Pernah dikritik? Absolutely, nggak ada orang yang nggak pernah dikritik, termasuk saya. Sebenernya, ini bukan kali pertama kritik serupa mampir di telinga saya. Tapi, justru itu yang membuat saya berpikir. Artinya, selama ini saya belum berubah. Semuanya bermula dari sikap saya, saya selalu ingin mengetahui lebih banyak hal dibandingkan orang lain. Entah, darimana sifat kompetitif itu muncul dalam benak saya. Saya pun berpikir menjadi lebih adalah suatu hal yang penting. Namun, disadari atau tidak orang-orang terdekat saya merasa betapa menyebalkan diriku ini. (Hehe)
Tentu saja, karena saya tumbuh menjadi seorang dengan habit 'bitching around', saya sendiri tidak menyukai orang seperti itu sebenarnya. Well, kembali pada kritikan yang dilontarkan kawan saya, saya pun menyadari how bad i'm. Siapakah saya? Apa hak saya untuk menghakimi orang-orang di sekitar saya?
Ketika saya mulai memikirkan itu semua, saya melihat orang-orang besar, orang-orang namanya diserukan dimana saja. Mereka yang telah besar dan tetap dengan kerendahan hati mereka. Saya tersadar, saya bukan siapa-siapa, apalagi menghakimi orang lain. Hal yang penting bagi setiap orang berbeda, dan tidak semua orang butuh dan mau tahu soal hal-hal yang saya anggap penting. Tidak semua orang senang ‘dikoreksi’, dan belum tentu yang saya koreksi itu merupakan hal yang tepat menurut orang lain. Saya pun paham bahwa sesungguhnya saya tidak tahu apa-apa, sehingga tidak berhak ‘membenarkan’ siapa-siapa. Saya juga tahu bahwa saya tidak lebih pintar dari siapapun, karena setiap orang punya bidangnya masing-masing, sehingga saya tidak berhak bersikap sombong terhadap siapapun. Saya seperti ditunjukkan secara tidak langsung bahwa jika belum bisa memberikan apa-apa, sebaiknya tidak terlalu banyak berkomentar tentang apapun.
Dan akhirnya saya belajar, menjadi bijak lebih baik dibandingkan menjadi pintar.