2.13.2014

Studying Abroad - Windy Ariestanty dan Maurin Andri


Studying Abroad adalah buku yang telah saya beli sejak Juli tahun lalu dan sempat menjadi daftar buku yang saya janjikan untuk diceritakan di blog ini. Hmm.. kenapa saya bilang cerita? Soalnya saya kan memang bukan--atau belum jadi--expert dalam hal review buku. Lagipula, blog saya kan bukan blog buku. Hihi

Buku ini saya beli setelah saya baca buku Life Travelernya mba Windy Arietanty. Saya suka penuturan mba we--begitu panggilannya--sehingga saya pun tertarik untuk kembali membaca bukunya, selain karena konten dari buku itu sendiri tentunya.

Studying Abroad mengusung tentang cerita disertai tips-tips untuk belajar dan bertualang di negeri orang. Kalau banyak orang bilang Don't judge a book by it's cover, kok saya malah nggak ya? Seringkali, hal pertama yang membuat saya tertarik membeli sebuah buku itu justru sampulnya. Sejauh ini, ketika saya menyukai sampul sebuah buku plus isinya, artinya ada 'klik' antara keduanya pada buku tersebut, maka saya katakan itu sukses. Bukankah sampul itu dibuat untuk menggambarkan isinya? Tapi tentu saja, konten tetap menjadi dasar utama untuk membeli sebuah buku.

Hal unik yang saya suka dari buku ini adalah desainnya. Buku ini disertai dengan ilustrasi khas 'gagas' yang catchi. Buat saya, hal yang satu ini cukup menarik untuk membuat saya bertahan membaca sebuah buku.

Studying abroad, journey, cute
Unik ya? :)

Beranjak ke isinya, buku ini menceritakan pengalaman penulis saat menjalani studi di negeri orang yang diselipi dengan tip-tip, semacam guidelines untuk para pelajar yang berminat untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Berikut ini daftar isi yang ada di dalam buku ini:
Journey 1: Pilih Negara, Pilih Sekolah
Journey 2: Mengejar Beasiswa, Why not?
Journey 3: Living Cost
Journey 4: Important Things (Passport and Visa)
Journey 5: Leaving on the Jet Plane
Journey 6: Welcome to International Life
Journey 7: Getting a Part Time Job
Journey 8: Buying Experiences

Buku ini menyajikan informasi yang cukup membantu --menurut saya--untuk para pelajar yang punya keinginan belajar di Negeri orang. Melalui buku ini, sedikit banyak saya mengetahui bagaimana membuat passport dan visa, apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan. Bagi saya membaca buku ini seperti belajar dari pengalaman teman. Selain itu, ini adalah kali pertama saya membaca buku sambil menggenggam kalkulator, dimana lagi jika bukan bab tentang living cost, yang ternyata lumayan tinggi apalagi dengan kurs Dollar saat ini. Antara membuat semakin semangat dan khawatir. :D

Dibandingkan semua informasi yang penulis berikan di dalam buku ini, yang paling menarik menurut saya adalah persoalan budaya. Jelas sekali yang namanya perpindahan  akan menimbulkan culture shock. Disini penulis ceritakan sedikit pengalamannya yang ternyata cukup mengejutkan bagi saya, mulai dari anggapan lesbian karena memiliki roomate sesama jenis atau karena bergandengan tangan. Juga persoalan agama tentunya, bahkan penulis pernah dikerjai rekannya dengan diam-diam menghidangkan babi dalam menu makan bersama mereka.
Kalau di Indonesia, gandengan tangan dianggap biasa :D

Kalau saya sih pasti marah, batin saya. Tapi tidak sebaliknya yang dilakukan si penulis. Meskipun candaan rekannya itu kelewatan, ia tetap berusaha mengendalikan dirinya, mungkin sadar jika muslim adalah kaum minoritas di Negara studinya. Memaksa non muslim untuk memahami halal haram tentu bukan persoalan mudah.

Sedikit hal yang mengecewakan dari buku ini adalah tidak ada bab tersendiri yang benar-benar membahas petualangan pelajar di Negeri orang. Padahal, saya pikir awalnya akan ada bab khusus yang akan merangkum petualangan-petualangan unik menuju tempat-tempat seru saat liburan. Namun ternyata hanya sedikit sekali cerita tentang itu, dan itu pun diselipkan pada bab lain. Ya, saya paham esensi buku ini bahkan belajar di luar negeri bukan untuk itu. Tapi tidak ada salahnya kan menyelam sambil minum air? Yang penting tidak tenggelam. :D

Satu lagi, sepertinya akan tambah menarik jika buku-buku sejenis ini juga membahas secara detail tentang culture shock dalam hal makanan. Tau sendiri kan bagaimana lidah orang Indonesia yang suka masakan kaya akan rempah. Menghadapai perubahan jenis makanan yang berbeda ciri khas itu tentu akan menjadi tantangan tersendiri. Mungkin lain kali saya harus membeli buku yang membahas ini jika ada. :D

Secara keseluruhan, informasi dari buku ini cukup membantu kok. Kalau kamu berminat belajar di Negeri orang tidak ada salahnya membaca buku yang satu ini. Bahasa di buku ini jauh lebih ringan untuk dipahami dibanding buku sejenis yang pernah saya baca yaitu La Tahzan for Students.

Oh iya, saling mendoakan ya, semoga suatu saat nanti saya dan juga kalian yang membaca ini punya kesempatan untuk belajar dan bertualang di Luar Negeri! Aamiiin!

Happy reading! ;)




3 comments:

PENERBIT said... Reply Comment

saya sgat menyukai buku ini!

mizzyu said... Reply Comment

Yap, saya jg suka tulisan mb windy ariestanty nie. Saya justru beli buku ini dluan sbelum yg life taveler. Tpi sudh suka tulisan dan gaya bahasanya, makanya begitu ktemu buku life traveler, tmbh suka bgtsss... Hehe... Yg life traveler, sperti memebaca buku diary saya sendiri. Agk gw bgt gitu... Wekewekeweke...^-^

mizzyu said... Reply Comment

Yap, saya jg suka tulisan mb windy ariestanty nie. Saya justru beli buku ini dluan sbelum yg life taveler. Tpi sudh suka tulisan dan gaya bahasanya, makanya begitu ktemu buku life traveler, tmbh suka bgtsss... Hehe... Yg life traveler, sperti memebaca buku diary saya sendiri. Agk gw bgt gitu... Wekewekeweke...^-^