Entahlah, beberapa hari ini gue merasa terlalu 'sensitif'. Hal-hal yang biasanya nggak jadi suatu masalah, belakangan ini rasanya berbeda. Kata-kata yang 'nyelekit' sedikit, rasanya langsung sakit. Terkadang kesensitifan itu membuat hati menjadi jauh lebih sempit, sensitif dalam segi negatif lebih tepatnya. Gue mikir, apakah gue yang suudzon, atau ini adalah puncak kekesalan? Gue rasa bukan. Hanya saja terkadang, ada saat dimana gue merasa ada di posisi 'goyah'. Gue tau, sikap, perasaan dan segala hal negatif ini salah, nggak baik. So, gue cari tempat untuk menumpahkannya, meskipun sebenarnya ini bukannlah 'kebiasaan' gue. Awalnya ini melegakan, bahkan ya.. gue tau gue jauh lebih lega meskipun nggak sepenuhnya. Tapi pada akhirnya, inilah tempat sesungguhnya untuk menumpahkan segala keluh kesah gue (untuk kesekian kalinya).
Sebenarnya kalau boleh jujur, waktu itu gue sempet kecewa. Kecewa dengan pola pikir seorang teman. Gue nggak marah, tapi kecewa, sedih. Kata-kata itu, ada makna tersirat di dalamnya. Semoga gue salah mengartikan, tapi sepahaman gue, ketulusan dan usaha yang sudah gue lakukan nggak ada apa-apanya, nggak bernilai di matanya. Gue kecewa, kemana makna 'ketulusan' itu? Sebatas itukah dinilai, dengan materi kah? Jangan sampai gue salah menilai, tapi sejauh ini sudut pandangku atasmu 'begitu'.
Itu, satu masalah yang membuat gue akhirnya berpikir. Adakah diri ini telah memberikan manfaat untuk orang lain? Adakah diri ini sebenarnya punya peran, diinginkan? Jujur, sekali, dua kali, dan sering kali.. Gue merasa di posisi yang nggak dibutuhkan. Ada tidaknya gue bukanlah masalah. Kalau, seandainya gue tau 'tempat' ini akan sangat melelahkan, akan mengasingkan dan membuatku kesepian, gue mungkin nggak akan menerimanya. Meskipun sekarang mundur bukanlah suatu pilihan. Namun, terkadang rasa untuk itu ada.
Taukah? semua orang tentu punya masalah. Semua orang punya. Semua orang punya atau selalu mencari tempat untuk menampung kisahnya, bebannya. Tapi taukah, seorang 'penampung' kisah pun tidak selamanya mampu membendung itu semua. Ia pun butuh 'penampung' yang lain. Tapi pada kenyataannya, nggak semua orang tau, bahkan satu dua orang pun tidak. Itulah yang terkadang membuat 'tempat' ini serasa sangat melelahkan.
Dia, sebenarnya satu tempat yang gue harapkan bisa menjadi 'penampung' itu. Tapi nyatanya, itu sekedar harapan, itu sekedar angan. Dia bahkan nggak mengerti, dia bahkan nggak paham. Dia hanya selalu berpikir bahwa aku baik-baik saja, bahwa aku kokoh-kokoh saja. Tanpa dia sadari, ada beban yang cukup berat di pundak ini, yang bahkan penyumbangnya adalah dia. Bisakah sekali saja, pikirkan gue ini manusia biasa, gue juga sama seperti orang-orang yang selalu kamu khawatirkan. Gue juga bisa goyah. Coba, bisakah sekali saja perlakukan aku seperti itu? Cukup peka kah kamu untuk itu?
No comments:
Post a Comment