Sini-sini merapat, gue kisahkan soal pengalaman belajar ilmu resep.
Jadi, semester tiga ada yang namanya praktikum farmasetika dasar. Di praktikum itu, gue belajar bikin macam-macam sediaan obat. Yaa.. Rame lah. Walaupun harus diakui, gue bahkan temen-temen lainnya yang juga lulusan SMA masih cupu banget soal ini.
Nah, di semester empat ini, ada ilmu resep 1. Apa bedanya sama farmasetika dasar? Di ilres 1, selain membuat sediaan, gue juga belajar skrining resep. Apa itu? Maksudnya, sebelum sediaannya dibuat, gue musti membongkar, menggali, dan merobek-robek resep tersebut *eh. Pokoknya begitu deh, resep tersebut harus dianalisis dulu sebelum dikerjakan, mulai dari aspek yang menyangkut legalitas, farmasetis, maupun segi klinisnya. Jadi, seorang apoteker nantinya bisa loh mengajukan pertanyaan atau saran kepada dokter untuk perubahan pada resep yang ditulis. Jadi nggak mutlak dokter yang nentuin, tapi di sinilah peran kami untuk memaksimalkan kesembuhan pasien. Ya itu tadi, melalui serangkain skrining yang nantinya menentukkan obat yang akan diberikan pada pasien.
Kedengerannya asik ya? Tunggu dulu, bisa jadi asik sih sebenernya. Tapi, ada satu hal yang perlu kalian ketahui. Di sini, gue nggak ngerjain per kelompok tapi sendiri-sendiri. Ya iyalah, masa entar pas udah kerja musti memboyong temen sekelompok. :D
Sekarang kita ke bagian utama dari cerita gue. Sebelum praktikum, kami pasti di-briefing. Sudah jadi rahasia umum, setelah briefing pasti akan terjadi kerusuhan. Waktu itu, briefing ilres 1 hari rabu. Alngkah terkejutnya kami ketika mendapat kabar di hari kamis sore, "Besok harus sudah pretest dan mengumpulkan laporan awal. Silahkan hubungi asisten masing-masing" *deeerrr! langsung pucat* Masalahnya adalah asisten kami bukanlah kakak tingkat kami, melainkan dosen kami sendiri. Daaaann, bagian terbaiknya adalah kelompok gue dapet asisten dosen yang terkenal dengan bikin mahasiswanya, diem nggak berkutik, bungkam.
Malam hari, kami kocar-kacir mengerjakan laporan awal, format laporan nggak jelas, cara kerja nggak ada, modul nggak jelas, ngitung dosis masih galau. Lengkap! Tanya sana tanya sini, semuanya juga pada bingung. Bahkan, anak-anak lulusan sekolah menengah farmasi pun ikutan jadi cupu dibuatnya. Terlebih, besok juga ada pretest dan 2 praktikum untuk mata kuliah lainnya. Waktu yang padat. Seperti biasa.
Waktu itu, gue, risa dan mira ngerjain laporan awal bareng di kos mira. Masih dengan kekalutan kami, tiba-tiba hadirlah angin sejuk. Sebuah jarkom diterima, "besok nggak jadi pretest." Kami riang gembira tak terkira rasanya. Speed mengerjakan laporan menjadi agak menurun, santaaai..kayak di pantai.. Sampai akhirnya ada badai di pantai itu! Ada jarkom datang, yang menyatakan jarkom sebelumnya hanya untuk sebagian kaum. Kami kecewa. Harapan kami pupus sudah. Waktu itu sudah jam 10 malam, siapa yang berani sms dosen jam segitu? Siapaaaa? jerit hati kami.
Kabar semakin tidak jelas, kepastian nggak ada. Sementara, semangat kami mengerjakan laporan kandas sudah. *lebay* Kami pun tidur, bukan kami. Tapi hanya gue dan risa. Sementara mira, masih melek karena wilayah pulau kapuknya gue kuasai. :D Ketika bangun, gue gelabakan. -_- Percayalah, kami anak-anak farmasi akan sangat merasa berdosa ketika ketiduran ataupun tidur yang disengaja. Ah, sudah! Kerjain aja seadanya, palingan juga ngak jadi hari ini. Begitulah anggapan gue, meskipun ada kekhawatiran yang menjadi-jadi.
Di kampus, seperti ngak ada pencerahan karena yang ditanya pun juga masih kebingungan. Sampai, satu goncangan melemaskan kaki-kaki kami (lagi). Mute datang dengan langkah terburu-buru, lalu dia sampaikan kabar, "Asisten kita minta siang iniiii!!" Sudahlah, pasrah..
Siang itu kami mau nggak mau, bisa nggak bisa pretest, di jam setengah 2. Padahal jam 2 kurang 15 menit kami juga harus pretest praktikum lain. Sudahlah, jalani saja jalani saja.. Hibur gue sendiri. Ketika kami masuk ruangan dosen tsb, dinginnya seakan-akan mengirim sinyal pada kami, akan ada sesuatu terjadi. Kami dipersilahkan duduk, "Silahkan belajar aja dulu." kata beliau. Kami? nyengir. Muka udah pucet aja bawaannya.
Lalu beliau menghampiri kami, ditanya soal skrining legalitas. Mayan lah.. Ada aja yang bisa jawab. Nah! pas udah menyangkut dosis, kami dibantai. Satu kesalahannya adalah, kami hanya tau setengah-setengah dan beliau pasti akan menuntaskannya, dengan memburu kami misalnya. Muka kami sudah bener-bener pasrah. Di situ ada kesalahan kami dalam menuliskan dosis. Yak! jadilah.. Ibarat sedang perang, waktu itu dosen kami adalah pihak Jepang dan kami adalah peuang dengan bambu runcing, yang meruncingi bambunya saja belum sempat.
Kami keluar, dengan sedikit rasa lega dan rasa entahlah tadi dikasih nilai berapa. -_- Lanjut, ke lab. pretest praktikum lainnya. Yang kami kira sudah terlambat, ternyata belum. Tapi, sistem pretestnya adalah lisan juga. Whatta &^@E(E%!( day..
Itu, hari itu.. jumat 8 Maret 2013. Hari dimana, air mata semakin sulit untuk dibendung dan rasa lelah menjadi-jadi.
Tapi, gue dapati hari ini gue masih hidup, dengan senyuman yang masih bisa disunggingkan ketika menulis ini. Semoga, nanti, esok dan seterusnya gue, dan juga temen-temen gue selalu diberi kekuatan dan kesabaran untuk melalui hari-hari kami yang berat. :')