Showing posts with label life. Show all posts
Showing posts with label life. Show all posts

7.20.2015

Tetap Bergerak

Gambar dari sini
Enstein pernah berkata, "Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving."

Adakalanya  kita merasa lelah, tergopoh-gopoh, terseok-seok dalam menjalani kehidupan. Ingin rasanya sesekali meminta waktu untuk dihentikan. Ingin rasanya mengatur ulang napas, mengumpulkan energi untuk kembali bergerak.

Namun ini hidup. Saat engkau berhenti, yang kau dapati bukan hidup yang lebih baik. Saat engkau berhenti bukannya mampu menyesuaikan langkah dan ritmenya, justru kau akan mendapati segalanya makin berantakan.

Karena inilah kehidupan. Kau harus tetap bergerak agar seimbang. Kau harus tetap bergerak agar tak oleng. Kau tidak harus berhenti, pun kau tidak harus buru-buru. Kau hanya harus memelankan kayuhanmu, menengok ke kanan dan kiri, menikmati perjalananmu. Karena inilah kehidupan. Kau harus tetap bergerak. Karena jika kau berhenti, itu tandanya kau sudah mati.

6.21.2015

Hari Ini

Gambar dari sini
Setiap kita pasti pernah merasakan situasi semacam, "Eh udah bulan Juni ya, kayaknya baru kemarin bulan Mei."; "Eh nggak kerasa ya udah mau lulus aja, kayaknya baru kemaren jadi maba." *padahal 4 tahun dijalani dengan susah payah*. Oh well, perasaan 'kayaknya' memang terkadang terasa klise. Itu semua karena waktu terus  bergerak maju dan akan tetap begitu. Itulah mengapa, yang paling jauh adalah masa lalu. Kita tidak dapat memutar kembali waktu. Pun, kita tak dapat menghentikan pergerakan waktu.

Ada masa di mana kita takut dengan masa depan dan kenyataan yang harus dihadapi pada masa itu. Ada masa dimana kita khawatir dengan apa yang akan terjadi nanti. Akan menjadi seperti apa nantinya? Bagaimana? Namun, saat mengingat waktu terus bergerak maju, saya menyadari sesulit apapun situasi yang dihadapi saat ini, itu semua akan berlalu. Apapun yang engkau takutkan, apapun yang engkau khawatirkan tentang masa depan pada akhirnya akan sampai di depan matamu. Ada pula masa di mana kita terpuruk dalam kesedihan, terluka dan berduka. Ingatlah bahwa waktu telah menjadi obat banyak luka. Sakitmu, perihmu, lukamu semua akan terobati. Karena waktu terus bergerak maju. 

Yang perlu engkau takutkan dan khawatirkan adalah hari ini. Apa yang kau lakukan hari ini? Sudahkah ini menjadi upaya terbaikmu? Sudahkah ini sebaik-baiknya kamu? Ingatlah hari ini. Lakukan sesuatu hari ini. Karena kita hidup hari ini. Masa depan pasti akan datang, entah di dalamnya ada atau tidaknya kamu. Maka lakukanlah yang terbaik hari ini. Jadilah yang terbaik, hari ini.

6.19.2015

Pilihan Tuhan

"Hidup adalah pilihan. Tapi bukan memilih. Bukan juga dipilih. Hidup adalah soal pilihan yang dipilihkan. Kita dipilihkan Tuhan. Kapan dan di mana kita dilahirkan. Kapan dan di mana kita dimatikan. Kapan dan di mana kita dijodohkan. Juga nikmat apa yang diberikan. Kita dipilihkan."

-Mutia Prawitasari dalam Teman Imaji
Gambar dari sini
 Selama ini ramai diperbincangkan jika hidup adalah sebuah pilihan, tidak memilih sekalipun adalah sebuah pilihan. Lalu, ada pula yang menyatakan hal yang tidak biasa bahwa sebenarnya kita dipilih. Lantas mana yang kau yakini? Dari sekian macam pemahaman tentang memilih atau dipilih, kutipan kalimat di atas menawarkan pemahaman baru bagi saya. Awalnya, saya kurang mengerti dengan makna pilihan yang dipilihkan. Namun, belakangan saya memahaminya ketika dikaitkan dengan konsep Tuhan dan hamba-Nya.

Adalah video dari Ust. Nouman Ali Khan yang membuka pemahaman lebih luas kepada saya. Dalam sebuah video berdurasi tiga jam, Ust. Nouman Ali Khan mengajak kita memaknai Al-Fatihah (videonya bisa dicari via youtube dengan keyword: Rediscovering The Fatihah). Video yang membahas makna Alhamdulillah saja hampir satu jam itu sangat menginsprasi menurut saya. Adapun kaitannya dengan pilihan adalah makna dari Rabb dari ayat pertama surat Al-Fatihah.

6.16.2015

Go Ahead

Gambar dari sini

My mom told me, "If you don't know where to go or what you should do, just ask! At least you can read, and if it doesn't help, just ask. Nothing wrong with ask people."

Sejak kecil saya termasuk anak yang terkesan pemalu dan penakut. Sebenarnya, hal itu karena saya khawatir jika hal-hal yang ada di pikiran saya menjadi kenyataan. Misal, kalau saya pergi sendiri nanti tersesat bagaimana? Jika ada orang jahat bagaimana? dan pikiran-pikiran negatif lainnya. Sampai saat ini pun, pikiran-pikiran semacam itu membuat saya takut menghadapi banyak hal terutama saat dihadapkan hal-hal yang belum pernah saya alami sebelumnya. Saya selalu khawatir, banyak hal akan terjadi di luar perkiraan saya. Saya khawatir, orang lain akan menolak saya. Saya khawatir saya tidak akan pernah bisa melakukannya. Begitu banyak kekhawatiran yang meliputi saya.

Namun, saat mengingat pesan ibu, saya berusaha melawan ketakutan-ketakutan itu. Seperti sedang menyebrangi jembatan yang panjang, saya mencoba melewatinya, karena meyakini di ujungnya ada hal yang saya inginkan. Sekalipun ujungnya tidak terlihat, sekalipun jembatan itu panjang dan bergoyang. Pada akhirnya, saat saya berhasil melaluinya semua bayangan buruk dan pikiran negatif saya tidak pernah terjadi. Itu hanya ada di pikiran saya. Memang, banyak hal yang terjadi di luar jangkauan saya, namun tidak seburuk itu.

Dan suatu ketika, saat saya kembali merasa takut untuk melangkah. Saat saya ragu akan tantangan baru lainnya. Saya berusaha mengatakan pada diri ini, "Tidak seburuk itu. Majulah. Melangkahlah." Selalu ada ketakutan dan kekhawatiran yang meliputi diri ini. Tentang kenyataan di masa depan, tentang hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi. But i tell myself, ''Everything gonna be okay. Just do it." Setidaknya kamu bisa membaca pertanda. Dan jika itu tidak membantu, bertanyalah. Jika kamu tidak tahu harus kemana, bertanyalah. Pun jika pada akhirnya tersesat, bertanyalah.

Tuhan pasti akan menuntunmu. Just go ahead.

5.26.2015

Undefined Happiness

Gambar dari sini
Kebahagiaan yang tak terdefinisikan.

Saya yakin setiap orang punya hal semacam ini. Setiap kita memiliki cara yang berbeda-beda dan unik dalam memperoleh kebahagiaannya. Suatu hal yang mungkin bagi saya membahagiakan, belum tentu membahagiakan bagi orang lain. Sebut saja, ada orang yang sangat bahagia ketika bermain dengan anak-anak. Ada pula yang bahagia karena bisa makan makanan kesukaannya. Atau bahkan bahagia karena bisa bermain hujan tanpa malu dengan usia. Kebahagiaan itu bisa amat sangat sederhana. Namun, tidak semua orang punya definisi yang sama untuk kebahagiaannya. Kita memiliki konsep yang berbeda. Namun, satu hal yang sama adalah kadang orang lain tidak mengerti konsep bahagia yang kita miliki dan vice versa. Mari kita menyebutnya sebagai kebahagiaan tak terdefinisi.

5.19.2015

Selalu Bersyukur

"Tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini. Bahkan sebuah kebetulan yang amat kebetulan adalah ketetapan Allah SWT yang tidak pernah kita tahu. Maka orang-orang yang kita temui, kejadian yang dilewati, selalu menyimpan misteri. Ada tujuannya, ada maksudnya. Jika kita tak berhasil menerjemahkan setiap detailnya karena terlalu megah ketetepan Allah SWT. Setidaknya, kita mensyukuri tiap detik ketetapan-Nya. Selalu bersyukur itu lebih dari cukup. :)"

Ya Rabb.. Ada saja kaki tangan yang Engkau kirimkan untuk menuntunku. Siapapun yang digerakan hatinya untuk menuliskan ini untuk saya, saya berterima kasih. Menenangkan.. Menenangkan.. "Selalu bersyukur itu lebih dari cukup". :")

3.28.2015

Tomoya's Proposal





Pernah nonton Clannad + after story? Ini anime yang bagus. Saya suka temanya, juga pesan-pesannya. Meskipun ada bagian-bagian yang sulit dipahami. Dari sekian romantic scene-nya, ini yang paling saya suka. Tetap bertahan bersama orang yang kita sayangi meskipun keadaan tersulit dan terburuknya itu sesuatu bukan? Hehe. Nonton gih, ada komedinya juga.

3.26.2015

Haram?

Gambar nemu di @yeahmahasiswa

Apakah di antara kalian pernah memikirkan hal semacam ini? Saya tahu, mengubah lelucon menjadi sebuah 'pesan hidup' itu tidak asyik bukan? Namun, bagaimana jika tulisan tersebut benar? Bagaimana jika guraun yang mungkin hanya sekedar lalu itu pernah kita lakukan? Kadang, kita mengambil sesuatu yang bukan hak kita. Bahkan sialnya, sesuatu itu seperti lingkaran setan. Seperti kita mengambil pulpen, kemudian pulpen tersebut kita gunakan untuk mencatat. Lalu, kita belajar dari catatan tersebut, mendapatkan ilmu dan ilmu tersebut dipergunakan untuk bekerja. Jika diteruskan kita menghasilkan uang dari bekerja, dan uang itu kita gunakan untuk makan dst. Semuanya haram! Semuanya membuat kita menanggung dosa. Terdengar ekstrim memang, namun bagaimana jika itu benar? Kita seperti sedang ikut MLM saja, namun yang berkembang adalah dosa. Jangan-jangan nantinya kita akan sungguhan mendapatkan kapal pesiarr!! Haha tentu saja untuk membawa kita menuju neraka. Sederhana saja.. Tapi, sanggupkah jika kita memikulnya? #thoughtful

Don't Chase the Butterfly!


Gambar dari Clannad

You know what i mean? In the time, we will get what we deserve. For sure, 

3.11.2015

Tidak Pernah Memiliki

Ada sebuah hikmah dari setiap hal yang kita alami, setidaknya saya percaya itu. Dari sekian hal yang saya alami belakangan ini saya tersadar bahwa kita tidak pernah memiliki sesuatu. Kita, hanya diberi kepercayaan untuk dititipi sesuatu.

Maka, ketika kehilangan sesuatu tidak seharusnya kita bersedih hati. Karena sesungguhnya yang hilang bukanlah milik kita. Sesungguhnya titipan itu, hanya diambil kembali oleh si empunya. Bukankah itu wajar? Bukankah sebagai orang yang dititipi, kita harusnya selalu siap kapanpun si pemilik akan mengambil titipannya?

Tentu saja, iya.

Rahasia untuk tidak merasa kehilangan yaitu dengan menganggap kita tidak pernah memiliki sesuatu. Segala sesuatu yang ada di diri kita tidak benar-benar ada di dalam diri kita. Anggaplah ia menjadi sesuatu yang melekat, di luar bukan di dalam. Sehingga saat ia pergi, hilang atau bahkan diambil kita tidak kehilangan bagian dari dalam diri kita. Kita hanya melepaskan apa yang tadinya melekat. Dan itu tidak akan mengurangi apapun dari diri kita, meninggalkan lubang, celah atau semacamnya.

Untuk apapun itu yang terlihat seperti milikmu. Harta, ilmu, rupa, bahkan orang yang kau sayang sekalipun.

2.22.2015

Harapan

Saya memiliki seorang teman. Dia mengaku dirinya adalah orang yang pesimis. Bukannya tidak pernah memiliki harapan yang tinggi, pernah. Tetapi, kerap kali ia merasa amat terjatuh ketika harapannya tidak terwujud. Ia takut terjatuh, takut kecewa dan merasakan sakit. Sebagai seorang teman, tentu saya menyemangatinya untuk menjadi sosok yang optimis. Saya katakan, jangan takut dan berharaplah setinggi mungkin. Saya berkata begitu karena ketika harapan kita tinggi dan saat itu kemungkinan terburuknya adalah jatuh maka kita akan jatuh sedikit di bawah harapan kita. Seperti kata Ir. Soekarno, "Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau jatuh di antara bintang-bintang." Sekalipun jatuh, kita tidak jatuh ke dasar namun sedikit di bawah pencapaian yang kita inginkan.

Akan tetapi, saya sendiri pun tidak menampik perasaan takut sejenis. Saya selalu bertanya pada diri sendiri, apakah bisa jika kita hanya berharap tanpa rasa kecewa? Berharap setinggi mungkin dan tidak menerima rasa kecewa apapun saat harapan tersebut tidak tercapai. Jawabannya adalah tidak. Harapan selalu berbanding lurus dengan risiko menerima kekecewaan. Makin besar kita berharap, makin tinggi angannya maka makin besar potensi kekecewaannya, makin tinggi kemungkinan posisi terjatuhnya. Tentu, makin sakit rasanya.

Lalu, apa tidak boleh kita berharap? Boleh. Namun, bersiaplah untuk memperbesar kapasitas hatimu menampung kecewa. Itu kuncinya. Orang-orang dengan harapan besar tidak pernah takut, karena mereka tahu seberapa luas dan besar hatinya untuk menampung kecewa.

"Seberapa besar kita boleh berharap? Sebesar kapasitas hati kita untuk menampung rasa kecewa." -Nazrul Anwar


2.18.2015

Ujian

Apakah Tuhan selalu menghadirkan segala sesuatu di waktu yang tepat? Kadang, saya berpikir beberapa hal dihadirkan di waktu yang tidak tepat, sebagai ujian, ujian yang menguatkan.

2.05.2015

Aku.. Ingin..

Aku.. aku selalu ingin jadi yang pertama kali engkau pikirkan saat membuka mata. Aku juga selalu ingin jadi yang terakhir engkau pikirkan sebelum menutup mata. Tidak hanya itu, bahkan di hari-harimu. Kala sibukmu..

Aku.. aku selalu ingin jadi yang pertama melihat senyummu saat bahagiamu. Aku ingin jadi orang pertama yang engkau ingat dan beritahu kala itu. Aku juga ingin engkau selalu berbagi kesedihanmu dan bersadar padaku kala tak mampu kau pikul beban-beban itu.

Aku.. aku selalu ingin jadi yang pertama engkau sapa. Aku ingin jadi orang pertama yang kau perhatikan di antara sekian banyak hal-hal lain yang mengalihkan perhatianmu.

Aku.. aku ingin jadi yang pertama kau jumpai dari sekian perjumpaan di hari-harimu. Aku ingin kau menjumpaiku secepat mungkin saat aku memanggilmu, saat aku rindu padamu.

Aku.. aku ingin menjadi orang yang menghabiskan paling banyak waktu bersamamu. Aku ingin engkau selalu meluangkan banyak waktumu untukku. Aku ingin engkau selalu memikirkanku bahkan saat tak membersamaimu.

Aku.. aku ingin menjadi yang paling istimewa. Aku ingin melihat keindahanmu untuk diriku sendiri. Aku ingin engkau menyimpannya, tidak menunjukkannya pada yang lain. Aku ingin hanya padaku kau menunjukkannya.

Apakah cinta kadang bisa seegois itu?

Apakah Tuhan juga ingin begitu saat kita mencintainya dan Dia mencintai kita?

1.30.2015

Di Balik Memantaskan Diri

Ide menulis ini sebenarnya sudah lama. Tapi saya merasa sedikit ragu untuk membaginya di blog ini. Hehe. Karena saya pun masih amatir soal yang satu ini.

Berbicara tentang memantaskan diri, apa yang terlintas di benak kalian? Dulu, saya hanya mengira memantaskan diri hanyalah soal memperbaiki ibadah dan sikap yang sifatnya vertikal. Namun, kini saya sadar jika memantaskan diri bukanlah sekedar menjadi orang baik untuk mendapatkan orang baik. Lebih dari itu, ini tentang menyiapkan bekal untuk dikatakan pantas menerima tanggung jawab baru.

Memantaskan diri tidak hanya secara vertikal, tetapi juga secara horizontal, termasuk ke dalam diri kita sendiri. Belum ngeh ya? Ok, mari saya jelaskan.

1.09.2015

Mungkin

Mungkin skripsi menjadi sangat melelahkan karena di sinilah tingkat kesabaran dan ketekunan tertinggi (dalam level kuliah) diuji. 

 Karena yang pandai sekalipun belum tentu sabar dan tekun.

9.27.2014

Dream and Work

 
 
 
 
Entah mengapa ilustrasi ini nampol banget menurut saya. Saya bermimpi, saya menuliskannya di jurnal, saya membaca buku-buku yang menyemangati, dan saya menceritakan beberapa mimpi saya pada teman-teman. Pun, saya menempelkan kertas besar di dinding kamar.

Ya, saya melakukan semuanya! Tapi apa jadinya, kalau ternyata selama ini saya hanya sibuk memimpikannya bukan memperjuangkannya? Semoga saja tidak, saya yakin saya sedang berproses menggapai semua mimpi-mimpi itu.  Saya yakin sedang menujunya. :')

9.25.2014

9.22.2014

THIS!

Yes, i did it all.


Ibu bapak, anakmu bentar lagi jadi sarjana! (aamiin)

Hati-Hati

Seringkali ketika kita menghadapi suatu masalah--terutama soal hati, kita akan berkata pada diri sendiri untuk lebih rasional dan tidak terlalu mengedepankan perasaan, hati.

Tapi saya baru sadar, sebenarnya tidak apa menggunakannya. Hanya saja kita perlu menggunakannya dua kali. Sehingga dengan begitu kita akan hati-hati.

 
Akhirnya saya mengerti kenapa disebut hati-hati. :D
*terinspirasi dari nonton MTGW*