Masak, kegiatan yang penuh interaksi dengan dapur dan segala macam perlengkapannya. Entah pisau, panci, maupun penggorengan. Tanpa disangka seorang cewek yang dulunya antis dengan kegiatan ini pada akhirnya jatuh cinta dan keranjingan. Siapa lagi kalau bukan aku. :P
Dulu nih, aku memang paling nggak suka disuruh masak. Kalaupun ke dapur dan bantu-bantu itu juga cuman potong-potong bahan makanan yang bakal dimasak. Kalau udah disuruh masak apalagi kalau bukan kabur dengan jurus kaki seribu. :))
Alasannya sebenernya simple, aku kurang PD sama hasil masakanku sendiri. Rasanya pasti aneh! Waktu itu temen aku sampe ketawa geli, dia bilang “kan bisa dirasain yu.hehe” Iya juga sih, pikirku. Tapi, nggak tau kenapa lidah ini rasanya kayak mati rasa gitu. Kalau masak jatohnya pasti manis (sesuai orangnya, wahaha). Gimana ya, mau naburin garam takutnya setengah mati selalu terngiang-ngiang kalau bakal keasinan kan jadinya maluuu.. :D Akhirnya tertanam dalam alam bawah sadarku, masak itu ribet, pokoknya bawaannya riweh
Tapi, sekarang nggak lagi. Semenjak aku ngeliat 3 kakak-kakakku yang semuanya cowok dan semuanya bisa masak apalagi enak, otomatis status kewanitaanku dipertanyakan. (apa sih? Kewanitaan apa? Haha, maksudnya statusku sebagai anak perempuan. Intinya, perempuan kok nggak bisa masak? Kok kalah sama si kakak yang cowok?)
Sejak makan mie buatan kakak ketiga yang enak gila (lebay!), aku super duper envy sama dia. Mie yang biasanya monoton dan gitu-gitu aja jadi seenak itu. Nggak cuma itu, dia juga jago buat sambel yang ibuku aja kalah enak. Akhirnya aku coba ikutin cara masaknya, percobaan dan tarrraaa.. ternyata enak! ^^ nah, dari situ aku mulai PD masak. Ternyata nggak seburuk yang aku bayangkan.
Mulai saat itu aku jadi sering mantengin acara-acara masak di TV. Koki favoriteku adalah Farah Quinn. Awalnya nggak suka sama dia, masaknya kayak serabutan gitu nggak jelas. Tabur sana tabur sini, tapi orang bilang masakannya enak. Sempet mikir, mereka itu disogokkah biar bilang kalau masakannya enak. Tapi, semenjak Farah bilang kalau masak itu pake feeling aku baru ngeh kenapa gaya masak dia kayak gitu. And now, totally i love her style! :]
(sebenernya pengen masukin pic nya si farah, tapi hmm.. nggak jadi deh! fotonya.. mmm)
Satu lagi kata-kata dia yang aku ingat, meskipun di resep udah ada takaran suatu bahan, misal 100 gram atau cc gitu belum tentu semuanya kita butuhkan. Ada kalanya kita harus menyesuaikan keadaan pada saat kita masak. Kalau memang sudah manis apa perlu ditambah dengan gula? Kalau sudah cukup air apa harus kita paksakan sesuai takaran? Nggak kan? Nah, filosofi ini sepertinya cocok dalam menghadapi dinamika kehidupan. :] Sebuah elastisitas karakter, nggak memaksa, fleksibel!
Setelah mulai PD buat masak akhirnya aku jadi sering main di dapur, entah sekedar ngobrol bareng ibu sambil masak atau icip-icip. Berhubung setelah ujian nasional aku punya banyak waktu luang, nggak seperti hari-hari sekolah ketika aku sibuk dengan tugas dan tugas. Bahkan dapur pun jadi tempat curhat yang paling nyaman. Seputar kuliah dan bagaimana aku mempersiapkan diri sebagai anak kosan adalah hal-hal yang jadi topik utama pembicaraan kami. Ibu berbagi resep masakan dan memberi banyak arahan kelak aku harus masak apa dan bagaimana.
Semua itu membuat aku makin merasakan betapa menyenangkannya dapur. Memotong sayur-mayur, mencucinya, menyiapkan bumbu, menghaluskannya, mencuci beras, menumis sayur, menaburkan garam, sampai mencuci penggorengan dan melap setiap sudut dapur. Rasanya semuanya menarik!! Setiap warna kunyit yang tertinggal di jemariku, aroma seledri yang tertinggal di sela-sela kuku, wangi bawang yang ditumis, hingga letupan-letupan saat menggoreng ikan semuanya meninggalkan kepuasan tersendiri. Sampai sekarang bagiku masak tetap kegiatan yang cukup ribet, tetapi saat dilakukuan dengan senang hati rasanya jadi berbeda.
Berbeda ketika semua kelelahan dan aroma tubuh yang berubah setelah selesai memasak terbalaskan dengan senyum di wajah mereka dan lahapnya mereka makan. Aku pikir itu adalah kebahagiaan seorang koki. Lagi-lagi aku belajar, belajar untuk menghargai setiap kerja keras seseorang setidaknya dengan senyuman untuk mereka yang telah berusaha melakukan sesuatu untuk kita.
Satu lagi kesanku terhadap memasak, memasak itu romantis! ^^ kenapa begitu? Memasak kan menggunakan feeling, jadi bagaimana rasa masakan itu kurang lebih akan menggambarkan hati seseorang. Lihat bagaimana seorang Farah Quinn mengungkapkan kasih sayangnya pada suami dan anak-anaknya! Ya, dengan memasak tentunya! She’s so inspiring me..I want to do it someday.
Nah, supaya lebih semangat ini ada video dari Suju-H Cooking Cooking! ^^
Thanks for reading! Happy Cooking! ^^
No comments:
Post a Comment