian. Kami pergi bertujuh, dengan 4 laki-laki dan 3 perempuan. Setidaknya kami bersyukur di bawah langit ini kami bisa melihat bintang-bintang yang benar-benar bertaburan dengan indahnya. Serasa begitu dekat dan bisa dipetik! Langit malam yang begitu cantik, meski tak ada bulan.

Kami sholat dan kemudian makan--seadanya. :D Malam itu, langit begitu indah untuk dilewatkan. Kami menggelar alas dan tidur di bawah langit dengan bintang-bintang yang menghiasinya. Baru kali ini saya merasa, langit memang seperti permadani yang terbentang luas. Kami menghabiskan waktu dengan bercerita. Cerita yang sebenarnya tidak boleh diceritakan lagi di tempat lain, karena itu adalah janji. Kami membahas mengenai topik Man from Mars and Women from Venus, dan hal-hel yang terkait dengan itu. Cukup menyenangkan, hanya saja waktu tak cukup panjang. Kami sudah cukup letih dan akhirnya memutuskan istirahat di dalam tenda.

Ternyata, kami bukanlah satu-satunya pendaki malam itu. Ada banyak sekali pendaki yang baru memulai perjalanannya malam hari. Puluhan orang berbondong-bondong menuju puncak. Sayang kami sudah teramat lelah untuk turut serta bahkan untuk sekedar bertanya. Kami pun tertidur di malam yang dingin, namun hangat itu. :)

Paginya, sudah banyak sekali yang menunggu munculnya matahari. Semburat cahaya merahnya amat menggoda. Di sini semua orang seperti tiba-tiba punya ambisi yang sama, yaitu menanti.


Dan di sinilah kami pagi ini.. Pagi yang cerah dan indah.

Sesudah selesai membereskan tenda, kami pun kembali. Ternyata, menuruni itu tak semudah menaiki. Keduanya memiliki tantangan tersendiri. Saat kau mendaki, kau akan belajar untuk berpacu. Dan saat kau turun kau akan belajar, menahan diri.

Banyak pendaki lain yang pulang sambil mungutin sampat, keren!

Haha.. istirahat dulu

Itu cerita mendakiku..Mana ceritamu? :)
Terima kasih teman-teman untuk perjalanan ini. Semoga perjalanan ini akan berlanjut lagi~


No comments: