12.27.2014

Menulis

Sejatinya, menulis adalah tentang mengingatkan diri sendiri.

Saya kerap kali merasa apa yang saya tuliskan di media sosial atau pun blog terlalu bijak. Sebagian besar begitu, karena saya berpikir begitulah orang lain menilai saya. Namun, saya selalu menampik perasaan tersebut. Saya biarkan hati dan pikiran saya bersinergi menuliskan apapun itu yang lewat di pikiran saya.

Sampai pada suatu titik dimana saya merasa saya salah, merasa lemah dan perlu diingatkan. Saya buka kembali tulisan-tulisan itu. Tulisan yang dibuat oleh versi bijak saya, versi tangguh saya, dan versi kuat saya. Dalam keadaan seperti itu yang saya perlukan adalah tulisan-tulisan tersebut.

Karena lewat itu semua saya kembali diingatkan bahwa saya bisa menjadi seseorang yang demikian. Bahwa pesan-pesan indah nan menguatkan itu pun berasal dari dalam diri saya sendiri.

Begitulah..

Menulis sebenarnya bukan untuk orang lain. Melainkan bentuk lain diri kita yang mampu menyampaikan pesan dari hati kecil.

The Alchemist

"And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it."

Ini buku yang inspiring sekaligus nyebelin. Nyebelin karena bikin mikir terutama bagi mereka yang berniat melupakan mimpinya.


Mungkin suatu hari nanti kamu akan menyadari bahwa kamu tidak memiliki banyak waktu lagi untuk mewujudkan hal-hal yang selalu kamu inginkan. Ini inti dari satu bagian dimana sang Raja bertemu dengan si bocah. Duh, bikin saya mikir sekali.

Saya jadi berpikir, jangan-jangan membaca buku ini adalah bagian dari konspirasi jagat raya untuk membantu saya mewujudkan mimpi-mimpi saya. Saya kadang pesimis, kadang ngeri karena bermimpi, dan takut. Dan buku ini.. membangkitkan lagi semangat saya.


Ah.. menyebalkan.

Mungkin saya akan menceritakan lengkap buku ini nanti.

Men and Women Can't Be "Just Friends"

Topik ini sedikit menggelitik saya ketika saya membacanya di timeline twitter salah satu akun paling terkenal seantero mahasiswa di dunia maya. Pertanyaannya adalah, "Bisakah laki-laki dan perempuan jadi teman baik?"

Jawaban saya adalah tidak. Dua orang lawan jenis yang saling dekat tidak akan bisa hanya menjadi teman. They will become a lover too.

Ada yang nganggep orang yang nggak percaya laki-laki dan perempuan bisa jadi teman dekat tanpa ada perasaan adalah pihak yang punya rasa tapi dipendam atau mungkin yang mengutarakan tapi ternyata ditolak. Intinya, yang bertepok sebelah jidat lah. Hehe.

Kalau saya bilang mungkin bener, tapi mungkin juga salah. Nggak menutup kemungkinan sebenarnya dua-duanya saling punya perasaan tapi salah satunya sudah nyaman menjadi teman, jadi nggak berniat untuk mengubah kondisi tersebut. Bisa jadi, setelah ada sedikit perubahan 'status' malah jadi canggung dsb.

Kenapa saya bilang laki-laki dan perempuan itu nggak bisa jadi teman dekat tanpa ada perasaan? Ya karena memang begitulah kita diciptakan. Seandainya bisa, saya yakin di agama Islam nggak akan ada yang namanya batasan dalam pergaulan lawan jenis. Tuhan sudah menciptakan kita sepaket, hati, perasaan, kecendrungan, ketertarikan, itu semua udah dari sananya diciptakan. Bukan tanpa maksud tentunya.

Itulah yang membuat seseorang pasti bakalan punya perasaan terhadap lawan jenisnya saat mereka dekat, meskipun awalnya mungkin tidak pernah berpikir demikian. Bukan berarti benar-benar tidak bisa antara laki-laki dan perempuan itu dekat dan hanya berteman. Bisa! Buktinya, sepasang suami istri yang mampu bertahan selama bertahun-tahun bersama. Saya yakin mereka tidak hanya menjadi orang yang saling mencintai, tetapi juga menjadi sahabat dekat sesekali. Tapi tidak selalu kan?


Bisa jadi teman, tapi.... :)

So, keep your heart guys!


12.13.2014

Use it or Loose it

Gambar dari sini
 Ada satu pernyataan dosen saya sewaktu kuliah yang membuat saya tertegun. Saat itu dosen saya mengatakan, tubuh kita memiliki prinsip Use it or Loose it. Ketika tidak digunakan maka kita akan kehilangannya. Kebetulan saat itu yang sedang dibahas adalah apa yang akan terjadi pada sistem pencernaan kita jika kita tidak menggunakannya. Kemudian beliau melanjutkan, bisa jadi anda akan kehilangan 'otak' anda jika tidak menggunakannya.

Saya jadi teringat di lain kesempatan pernah membaca artikel mengenai 'cara astronot makan'. Pernahkah kalian mendengar bahwa astronot di luar angkasa hanya membawa bekal berupa kapsul untuk makan? Di dalam kondisi seperti itu tentu saja tidak memungkinkan untuk makan seperti biasa. Maka dibuatlah kapsul berisikan zat-zat yang diperlukan tubuh sebagai gantinya.

Pernah terpikir bagaimana jadinya jika kita yang di bumi juga melakukannya? Kita hanya menelan, tidak lagi memerlukan proses mencerna sebagaimana biasanya. Bisa saja lambat laun, manusia di masa depan tidak bergigi. Sekali lagi mekanisme Use it or loose it mungkin sekali terjadi.

Kemudian beliau melanjutkan, ketika kita melakukan suatu kesalahan maka akan ada suara-suara kecil yang muncul dalam diri kita. Ada yang memperdulikan namun tak jarang sebagian kita mengabaikan. Seperti mekanisme yang telah disebutkan sebelumnya--Use it or Loose it--maka bisa diprediksi lambat laun suara-suara kecil itu akan hilang ketika kita tidak menggunakannya (dalam hal ini mengabaikannya).

Ini dia titik kritisnya. Ketika memiliki suatu prinsip dan idealisme terhadap kebenaran, maka jangan pernah sekali-kali mengingkarinya. Sekali diingkari, suara hati kita akan membisikkan itu salah. Namun, ketika berkali-kali dilakukan kemudian diabaikan maka kita akan 'kebal' dan menganggapnya tidak ada. Sesuatu yang di masa lalu dianggap salah, maka suatu saat bisa dianggap benar. Begitulah mekanisme ini berlangsung.

Oleh karena itu, hati-hatilah. Boleh jadi mekanisme ini sedang terjadi pada anda, tanpa disadari.

Menang

"Pada akhirnya orang yang mengalah dengan ikhlas akan dituntun dengan cara-Nya dalam menggapai kemenangan. Percayalah."

-Hati kecilku-

12.06.2014

Hadiah Terbaik


Hadiah terbaik yang bisa kita berikan kepada seseorang adalah waktu, cinta dan perhatian kita. Bukankah ketika mendoakan seseorang dengan tulus kita telah memberikan semuanya? :)

Semoga tiga sahabat ini tetap menjadi sahabat sampai nanti. Semoga sukses dengan sidang Skripsi masing-masing. Kita bisa!

Allah, we'll do our best. Please, do the rest. :)

Nisa, Anyu, Mira

OFI 6 - Journey to Padang

Ikut event nasional merupakan salah satu hal yang paling sayang untuk dilewatkan ketika masih ada di bangku kuliah. Begitu pikir saya. Maka dari itu, selain kegiatan-kegiatan organisasi seperti di Ismafarsi saya pun turut menuliskan target untuk bisa ikut OFI. Itu saya tuliskan bahkan sejak awal-awal masuk kuliah, tepatnya setelah saya tau tentang OFI. Saya ingat betul "Ikut OFI" tertulis di buku kecil biru itu. :)

Tahun berganti, kini sampailah pada masa-masa akhir studi saya. Hal itu juga berarti kesempatan untuk ikut OFI semakin dekat dan besar. Singkat cerita, akhirnya saya dan satu teman saya didelegasikan untuk mengikuti OFI ini. Bukan semacam dream comes true sih, tapi lebih tepatnya mimpi ini baru dimulai.

Begitu tahu acara keenam yang digelar tahunan ini dilaksanakan di Padang, saya sedikit cemas dan excited tentu saja. Sampai di usia ini, saya belum pernah ke Padang, Sumatera saja belum pernah. Kali ini pun, kami pergi hanya berdua. 

Di tengah-tengah jadwal yang sibuk, saya harus memikirkan antara menyusun naskah proposal skripsi, penelitian, magang dan persiapan OFI. Semuanya membuat pikiran dan kepala rasanya campur aduk! :D Hari makin dekat dan saya pun makin cemas, tapi apapun itu pasti akan berlalu.

Rabu, 26 November 2014 saya berangkat menuju Padang. Perjalanan menuju Padang harus transit terlebih dahulu ke Jakarta. Jarak penerbangan kedua kami yang lama membuat kami baru sampai di Padang sekitar jam setengah 6 waktu setempat. Pertama kali menginjakkan kaki di Padang, saya bengong. Pasalnya, saya sudah mulai tidak mengerti dengan bahasa orang-orang di sekitar saya. Serasa tiba-tiba berada in the middle somewhere. The feeling of stranger. :D

11.29.2014

Rumah - Pulang

"Pada akhirnya orang-orang yang berkelana ingin memiliki rumah untuk pulang."

Pesan tersirat dari percakapan pagi ini dengan kakak pertama. :)
I will travel the world. But still, i'll be back home.

10.14.2014

Jangan Pernah

"Jangan pernah kamu menyamakan hasil dengan mereka yang tidak tidur saat kamu pulas, mereka yang bekerja keras saat kamu malas, dan mereka yang berlari di saat kamu masih berdiri, mereka yang menangis saat kamu masih tersenyum dan mereka yang tak putus doanya saat kamu justru melupakan-Nya. Jangan pernah! #ntms"

Saya tulis pada 31 Juni 2014. Ini benar-benar kembali mengingatkan saya, kalau saya harus bangkit dari keterpurukan dan kemalasan ini. :'(

9.27.2014

Dream and Work

 
 
 
 
Entah mengapa ilustrasi ini nampol banget menurut saya. Saya bermimpi, saya menuliskannya di jurnal, saya membaca buku-buku yang menyemangati, dan saya menceritakan beberapa mimpi saya pada teman-teman. Pun, saya menempelkan kertas besar di dinding kamar.

Ya, saya melakukan semuanya! Tapi apa jadinya, kalau ternyata selama ini saya hanya sibuk memimpikannya bukan memperjuangkannya? Semoga saja tidak, saya yakin saya sedang berproses menggapai semua mimpi-mimpi itu.  Saya yakin sedang menujunya. :')

9.25.2014

9.22.2014

THIS!

Yes, i did it all.


Ibu bapak, anakmu bentar lagi jadi sarjana! (aamiin)

Hati-Hati

Seringkali ketika kita menghadapi suatu masalah--terutama soal hati, kita akan berkata pada diri sendiri untuk lebih rasional dan tidak terlalu mengedepankan perasaan, hati.

Tapi saya baru sadar, sebenarnya tidak apa menggunakannya. Hanya saja kita perlu menggunakannya dua kali. Sehingga dengan begitu kita akan hati-hati.

 
Akhirnya saya mengerti kenapa disebut hati-hati. :D
*terinspirasi dari nonton MTGW*

Small Things, In a Great Way


Gambar dari sini
Tiba-tiba saya pengen ngebahas ini. Dalam suatu organisasi,--ya sebutlah yang skalanya tidak terlalu besar cem himpunan mahasiswa--selalu saja ada program atau pelaksanaan program yang kesannya atau jatuhnya seadanya. Ya, atau boleh dikatakan tidak tepat sasaran atau kebermanfaatannya tidak sesuai dengan tujuan awal. Setidaknya itulah pengalaman yang pernah saya hadapi selama berkecimpung dalam organisasi. Tidak semua program kerja dengan perencanaan bagus akan berjalan mulus, apalagi yang perencanaannya sembarangan dan asal jadi. Pasti sudah jelas bagaimana akhirnya.

Ini baru skala kecil. Saya kira dunia ini adalah sebuah organisasi, dari yang terkecil hingga terbesar. Bisa dibayangkan dong kalau masalah di atas pun pasti akan terjadi di organisasi yang skalanya lebih besar, seperti negara. Saya tahu, melaksanaan sebaiknya-baiknya perencanaan itu tidak mudah. Apalagi jika harus dianggap ideal bagi semua orang. Hampir mustahil. Maka dari itu, saya sering merasa gerah dan ketar-ketir ketika pemenrintah mengusung wacana pelaksanaan program baru. Apalagi jika kesannya sradak sruduk, dan penuh kontroversi. Jika dalam perencanaannya saja diragukan maka secara urut kelanjutannya dapat diramal.

Saya kadang ngeri. Ngeri apa jadinya negeri kita nanti.

9.12.2014

The Power of Niat

Tadi malam saya baru tidur sekitar pukul 1. Anehnya, pagi ini saya bisa bangun jam 5 subuh dengan sangat ringan. Biasanya mata saya beraaaat sekali untuk dibuka dan butuh bermenit-menit sampai benar-benar tersadar dan perasaan enggan meninggalkan kasur itu hilang. Namun pagi ini, hanya butuh beberapa menit, dengan hanya tidur sekitar 4 jam saya bisa terbangun dengan ringan itu adalah sedikit magic buat saya. FYI, saya ini biasanya minimal sekali tidur selama 6 jam. Jika kurang dari itu maka saya akan terkantuk-kantuk dan bisa jadi mengganti kekurangannya di jam lain. Pagi ini saya ingat, sebelum tidur saya telah berniat agar bisa dibangunkan tepat waktu karena banyak yang harus dikerjakan hari ini.

Ternyata itu semua karena niat sodara-sodara! Keren kan :D Ternyata bukan cuma kepepet yang punya power, niat pun juga. Maka niatkanlah hal-hal baik dan sungguh-sungguh untuk sesuatu yang ingin kita perjuangkan. Jangan lupa pagi ini pun niatkan untuk berbuat sesuatu dan lebih produktif. Semangat pagi!
 

9.10.2014

Tumben


Tumben..
Pagi tadi saya ditegur oleh seseorang yang ketika itu sedang melihat saya menggosok pakaian, "Tumben rajin.. ya begitu dong jangan ngelamun aja kalau pagi."

FYI, pagi tadi (pukul 9) saya sedang menyiapkan pakaian sebelum ke kampus untuk bertemu dosen. Mungkin si fulan yang nyeletuk tadi bisa berkata begitu karena kemarin di jam yang sama saya sedang duduk-duduk dan terlihat melamun. Padahal, saat itu sebenarnya semua pekerjaan rumah saya sudah selesai dan memang tidak ada rencana untuk pergi keluar.

Saya, seringkali menjumpai situasi seperti ini. Tumben, katanya. Banyak orang yang seperti sangat tahu mengenai kehidupan kita lantas mengatakan tumben, seolah-olah mereka adalah orang yang selalu menyimak hal-hal yang kita kerjakan setiap waktu.

Di lain kesempatan, pernah saya ditegur dengan embel-embel tumben juga tentunya.. Waktu itu masih pagi sekali, mungkin sekitar jam 6 pagi. Saya sedang menjemur cucian. Lalu, ada yang tiba-tiba nyeletuk "Tumben jam segini udah nyuci baju.. kok rajin.."

9.09.2014

Teman Bicara

"Kau tahu, semakin tua orang tua kita semakin besar kebutuhannya akan teman bicara."
Terkadang, saya merasa bersalah saat tidak bisa senantiasa menghubungi orang tua di rumah. Saya bukan tipe anak yang selalu dihubungi atau menghubungi orang tua tiap detik dalam sehari. Malah, saya merasa sedikit aneh dengan kebiasaan anak-anak yang senantiasa dihubungi atau menghubungi orang tuanya tiap detik. Mungkin karena kebiasaan sejak dulu tidak pernah terlalu jauh dengan orang tua.

Berbeda dengan biasanya, belakangan ini saya menangkap perbedaan pada ibu saya. Beliau sepertinya ingin semakin sering menghubungi saya. Dalam hitungan beberapa hari saja, beliau sudah menanyakan kabar. Namun, saya memahami itu sebagai bentuk beliau yang agaknya sudah mulai kesepian dan butuh teman bicara. Beliau sering sekali mengatakan kesepian.

Membuktikan Kepada Diri Sendiri

Adakalanya kita sangat menginginkan untuk diakui oleh orang lain. Caranya adalah dengan membuktikan kepada mereka bawa kita sanggup dan mampu. Di lain kesempatan bahwa kita memang pantas menyandang apa yang ada pada diri kita.

Namun pernah tidak terbayang oleh diri kita sendiri, apakah saya memang pantas untuk menerima semua ini? Salah satu hal yang cukup menyedihkan adalah bukan ketika orang lain meragukan dan meremehkanmu. Tetapi justru ketika diri kita ragu pada kemampuan kita sendiri. Saat itulah kita sebenarnya mulai tidak mengenali diri sendiri.

8.27.2014

Mengenal Seseorang

Ada pendapat yang mengatakan untuk mengenal seseorang maka lakukanlah perjalanan. Karena dengan begitu, semua hal tentang orang tersebut akan nampak lebih jelas. Namun, saya menemukan--atau lebih tepatnya memahami--cara lain untuk mengenal seseorang.

Adalah menjalin kebersamaan. Kita sudah tidak asing dengan pengalaman tingginya frekuensi pertemuan mampu menggerakan hati. Namun, kali ini saya baru benar-benar menyadari mengapa bisa begitu.

Ada banyak orang yang kita temui dalam keseharian. Orang-orang tersebut jugalah yang menyertai dan membersamai kita. Kita mengenal mereka, secara general. Saya pikir setiap orang punya presepsi terhadap orang lain dan begitu pula sebaliknya. Inilah yang berperan selama ini.

Saya mengenal puluhan orang di kampus baik itu kakak, teman maupun adik tingkat. Tidak semuanya saya kenal secara mendalam karakternya. Ya hanya sekedar tahu dia tipe orang seperti ini dan itu. Dia terkenal cukup menyebalkan dan dia menyenangkan, begitu saja.

Meskipun sudah 3 tahun membersamai orang-orang tersebut, saya masih agak terkaget dengan penemuan baru saya tentang mereka baru-baru ini. Ya semenjak KKN, saya menemukan beberapa hal baru dari teman-teman saya. Ya saya katakan baru karena memang saya baru tahu.

Di sini, saya melihat kebersamaan yang erat bisa membuat kita melihat lebih banyak tentang seseorang. Mereka yang tadinya saya kira tidak menyenangkan ternyata punya sense of humor yang unik. Mereka yang tadinya terkenal sangat menyebalkan ternyata punya sesuatu yang ketika saya melihatnya saya bisa berkata "Hey, ternyata dia tidak terlalu menyebalkan!"

Ada tampilan yang kita nilai dari luar, ada isi yang kita lewatkan. Begitulah cara kerja kita melihat seseorang. Ketika kita membersamai mereka, akan ada sisi lain yang terkuak dari orang tersebut. Seperti ketika kita terpukau bahwa ekstrovert ternyata bisa memiliki pemikiran yang dalam atau si introvert yang ternyata (pasti) memliki kelakuan konyol.

Maka untuk mengenal seseorang lakukanlah dengan membersamai mereka, lebih dekat. :)

***
"3 tahun kenal, eh ternyata baru tahu sifat aslinya bisa lucu, care, dan sweet gitu."
"Iya kayak orang pacaran 3 tahun yang nggak tau apa-apa, dibandingin orang yang nikah terus tinggal bersama 1 bulan."
*eh

Mensyukuri Kemudahan

"Bapak,  di sini kalau mau cuci motor di mana ya?" tanyaku.
"Cuci motor di sini nggak ada." jawab si Bapak dengan wajah sedikit heran.
"Oh kalau di desa sebelah ada pak?" tanyaku lagi.
"Motor yang mau dicuci yang mana? Itu?"

Aku mengangguk. Beliau bergumam bahwa motor itu kotor sekali. Jelas saja, beberapa hari yang lalu aku harus melalui jalanan selama berjam-jam dalam keadaan hujan. Sempat seorang ibu-ibu menawari aku dan temanku untuk mencuci motor di rumah beliau. Namun, ku tolak karena tidak nyaman. Akhirnya, kami (aku dan temanku) memutuskan untuk mencuci motor kami di desa sebelah tepatnya di tempat tinggal teman kami yang juga sedang menjalani KKN. Kami sedikit terpaksa mencuci motor kami sendiri di tepi sungai. Bermodalkan sabun dan peralatan pinjaman kami membersihkan motor yang super kotor itu.

Ah, tiba-tiba aku tersadar kita terkadang melupakan sesuatu yang menjadi milik kita saat ia ada di sekitar. Salah satunya adalah kemudahan. Di Banjarbaru--tempatku berkuliah, aku bahkan bisa memilih tempat pencucian motor dengan leluasa. Di rumah pun demikian. Sementara di desa ini, ada banyak kemudahan-kemudahan yang biasa ku nikmati tidak tersedia.

Di sini, kami harus berjalan beberapa meter untuk mencari tempat berbelanja makanan ringan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Itu pun tidak terlalu lengkap. Kami harus pergi ke pusat kota dengan perjalanan yang cukup jauh untuk menjangkau tempat yang menyediakan barang-barang yang lebih lengkap. Selain itu, pasar pun hanya ada satu kali dalam seminggu. Lain lagi soal mencuci baju, mandi dsb. Keterbatasan air menjadi persoalan yang kalau di Banjarbaru/rumah bukanlah apa-apa.

Segalanya menjadi sedikit sulit dan aneh. Ternyata, selama ini ada banyak kemudahan yang terlupakan. Hal-hal kecil yang sepertinya sepele ternyata punya peran yang kadang tidak disadari. Di sini, kami belajar untuk mensyukuri keadaan. Mencoba untuk memaklumi setiap kekurangan yang ada dan membuang jauh-jauh keeksklusifan. Kami, mencoba untuk sederhana.

Hal-hal di atas hanyalah satu dari sekian hal yang hilang. Satu dari sekian kemudahan yang selalu kami rasakan. Serta tentu saja, satu dari sekian pelajaran yang kami dapatkan.

8.20.2014

What Have I done

Kemarin, saya hanya melihat lalu postingan ini.

Hari ini, saya tahu rasanya menanyakan pertanyaan tersebut pada diri sendiri.

8.03.2014

You Can't Be

source
You can't be jealous of something that doesn't belong to you (yet).
@dendiriandi

Tidak Selalu, Mentari

"Dari pesantren ya?" sapanya pada akhirnya. Sejak pertama melihatku sepertinya ia ingin tahu sesuatu. Kali kedua ia melihatku lagi, lalu ku balas dengan senyuman. Ia pun membalas dengan senyuman. Ketiga kalinya, ia menghampiri. Lalu terciptalah percakapan kecil.

Sesungguhnya aku tidak pandai berbasa-basi. Pun saya juga tidak terlalu ingin tau persoalan orang lain yang hanya sekedar bertemu lalu seperti dia. Namun dia membuka pembicaraan, dan aku pun berusaha menghargainya dengan mencoba membuat percakapan itu tetap hidup.

Ku keluarkan sebuah jeruk. Lalu ku tawarkan padanya. Ah, tidak kreatif ternyata dia sudah punya. Waktu cuci mulut yang seharusnya manis itu malah menjadi kikuk bagiku. Jeruk itu ku kupas kemudian hanya ku genggam. Tanggung.

Saya jadi teringat pertanyaannya. Saya bukan dari pesantren, jawabku. Dari Unlam ya tanyanya. Lalu ku simpulkan ia pun sama. Mungkin fakultas sebelah. Namun tetap ku tanyakan dia kuliah dimana. Oh ternyata aku salah. Dia berasal dari institut pendidikan agama di kota yang sama.

Aku bergumam. Apakah semua orang mengira jilbab lebar itu hanya milik anak pesantren? Bahkan ia berpikiran begitu.

Saya bukan anak pesantren, bukan juga yang mereka kira akhwat-akhwatan. Saya hanya perempuan yang sedang berusaha untuk menjadi baik, meski tidak selalu. Tidak selalu jilbab lebar itu mampu menakar, seberapa banyak amalan pemakai.

Ukhti namanya siapa?
"Ayu, kalau mba?"
"Mentari.." Ia tersenyum.

Tidak mentari, tidak selalu begitu. Bisikku.

Kaki Tangan Tuhan

Aya, seorang gadis manis yang umurnya setahun lebih muda dariku. Tapi jangan ditanya, tinggi badannya jauh melampaui orang yang bahkan lebih tua darinya. Setidaknya itulah yang terlihat dari fotonya.

Iya, sampai detik ini aku hanya bisa melihat fotonya. Setelah saling kenal 3 tahun silam, kami bahkan belum pernah bertemu. Entahlah apakah kami bisa disebut saling kenal. Yang jelas, aku masih mengingatnya.

Aku tidak  boleh lupa dengan kaki tangan Tuhan yang satu ini. Kami tidak pernah saling kenal sebelumnya, lalu dia datang di saat ku butuhkan. Bahkan, dia membantuku saat itu. Aku tahu gadis ini pasti sangat baik hati.

Dia juga yang memberi sedikit semangat padaku kala itu. Meskipun sempat ku lepaskan apa yang saat ini ku genggam, namun Tuhan punya cara sendiri menuntunku untuk kembali menggenggam apa yang Dia berikan.

Cara Tuhan memang unik, Dia bisa mengirimkan kaki tangan dimana saja, kapan saja, dan bahkan melalui siapa saja. Lewat kamu Aya, aku percaya bahwa takdir Tuhan akan menuntun hambaNya, dengan cara yang unik sekalipun. Contohnya lewat kamu.

Dari teman yang tak pernah bertemu tapi memendam rindu.

Antah Berantah, 22 Juli 2014.

Keesokan harinya, secara kebetulan (atau tidak), kami bertemu di Line. Aku kira, pesan rinduku sudah sampai. :)

7.20.2014

The Way You Look

I know that's true.

Berkemas



Hari ini adalah persiapan menuju KKN tahap 1. Meskipun hanya beberapa hari berada di desa rasanya berkemas tetap menjadi persoalan. Wanita memang agak repot soal ini dibandingkan pria. Sepertinya ada banyak sekali barang yang harus dibawa. Di saat seperti ini, semua hal/benda rasanya penting untuk dibawa.

Berkemas adalah salah satu hal yang cukup menarik. Terkadang, kita perlu ilmu atau bahkan sedikit trik untuk menjadikannya terasa mudah. Bahkan, saya sendiri memperlajarinya dari sebuah buku perjalanan Windy Ariestanty--di samping berdasarkan pengalaman.

Berkemas itu sama seperti kehidupan kita, kata Windy. Adakalanya, kita harus memilih mana barang yang harus dibawa dan mana yang tidak. Jangan sampai kita terlalu banyak membawa 'hal tidak penting' yang justru akan memberatkan perjalanan. Seperti itulah kita menyikapi hal-hal yang tidak cukup penting dalam kehidupan. Bagaimanapun, kita akan terus berjalan. 

Kita dapat memilih, menikmatinya dengan ringan atau justru terlalu repot dengan bawaan--yang pada kenyataannya kerap kali tidak diperlukan.

*yang kita bawa dalam perjalanan: barang, dsb.
*yang kita bawa dalam kehidupan: orang, kenangan, beban, masa lalu, dsb.

Tulisan ini saya tulis pada 14 Juli 2014. Tulisan seputar KKN lainnya akan menyusul satu per satu. Kebetulan, 2 minggu ini saya habiskan untuk mudik ke Kaltim dan KKN sehingga belum sempat menuliskan semuanya di sini. Selain itu, di desa saya KKN tidak ada sinyal handphone (untuk kartu saya). Jadi, saya masih memikirkan cara untuk konsisten menuliskan #30DaysChallenge #KKN. Sejauh ini, saya masih menuliskannya di buku catatan saya. Selamat menyimak bagi yang berkenan. :)


Cinta dan Tujuan


Pernah nggak sih kalian mempertanyakan sebuah pertanyaan menggelitik kepada diri kalian sendiri? Semisal, "Do I really need love?"

Kadang saya ngerasa saya harus mempertanyakan pertanyaan yang satu itu. Di satu kesempatan saya kadang seringkali merasa begitu desperate sama yang namanya cinta. Begitu menyebalkan. Tapi di satu saat yang lain kadang saya merasa, kalau pun saya ngebet ngejar percintaan terus saya dapatkan apa yang saya mau, apakah saya bener-bener bahagia, seneng? Terus bakalan melompat-lompat girang? Kayaknya sih nggak.

Ketika si Kecil Bertanya

 
 
"Ma, kenapa habis hujan airnya bisa tembus ke dalam?"

Pertanyaan di atas saya dengar langsung dari seorang anak-anak yang bertanya pada ibunya. Saya tersenyum mendengar pertanyaan anak ini. Saya penasaran, akan jawaban sang ibu. Lalu ibu anak ini menjawab karena berembun. Jawaban yang cukup singkat menurut saya. Untungnya sih sepertinya si anak sudah puas.

Saya jadi mengerti, anak-anak memang punya rasa ingin tau yang sedang besar-besarnya. Sebagai orang tua yang bijak, saya rasa seharusnya orang tua mampu menyirami pikiran yang sedang 'haus' tersebut. Banyak orang tua yang menganggap sikap ini kurang menyenangkan dan mengganggu. Padahal, saat itulah otak anak sedang berkembang.

Sepertinya anak di mana saja punya ciri yang sama, ya rasa penasaran itu. Saya banyak membaca percakapan di status facebook seorang penulis. Berhubung dia adalah emak-emak, ada satu  seri status tentang anaknya yang selalu menarik perhatian saya. Anaknya begitu cerdas dan sering menanyakan banyak hal. Bahkan, katanya di usia dua tahun sudah menanyakan arti tangungg jawab.

6.30.2014

Praktikum Lapangan - Loksado

Gambar ini saya ambil ketika mobil sedang mogok dan harus menunggu.
Melintasi senja sewaktu pulang.
Jembatan di sekitar tempat singgah

Ini masjid untuk singgah makan siang dan sholat. Lupa namanya.

Menuju air terjun, perjalan harus dilalui setengah mendaki.

Batu-batu di sepanjang aliran sungai.

Menuju air terjun.

Rombongan sedang mendaki dan menuruni medan.

Tujuan: Air Terjun Riam Hanai
Sedikit lagiii.. :D

Sudah mulai terlihat..

Akhirnya sampai..

This..

Jembatan gantung
Selalu suka ranting.


Anak kecil yang melihat keriuhan kami dari atas sungai.

Bekalnya cumen kamera pocket. Seadanya.. ^^ Nggak terasa ini dua tahun yang lalu. Foto-foto tersebut diambil dari beberapa lokasi yang berbeda. Perjalanan-Air Terjun-Sungai.

Desa Tambak Baru - Martapura








Ini desa yang jadi sasaran untuk program Desa Binaan Dept. Jaringan dan Hubungan Masyarakat periode 2014 yang sedang saya pegang. Sementara ini akan saya tinggalkan untuk berkelana ke desa lain (KKN). Semoga di desa tersebut dapat panorama secadas ini! B)

6.28.2014

Journey 2: Angsana

Haloo.. Sepertinya sayang banget ya kalau cerita jalan-jalan itu dilewatkan. Waktu itu saya sempet males banget nulis tentang perjalanan ini. Tapi kembali lagi dengan alasan di awal tadi, kok kayaknya sayang banget. Lagi pula journey 1 dan 5 sudah saya post, masa yang ini nggak sih. Ya nggak papa deh ya kalau nggak sesuai urutan. :D Selamat menyimak!

Journey kedua keluarga86 setelah ke gunung adalah ke pantai. Pengen ngerasain jadi anak pantai gitu cyin! hihi. Selain itu pengen juga ngerasain santai kayak di pantai. Hehe. Kebetulan, kalau saya perhatikan nih, daerah wisata yang cukup jauh untuk orang yang tinggal di Banjarmasin dan Banjarbaru adalah pantai. Makanya, temen-temen kayaknya excited banget pergi ke pantai. Kalau saya sih, tinggalnya (aslinya) di daerah dekat pantai, 15 menit juga sampai. Makanya, saya senang tapi tidak se-excited waktu naik gunung.

Perjalanan kali ini adalah menuju Pantai Angsana, lokasinya adalah di di desa Angsana, Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu. Kali ini, perjalanan ini diikuti oleh banyak sekali partisipan, haha. Ya lumayanlah dibanding Journey pertama. Ada sekitar 30 orang atau lebih yang ikut. Berhubung untuk menuju pantai ini kami harus menempuh jarak yang lumayan jauh, kami pun menyewa 3 buah mobil + 1 mobil tebengan. Jadilah 4 mobil yang siap sedia mengangkut kami semua.