Baiklah, seperti biasa.. setiap ingatan dapat terhapus oleh masa, jadi saya akan menuliskannya di sini. Mungkin sebagai pengingat di kala lupa atau sebagai pelipur di kala rindu.
Cerita ini akan penuh dengan foto, pun kata-kata. Maaf jika akan sedikit berat pada koneksi anda. :D
Cerita ini dimulai ketika malam itu, salah seorang teman mengungkapkan idenya untuk mendaki gunung. Tidak, tidak sekelas Bromo atau Mahameru.. Kami hanya pergi ke gunung di dekat lokasi kami tinggal sementara ini.
Saya yang belum pernah mendaki ini tentu saja sangat excited. Saya memang lebih suka diajak untuk pergi menjelajah ke alam, ke tempat tradisional penuh etnik budaya, atau ke tempat-tempat dimana kotor bukanlah masalah, dan tentu saja menjadi diri sendiri adalah hal yang sah. Bukan apa, ada beberapa perjalanan yang justru di dalamnya kau hanya seperti mayat hidup yang bersandiwara dan merasa "aku harus bersikap seperti mereka".
Malam itu, tanpa pikir panjang saya katakan saya ikut. Tujuan kami ke sana adalah untuk melihat matahari terbenam dan terbit. Dan saya, menambahkannya untuk tadabur alam. Awalnya, rencana kami adalah pergi di sabtu sore dan akan kembali minggu sore. Tetapi apa dikata, hari itu kami harus mengikuti kuliah pengganti sebanyak 3 kali pertemuan. Sebenarnya tak masalah karena perjalanan masih tetap bisa dilaksanakan usai perkuliahan, namun ternyata cuaca tak cukup bersahabat sore itu. Langit muram, sore itu turun hujan. Terlebih angin yang berhembus kencang dan akhirnya memupuskan harapan kami untuk pergi. Kami pun menunda kepergian menjadi senin sore karena hari selasa adalah hari libur.
Meskipun sempat tertunda dan banyak teman-teman yang akhirnya membatalkan keikutsertaannya, saya tetap excited dan bersemangat. Sore itu, sempat diwarnai sedikit hujan yang awalnya mengkhawatirkan. Alhamdulillah, hanya sementara dan kami tetap pada rencana semula. Izin orangtua telah dikantongi, segala persiapan telah dilakoni. Kami siap berangkat.