Gw cuma remaja biasa, remaja yang juga turut merasakan gelombang kehidupan di usia peralihan ini. Gw bukan lagi anak kecil tapi gw juga belum bisa disebut dewasa. Kadang tingkah gw nggak nunjukkin sama sekali gw anak SMA, tapi kadang bisa jadi 180° kebalikannya. Seperti remaja pada umumnya, huru-hara kehidupan kami ya itu-itu aja. Masalah sama ortu, temen, pacar, sekolah, dkk.
Lo sedih gara-gara broken home, orang bilang wajar, anak muda! Lo marah-marah gara-gara temen lo khianatin lo, orang bilang wajar, anak muda! Bahkan saat lo nangis-nangis karena putusan, atau pacar lo selingkuh, sekolah nggak karuan, itu semua bersinergi jadi satu jadi masalah yang kompleks! Dan orang tetap bilang wajar. Sederhananya, masalah lo yang sebenernya itu bukan masalah lo tapi cara lo ngadepin masalah lo. Mungkin itu bukan masalah ketika lo dapet nilai 4 atau lo digosipin seorang gay (haha) kalo lo nggak peduli. Tapi, itu masalah lo ketika lo peduli. Ketika lo berpikir gimana cara mecahin masalah lo itu dan gimana lo harus bersikap.
Saat bersikap inilah yang menjadi masalah. Dengan kondisi pikiran yang masih labil tapi dituntut untuk melalui banyak kisruh kehidupan. Kami ababil (abg labil), bahkan nggak ngerti, sebenernya apa yang bakal kami perbuat. Saat tindakan lo bakal dicibir habis-habisan. Sampe kuping lo panas. Hanya karena mereka nggak ngerti apa sebenernya lo rasa!