Showing posts with label ngayal. Show all posts
Showing posts with label ngayal. Show all posts

2.06.2014

Ke Luar Angkasa?

Ada sebuah pertanyaan di ask.fm saya beberapa waktu lalu. Nah, waktu itu sempat saya posting kan soal pending post? :D Ini dia alasannya, saya mengikuti kegiatan Pramunas XV ISMAFARSI di Malang dengan tuan rumahnya Universitas Brawijaya. Mau tau cerita selengkapnya klik di sini!

Ada dua pertanyaan yang saya peroleh di ask.fm. Pertanyaan pertama adalah, "Apakah kamu ingin pergi ke angkasa luar?". Pertanyaan yang unik! Tapi nampaknya anda bertanya pada orang yang tepat! :D

Ya, saya pernah bermimpi pergi ke luar angkasa, bekerja sebagai astronot. Bahkan dulunya, saya pernah berniat untuk mendaftar jurusan astronomi di ITB. Aneh dan konyol ya?

Saking kurang realistisnya impian saya waktu itu saya pernah dimarahi dan dicemooh oleh orang tua dan kakak-kakak saya. Memang, untuk ukuran anak SMA, mimpi seperti itu sepertinya terlalu kekanak-kanakan. Memangnya kamu mau masa depan yang seperti apa dengan menjadi astronot? Kira-kira begitulah yang mereka bayangkan.

Sebenarnya, keinginan itu bukanlah tanpa dasar. Semenjak SMP saya mulai menggeluti ilmu astronomi. Kemudian, saya mulai takjub dengan alam semesta dan segala keajaiban di dalamnya. Tentang bintang, planet, rasi bintang, alam semesta, jagat raya. Sungguh, dunia ini luas. Masih ada tata surya lain, masih ada galaksi lain.. Coba bayangkan..


Meskipun apa yang dipelajari terlihat abstrak, cahaya, partikel, massa.. tapi menurut saya itu menarik dan menakjubkan. Sampai akhirnya keinginan itu pupus ketika saya akhirnya menyerah dan menurut untuk masuk jurusan farmasi.

Bagaimanapun, ternyata setelah dijalani, kuliah di farmasi memang tidak terlalu buruk. Namun, saya tetap akan mengingat bahwa luar angkasa pernah menjadi bagian dari impian saya.

Bintang favorit saya, beruang kecil dan besar



1.17.2014

Membaca Pikiran

http://spoonful.com

Terkadang, saya ingin sekali bisa membaca pikiran orang lain. Tanpa perlu susah payah bertanya, tanpa perlu susah payah menduga-duga. Saya akan dengan mudah tau apa yang mereka pikirkan ketika berbicara dengan saya, apa yang mereka pikirkan tentang saya, dan apakah saya cukup menyenangkan atau menyebalkan di mata mereka? Semua itu tentu dengan mudahnya saya ketahui, jika saya dapat membaca pikiran mereka.

Tapi, setelah saya pikir kembali, sepertinya sekalipun Tuhan memberika mukjizat semacam itu, saya pasti akan menolaknya.

Mungkin, di awal-awal saya akan riang tak terkira, memiliki kemampuan semacam itu pasti akan sangat menyenangkan. Saya bisa mengerti apa yang orang lain pikirkan ketika kami sedang mengobrol, saya akan menimpalinya dengan hal yang tentunya akan "nyambung". Ah, pasti akan menjadi percakapan yang menyenangkan sekali. Ketika ujian, ketika tidak tahu apa jawaban dari soal-soal yang ada di hadapan saya, mudahnya, saya pasti akan membaca pikiran teman saya. Ah, ujian pasti akan sangat mudah bukan? Ketika saya sedang berbelanja, maka saya akan mudah memperkirakan harga terendah yang bisa saya bayar untuk mendapatkan barang yang saya inginkan, tentunya dengan membaca pikiran si penjual. Betapa menyenangkan bukan?

Semuanya sepertinya akan terasa menyenangkan dan jauh lebih mudah ketika saya-lah si pembaca pikiran itu. Namun, bagaimana jadinya jika orang lain pun memiliki kemampuan yang sama. Bagaimana jika mereka pun mampu membaca pikiran saya? Mungkin, tidak akan pernah ada percakapan yang menyenangkan dan "nyambung" seperti yang saya bayangkan. Iya, karena percakapan itu hanya terjadi lewat "kepala", lewat membaca pikiran lawan bicara masing-masing. Bayangkan, betapa sepinya dunia ini. "Kau tahu senang sekali bisa pergi denganmu!" | "Iya, aku sudah membacanya dari pikiranmu." | ..

11.13.2013

Private-Library (Every Bookworm Wants)

Ada seseorang yang mengatakan, Perpustakaan adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi ketika menginjak tanah suatu bangsa--di samping masjid dan tempat pendidikan (kampus). Sepertinya benar, sebagai seorang bookworm aku mengakuinya . ^^

Meskipun dunia digital saat ini sudah berkembang pesat, membaca buku dalam bentuk cetak sepertinya masih menjadi cara yang paling nyaman dan menyenangkan untuk menikmati sebuah buku. Nah, kita semua pasti sudah tau kalau perpustakaan menjadi salah satu sarana untuk itu. Ada banyak sekali perpustakan keren di dunia. Tapi, rasanya alangkah lebih menyenangkan jika kita punya perpustakaan pribadi. Wah pasti seru dong bisa koleksi banyak buku dan membaca semuanya sampai tenggelam. :D

Pernah kepikiran nggak punya tempat semacam itu? Nah, ini nih beberapa contoh perpustakaan pribadi orang-orang dari instagramnya.

http://statigr.am/p/485263243963646748_309980111
Kesannya hangat ^^

http://statigr.am/p/475177511204913425_175792015
Baca buku ditemenin suasana alam.. Hmm!


7.30.2013

Treehouse - In My Mind

Treehouse atau rumah pohon
Pernah nggak kalian punya suatu keinginan sederhana yang sampe sekarang belum kesampaian?

Kalau aku, ada. Dari dulu, tepatnya sejak umurku masih dalam bentuk satuan. Sejak saat itu aku selalu ingin mempunyai sebuah rumah pohon. Rumah pohon yang ada di tempat yang sunyi, ada pemandangan rumput yag luas serta angin yang berhembus sejuk. Terlalu aneh? I guess not. :p

Besar
atau Kecil

Ada banyak kincir-kincir angin yang akan berputar pada siang hari.

2.13.2012

Oh Bunda..

Rutinitas hari ini setelah kuliah adalah seperti biasa,duduk manis di depan laptop kesayangan. Sekedar ingin tau bagaimana keadaan dunia luar hehe ( maklum nggak ada tv di kosan jadi bener-bener tergantung dengan internet :face22:). Baiklah, lanjut. Niat awalnya sih mulia, pengen langsung ngerjain tugas dari dosen tadi pagi. Eh, tiba-tiba dapet ide. Ya, mau nggak mau deh langsung dituang aja. Jarang-jarang nih on fire!!  

Sedikit ngayal nggak apa-apa kan? :10: Barusan kepikiran gimana kalo gue punya anak. :face75: (ckck pemikiran ini) Lagi ngebayangin ngobrol bareng anak gue yang imut-imut, kira-kira seumur Afika gitu~ Bayangin deh, lagi unyu-unyu-nya kan? :109: :face75:  

Trus dengan kepolosannya dia nanya banyak hal ke gue, sebagai bunda yang baik gue jawab semua pertanyaan-pertanyaan lugunya. Gue ceritain semua pengalaman gue, sementara anak gue masih dengan mata polosnya memandang penuh kekaguman. Gue liat matanya, masih bening. Gue ngerasa bener-bener lagi nulis di atas kertas putih. Gue elus kepalanya, gue ajari bidadari kecil itu kebaikan-kebaikan. Gue cerita tentang mimpi-mimpi gue, hal-hal yang ingin gue capai ketika muda dulu. Gue bilang, "Sebenarnya, masih banyak hal yang sampe sekarang bunda ingin wujudkan. Tapi, sekarang rasanya lebih sulit karena usia bunda." Gue lalu ngeliat ke mata anak gue, "Kalau bunda masih muda, masih seperti adek, bunda akan gunain waktu bunda sebaik-baiknya. Bunda bakal makin rajin belajar. Belajar apa aja, musik, bahasa, juga ilmu agama. Bunda juga bakal cari banyak temen. Nah, adek nggak mau kan kayak bunda menyesal pas udah tua? Mumpung adek masih kecil, masih muda dan punya banya waktu, adek harus pinter-pinter gunakan kesempatan yang adek punya yah.." Gue tersenyum. Dia pun mengangguk, mengiyakan perkataan gue. Kemudian dia pun memeluk gue. Bahagianya gue punya anak yang penurut. Lalu, diam-diam dari arah belakang sudah ada sesosok pria yang tersenyum manis memandangi kami. Perlahan-lahan ia mendekat. Mata kami saling bertemu, tersirat dari tatapan matanya. "Terima kasih telah menjaga dan membimbing buah hati kita.." :face12: :27: :a1:

:11: Jangan ketawa ya apalagi senyum-senyum sendiri. Namanya juga khayalan :10:. Tapi, gue ngaku. Gue pun nulis inin dalam keadaan cekikikan geli . :face75: Jangan ilfeel yah kakak-kakak.. :11:

Terima kasih atas kunjungannya!
:face40: