Showing posts with label dakwah. Show all posts
Showing posts with label dakwah. Show all posts

11.25.2015

Advice Series to My Sister in Islam


Alhamdulillah akhirnya Advice series ini kelar juga. Senang sekali rasanya bisa belajar menggambar sekaligus menyebarkan pesan kebaikan, terlebih project ini cukup mendapatkan feedback yang positif. Saya pun semakin semangat membuat project lainnya. Nantikan ya! :D

Btw, feel free to share this artwork for your sister, k? ;)

9.22.2015

Privasi



Totally true. Zaman sekarang kita tidak perlu masuk ke rumah seseorang untuk mengetahui kehidupan pribadinya. Ingin tahu tentang siapa keluarganya, temannya, kegiatan sehari-harinya, buka saja akun instagram ybs. Ingin tahu tentang hal-hal yang ia pikirkan, baca saja status facebook, twitter, line, path, dsb. Sadar atau tidak, kita menjadi sedemikian terbuka pada orang lain. Tidak sepenuhnya negatif, banyak sekali akun-akun yag menginspirasi dengan membagikan foto dan menceritakan kegiatan hariannya di media sosial. Tetapi, kita sama-sama setuju kan setiap hal punya dua sisi seperti koin, bisa berguna pun berbahaya seperti pedang?

Belakangan, saya beberapa kali membaca postingan yang isinya tentang penyalahgunaan foto atau tulisan untuk akun-akun palsu. Celakanya, akun-akun ini menggunakan foto bahkan tulisan itu untuk menarik simpati orang lain dan memanfaatkannya untuk tindak kejahatan. Tentu saja, itu merugikan pemiliki foto/tulisan yang asli. Ironisnya, postingan kita memberikan informasi/bekal dengan cuma-cuma untuk membantu orang lain melakukan kejahatan. Tidak menutup kemungkinan bahkan kejahatan yang tertuju pada diri kita sendiri. Ketahuilah, apa yang kita bagikan di dunia maya akan menjadi milik publik. Setuju atau tidak begitu kenyataannya. Jadi saya rasa menulis status "Sedih ditinggal pergi keluarga sendirian di rumah :(" bukan lagi sekedar hal yang remeh. Hati-hati.

Jangan sampai kita menutup rapat pintu rumah kita, tetapi lupa menguncinya di dunia maya. Ada lebih banyak orang yang berpotensi 'mengintip'mu melalui dunia maya dibandingkan dunia nyata. Itulah sebabnya, saya sendiri tidak terlalu sering memposting foto dan sedang berusaha mengurangi cerita pribadi di media sosial. Saya masih menginginkan privasi, sekalipun menunjukkan kehidupan seperti orang lain pun terkadang ingin. Akan lebih baik untuk memperbanyak membagikan hal-hal yang menarik bagimu, karyamu, proyekmu, dll.

Hati-hati ya! ;)

9.13.2015

Adab Bersin

Kalian pasti pernah mengalami bersin bukan? Mendengar orang lain bersin pun tentu pernah. Tapi, sudahkah kalian tahu adab bersin? Hal-hal apa yang sebaiknya dilakukan saat bersin atau mendengar bersin?


Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a,
"Jika hendak bersin, Rasulullah SAW menutupi mulutnya dengan tangan atau baju agar suaranya tidak terlalu keras."

"Jika salah satu di antara kalian bersin, maka hendaklah mengucapkan, 'Alhamdulillah', dan hendaknya teman atau saudaranya membalasanya dengan mengucapkan doa, 'Yarhamukallah' (semoga Allah selalu merahmatimu). Dan jika saudara atau temannya mengucapkan kepadanya doa tersebut (yarhamukallah), maka hendaknya ia membalasnya dengan ucapan doa, 'Yahdiikumullah wa yushlihu baalakum' (semoga Allah selalu memberi petunjuk kepadamu dan memperbaiki keadaanmu)." (HR Bukhari)

Mengapa kita harus menutup mulut ketika bersin?

7.04.2015

Memohon Ampunan

Siang ini, alhamdulillah saya dan teman-teman kembali mengadakan liqo dengan kak Vika. Bahasan siang ini adalah tentang Mulianya bulan Ramadhan. Kak Vika pun menyinggung amalan-amalan yang sebaiknya dilakukan di bulan Ramadhan. Salah satunya adalah waktu yang baik untuk berdoa, seperti pada saat berbuka. Saat tahu tentang baiknya waktu ini untuk meminta kepada Allah (bahkan beberapa orang pun sampai merekomendasikan membuat list permohonan), saya pun mencoba untuk memanjatkan banyak doa sewaktu berbuka. Namun, satu dua kesempatan saya dapati permintaan saya amatlah banyak. Saya ingin bisa lulus tahun ini, saya minta orang tua saya panjang umur dan selalu dilancarkan rezekinya, saya minta jodoh yang baik, dan banyak hal lainnya. Kadang, saya sampai ingin menangis karena sempitnya waktu sementara masih banyak hal yang ingin saya minta.

Namun di antara banyak hal yang dijelaskan kak Vika, ada satu hal yang sangat menarik bagi saya yaitu tentang meminta ampunan. Dikatakan, tidak akan bertakwa seseorang sebelum diampuni dosanya. Bulan Ramadhan adalah saat untuk memperoleh ampunan dan Ridho Allah. Memohon ampunan, adalah hal yang kadang terlupakan. Kita sibuk berpuasa, sibuk mengaji, sibuk sholat sunnah, sibuk bersedekah, bahkan saya sibuk meminta doa dikabulkan. Kita sibuk melakukan itu semua lalu melupakan hal yang tak tampak, sebuah pengampunan.

Saya pun berpikir, apakah mungkin doa-doa kita, amalan-amalan kita akan diterima oleh Allah saat kita belum mendapatkan ampunan-Nya? Apakah mungkin Dia memberikan Ridho-Nya? Bayangkan saja seperti ini, saat itu Ibumu sedang marah besar karena kamu melakukan sebuah kesalahan fatal. Apakah pada saat itu kamu berani untuk meminta uang jajan lebih? Apakah saat itu kamu berani berkata "Bu, aku pergi main dulu ya!" dengan sumringah. Tentu tidak. Kita tidak akan berani melakukan hal-hal semacam itu saat tahu kita memiliki kesalahan dan belum diberi maaf. Lantas, masih beranikah kita meminta banyak hal saat dosa kita masih menggunung? Masih beranikah kita dengan yakinnya merasa semua amalan kita diterima saat belum meminta ampun pada Allah?

Gambar dari sini
"Bila engkau berdoa dan waktu begitu sempit sementara dadamu dipenuhi sessak hajat yang begitu banyak, maka jadikan seluruh isi doamu agar Allah memaafkanmu. Karena bila Dia memaafkanmu, maka semua keperluanmu akan dipenuhi olehNya tanpa engkau memintanya."
-Ibnu Qayyim 

6.22.2015

Periksa Hatimu

Malam tadi sepulang tarawih saya mendapati anak satu kos saya sedang berkumpul dengan teman-temannya. Tiga laki-laki, tiga perempuan. Jujur saja, yang pertama kali terlintas di benak saya adalah.. "Ni bocah-bocah pada nggak tarawih atau gimana? Triple date atau pada ngapain ini?" Iya, saya suudzon. Belum apa-apa saya telah menghakimi mereka. Cepat-cepat saya berpikir ulang mungkin saja mereka sedang belajar kelompok, atau semacamnya. Meskipun setelah dipikir-pikir tidak ada buku, laptop atau hal-hal yang berkaitan dengan itu.

Saya tersenyum kecil. Betapa cara penilaian saya terhadap orang lain justru menggambarkan diri saya sendiri. "Ah, sombong kamu", kata saya pada diri sendiri. Saya teringat, ujian bagi orang-orang yang mencoba menjadi baik adalah mengalahkan dirinya sendiri. Ujian orang yang mulai berbuat baik adalah mencoba istiqomah. Sementara ujian mereka yang telah istiqomah berbuat baik adalah kesombongan. Lah saya ini apa, baru juga berapa hari tarawih sudah berani menilai orang lain.

Sesungguhnya orang yang merasa dirinya baik, berarti tidak sungguhan baik. Namanya juga hanya merasa. Jadi ketika menjadi baik membuatmu memandang orang lain tidak sebaik dirimu, periksa hatimu. Jika menjadi baik membuatmu merasa paling baik, periksa hatimu. Boleh jadi ada yang salah di sana.
Gambar dari sini

"Kita kadang merasa lebih benar, lebih baik, lebih tinggi, dan lebih suci dibanding mereka yang kita nasehati. Hanya mengingatkan kembali kepada diri ini: jika kau merasa besar, periksa hatimu. Mungkin ia sedang bengkak. Jika kau merasa suci, periksa jiwamu. Mungkin itu putihnya nanah dari luka nurani. Jika kau merasa tinggi, periksa batinmu. Mungkin ia sedang melayang kehilangan pajakan. Jika kau merasa wangi. Periksa ikhlasmu, mungkin itu asap dari amal shalihmu yang hangus dibakar riya."
Salim Akhukum Fillah,
 Dalam Dekapan Ukhuwah

#ntms 

6.20.2015

Ke-Eksklusif-an

Sebelum membicarakan banyak hal saya ingin memulai tulisan ini dengan sebuah ajakan yang mungkin ekstrim. Coba saat ini kalian memposisikan diri sebagai seseorang dari kaum marjinal di antara beberapa konglomerat. Sebagai seorang yang paling bodoh di antara cendekiawan yang menenteng buku-buku tebal. Sebagai seorang pendosa di antara para alim agama. Apa yang kalian rasakan (kira-kira)? Apakah kalian akan merasa terasing dan sulit memasuki perkumpulan tersebut atau justru merasa tidak pantas? Inilah yang disebut dengan kesan eksklusif. Menurut KBBI, eksklusif berarti a 1 bersifat mengasingkan diri (tt orang); 2 tidak bersedia menerima atau mengizinkan masuknya anggota baru (tt kelompok atau perkumpulan); 3 tidak termasuk.

Saya terpikir akan hal ini ketika melihat sekumpulan wanita muslimah berjilbab lebar. Tentu pernah kan melihat mereka membentuk lingkaran, mengaji atau sedang mengkaji ilmu? Coba sesekali tengok masjid di kampusmu. Tidak hanya wanita, laki-laki pun ada. Saat melihat lingkaran itu, rasanya sungguh menyenangkan jika bisa berada di antaranya. Bukan hanya pertemanan, tetapi juga persaudaraan. Sebagai orang yang setidaknya pernah mencecap sedikit manisnya perkumpulan semacam ini, jujur saya rindu. Namun, sebagai seseorang yang mungkin untuk saat ini tidak sesering dulu mengikuti lingkaran itu, saya merasa terasing.

Gambar dari sini
Saya pun menyadari satu hal. Entah disengaja atau tidak, mereka yang sedang membentuk lingkaran dalam kebaikan itu juga membentuk suatu penghalang (barrier). Lingkaran itu membuat batasan dalam hal bergaul. Saya memahami, bahwa sesungguhnya tidak ada niatan seperti ini. Namun, kesan yang tertangkap pada akhirnya oleh orang di luar lingkaran itu adalah sebuah keeksklusifan. Seolah-olah mereka yang baik itu, hanya mau bergaul dengan yang baik. Lantas memandang sebelah mata orang lain yang tidak termasuk dalam lingkaran. Kesannya sombong, tidak ramah, cuek, tak acuh, dsb.

6.19.2015

Tips Aktivitas Ramadhan

Bantu sebar... Credit: MusliMagnet


Pilihan Tuhan

"Hidup adalah pilihan. Tapi bukan memilih. Bukan juga dipilih. Hidup adalah soal pilihan yang dipilihkan. Kita dipilihkan Tuhan. Kapan dan di mana kita dilahirkan. Kapan dan di mana kita dimatikan. Kapan dan di mana kita dijodohkan. Juga nikmat apa yang diberikan. Kita dipilihkan."

-Mutia Prawitasari dalam Teman Imaji
Gambar dari sini
 Selama ini ramai diperbincangkan jika hidup adalah sebuah pilihan, tidak memilih sekalipun adalah sebuah pilihan. Lalu, ada pula yang menyatakan hal yang tidak biasa bahwa sebenarnya kita dipilih. Lantas mana yang kau yakini? Dari sekian macam pemahaman tentang memilih atau dipilih, kutipan kalimat di atas menawarkan pemahaman baru bagi saya. Awalnya, saya kurang mengerti dengan makna pilihan yang dipilihkan. Namun, belakangan saya memahaminya ketika dikaitkan dengan konsep Tuhan dan hamba-Nya.

Adalah video dari Ust. Nouman Ali Khan yang membuka pemahaman lebih luas kepada saya. Dalam sebuah video berdurasi tiga jam, Ust. Nouman Ali Khan mengajak kita memaknai Al-Fatihah (videonya bisa dicari via youtube dengan keyword: Rediscovering The Fatihah). Video yang membahas makna Alhamdulillah saja hampir satu jam itu sangat menginsprasi menurut saya. Adapun kaitannya dengan pilihan adalah makna dari Rabb dari ayat pertama surat Al-Fatihah.

6.01.2015

Be Better






Seringnya sih seperti ini, kita merasa berhak untuk menilai orang lain saat kita merasa sudah lebih baik dibandingkan orang tersebut. Padahal, pemikiran kita terhadap orang tersebut, seperti dengan mudahnya menilai buruk adalah bukti bahwa kita pun belum benar-benar baik.

Bukankah, tugas kita hanyalah menjadi lebih baik dan saling mengingatkan? Sudah, cukup. Biarlah penilaian itu ditangani oleh yang seharusnya.

5.26.2015

Berhenti Mengeluh, Mulailah Bersyukur


Baru tahu kalau Quran Weekly ini ada sub indonesia-nya.

Kamu tidak akan bisa bersabar, jika kamu tidak bersyukur. Dalem! And it's healing.. :)

3.28.2015

Misunderstanding Islamic Jargon


A : "Besok bisa datang nggak ke acara ini?" 
B : "Wah, nggak tahu nih. Mungkin datang, tapi Insya Allah ya.."
(Seketika itu juga si A menyimpulkan bahwa B tidak akan datang. Kemudian terbukti B memang tidak datang.)

Pertanyaannya adalah mengapa demikian?

Seringkali kita memilih menyelipkan kata Insya Allah untuk memberikan penolakan dengan halus. Mungkin, agar kesannya tidak terlalu blak-blakan. Namun, seperti sudah menjadi rahasia umum. Setiap kali seseorang mengatakan sebuah janji yang diselipi kata insya Allah maka besar kemungkinan mereka tidak akan memenuhinya.

Apakah kalian pernah mengalami hal seperti itu? 

3.11.2015

Mengeluh

"Mengeluh pada banyak orang ialah cara termudah mengubah gelap setitik menjadi pekat semesta. Bijaklah pada dunia." -Ust. Salim A. Fillah

2.21.2015

Matinya Hati

"Sebagian tanda-tanda dari matinya hati ialah apabila tidak merasa sedih ketika terlewat sesuatu amal kebaikan, dan tidak menyesal bila telah melakukan perbuatan buruk." -Ibn 'Ataillah al-Iskandar


"Bila Allah sayangkan seseorang, Allah akan datangkan rasa bersalah dalam hatinya terhadap dosanya." -Habib Ali Zaenal Abidin


 "Hukuman terberat atas suatu dosa adalah perasaan tidak berdosa." -Ibnu Jauzi


Matinya hati dan perasaan tidak berdosa. :(


1.11.2015

Fenomena Ngaret

Gambar dari komikmuslimah
Tentunya anda yang sedang membaca tulisan ini tidak asing dengan kata ngaret. Bahkan, sudah sangat familiar dengan pemikiran "Namanya juga orang Indonesia, pasti ngaret!".#miris

Saya salah satu orang yang sangat membenci hal yang satu ini. Sering saya dapati rekan ataupun teman terlambat saat membuat janji pertemuan. Terkadang, hal yang menurut saya cukup menyebalkan adalah mereka membuat waktu pertemuan lebih awal dari yang sebenarnya agar semua orang datang di waktu yang tepat. Ini tidak masalah ketika tujuannya memang baik. Apalagi kalau bukan untuk 'mengakali' orang yang hobi terlambat. Akan tetapi, hal yang membuat saya cukup geram adalah justru ketika si pelaku (yang membuat jadwal pertemuan) terlambat atau sengaja melakukannya agar tidak menunggu.

9.12.2014

The Power of Niat

Tadi malam saya baru tidur sekitar pukul 1. Anehnya, pagi ini saya bisa bangun jam 5 subuh dengan sangat ringan. Biasanya mata saya beraaaat sekali untuk dibuka dan butuh bermenit-menit sampai benar-benar tersadar dan perasaan enggan meninggalkan kasur itu hilang. Namun pagi ini, hanya butuh beberapa menit, dengan hanya tidur sekitar 4 jam saya bisa terbangun dengan ringan itu adalah sedikit magic buat saya. FYI, saya ini biasanya minimal sekali tidur selama 6 jam. Jika kurang dari itu maka saya akan terkantuk-kantuk dan bisa jadi mengganti kekurangannya di jam lain. Pagi ini saya ingat, sebelum tidur saya telah berniat agar bisa dibangunkan tepat waktu karena banyak yang harus dikerjakan hari ini.

Ternyata itu semua karena niat sodara-sodara! Keren kan :D Ternyata bukan cuma kepepet yang punya power, niat pun juga. Maka niatkanlah hal-hal baik dan sungguh-sungguh untuk sesuatu yang ingin kita perjuangkan. Jangan lupa pagi ini pun niatkan untuk berbuat sesuatu dan lebih produktif. Semangat pagi!
 

6.27.2014

Characteristics of a Muslim Husband

Take from Halal Love Story, i think it will helpfull.. ^^
It would be best describe as how to treat your wife, hehe.
  1. Dress up for your wife, look clean and smell good. When was the last time you went shopping for the best clothing? Just like the husband wants his wife to look nice for him, she also wants her husband to dress up for her too. Remember that the Prophet (PBUH) would always start with Miswak when returning home and always loved the sweetest smells.
  2. Use the best names for your wife. Call your wife by the most beloved names to her, and avoid using names that hurt their feelings.
  3. Don’t treat her like a fly. We never think about a fly in our daily lives until it ‘bugs’ us. Similarly, a wife will do well all day – which brings no attention from the husband – until she does something to ‘bug’ him. Don’t treat her like this; recognize all the good that she does and focus on that.
  4. If you see wrong from your wife, don’t try to change every single imperfection she has about her. Abu Huraira (RA) reported Allah’s Messenger (PBUH) as saying: Woman is like a rib. When you attempt to straighten it, you would break it. And if you leave her alone you would benefit by her, and crookedness will remain in her. [Muslim]
  5. Smile at your wife whenever you see her and embrace her often. Smiling is Sadaqah and your wife is not exempt from the Muslim Ummah. Imagine life with her constantly seeing you smiling. Remember also those Hadeeth when the Prophet (PBUH) would kiss his wife before leaving for Salah, even when he was fasting.
  6. Thank her for all that she does for you. Then thank her again! Take for example a dinner at your house. She makes the food, cleans the home, and a dozen other tasks to prepare. And sometimes the only acknowledgment she receives is that there needed to be more salt in the soup. Don’t let that be; thank her!
  7. Ask her to write down the last ten things you did for her that made her happy. Then go and do them again. It may be hard to recognize what gives your wife pleasure. You don’t have to play a guessing game, ask her and work on repeating those times in your life.
  8. Don’t be little her desires. Comfort her. Sometimes the men may look down upon the requests of their wives. The Prophet (PBUH) set the example for us in an incident when Safiyyah (RA) was crying because, as she said, he had put her on a slow camel. He wiped her tears, comforted her, and brought her the camel.
  9. Be humorous and play games with your wife. Look at how the Prophet (PBUH) would race with his wife Aisha (RA) in the desert. When was the last time we did something like that?
  10. Always remember the words of Allah’s Messenger (PBUH): ‘The best of you are those who treat their families the best. And I am the best amongst you to my family.’ Try to be the best!

NOTE: For the women who read, please do not rub this into your husbands faces because it won’t work to fix the situation.  In fact I believe many things here are applicable to women also respectively.  This should be read with the intention to rectify ourselves and not knit-pick and find faults in others.

In conclusion: Never forget to make Dua to Allah to make your marriage successful.

Aamiin.
I like 7th and 9th point. ^^
 
This is secret! Pssst!