Showing posts with label me. Show all posts
Showing posts with label me. Show all posts

1.07.2016

Hiatus

Gambar dari sini

Halo.. cukup lama rasanya tidak bercerita di blog ini. Sesekali rasanya rindu. Tetapi kali ini saya ingin mengumumkan sesuatu, yaitu kemungkinan akan hiatus-nya blog ini untuk waktu yang cukup lama. Sedih ya, lama tidak muncul dan tiba-tiba memberi kabar buruk. Maafkan saya pembaca setia (kalau ada). :D Saya memprediksi tidak akan memiliki banyak waktu untuk beberapa bulan ke depan karena saya sedang ingin fokus melanjutkan pendidikan untuk saat ini. Alhasil mungkin blog ini akan sedikit terbengkalai seperti beberapa bulan terakhir saat sibuk mengurus skripsi dan lain hal. Tetapi, saya berencana untuk tetap sesekali menulis di blog ini. Tenang saja, kalian tetap bisa membaca ocehan random saya di tumblr ini. Keputusan hiatus ini tidak ada hubungannya dengan perselingkuhan dengan tumblr ya. :D So, siapapun yang mungkin ingin bertanya atau menyapa tetap bisa menghubungi saya via email seperti biasa. ;)

C u later!

11.12.2015

Melanjutkan Impian

Halo, sudah lama sekali sejak terakhir kali saya bercerita di blog. Rasanya, ada satu bulan yang benar-benar tidak terisi dengan satu postingan pun. Ada banyak hal yang terjadi dan saya lalui. Mulai dari hectic-nya menyusun bab 4 skripsi, mengejar-ngejar jadwal sidang, bekerja di proyek penelitian, wisuda, pindahan kos, pulang kampung, sampai mengikuti tes apoteker. Kalau dipikir-pikir lagi, ada banyak hal yang sepertinya sangat sulit dilalui (pada masa itu) akhirnya terlewati. Alhamdulillah.

Hal-hal yang saya sebutkan di atas benar-benar menguras banyak tenaga, waktu, pikiran dan perasaan. Saya saat itu hampir tidak mendapat waktu untuk sidang hasil dan akhir karena dosen pembimbing saya cuti hamil dan melahirkan, ditambah lagi dosen penguji saya harus pergi dan ada pula yang sakit. Jika dipikirkan, betapa sulitnya masa-masa itu. Namun, Allah memberi saya jalan. Setelah menaklukkan banyak kesulitan, akhirnya saya dinyatakan lulus. Saya masih tetap berada di perantauan untuk menunggu waktu wisuda. Saat itu, saya mengisi waktu luang dengan menjadi asisten dan bekerja untuk proyek penelitian. 

Di tengah kesibukan keduanya, saya pun menunggu waktu pendaftaran apoteker di Universitas lain. Tak disangka, di awal bulan Oktober ITB membuka pendaftaran. Lagi-lagi kejutan ini membuat kehidupan saya kembali ramai. Saya hanya memiliki waktu sekitar dua minggu untuk persiapan. Di tengah kesibukan mengerjakan penelitian yang menghabiskan waktu pagi-sore (bahkan terkadang malam), saya harus mempersiapkan administrasi, mengumpulkan bahan untuk belajar, dan tentu saja belajar. Tentu sudah menjadi rahasia umum, tes masuk apoteker ITB itu sulit. Ada banyak sekali postingan blog berisi cerita itu, bahkan menyarankan untuk belajar setidaknya dua minggu sebelum ujian. Sementara selama satu minggu saya hanya berkutat pada persiapan administratif dan mengumpulkan bahan belajar. Alhasil, saya selalu memaksa diri untuk bangun dini hari dan belajar. Sebagian teman-teman saya enggan mengikuti tes karena merasa waktu persiapan yang dimiliki sangat singkat. Bukannya tidak merasakan hal serupa, namun saya bertekad untuk tetap maju. Izin orang tua mudah sekali saya dapatkan pada waktu itu, sehingga saya tidak ragu untuk terus berjuang.

8.26.2015

Mengirim Surel (e-mail) dengan Baik

Gambar dari sini
Surat elektronik atau lebih dikenal dengan e-mail adalah sesuatu yang sudah tidak asing lagi saat ini. Hampir semua kalangan memiliki akun e-mail (selanjutnya disebut surel). Entah hanya digunakan sebagai syarat untuk mendaftar ke media sosial atau jauh lebih fungsional daripada itu. Saya menjadi tertarik membahas soal surel karena belakangan ini saya menerima beberapa surel yang unik.

Surel yang saya terima tidak jauh dari teman-teman yang ingin bertanya atau berdiskusi. Terkadang ada pula yang meminta untuk dikirimi file. Sejujurnya saya senang ketika menerima surel dari teman-teman semua. Akan tetapi, beberapa kali saya menemukan sepertinya tidak semua orang memahami etika saat mengirim surel. Dulu, saya juga tidak terlalu ambil pusing dengan persoalan ini. Seolah-olah mengirim surel itu sama saja dengan chatting atau aktivitas dunia maya lainnya.

Lalu, ada satu waktu dosen saya memberikan sebuah nasehat. Sepertinya, beliau juga merasa tergugah untuk mengingatkan mahasiswanya tentang etika mengirim surel. Beberapa kali kami diminta untuk mengirimkan tugas melalui surel. Saya kira, dari pengalaman itu lah akhirnya beliau angkat bicara. Beliau berpesan, surel itu sama halnya seperti kita berkirim surat. Hanya saja, medianya berbeda. Oleh karena itu, cara menulis, bahasa, dll. sebaiknya menyesuaikan seperti pada umumya kita berkirim surat. Kira-kira seperti itu pesan beliau. Sejak saat itu, saya sedikit mengubah cara saya saat mengirim surel.

Terlepas dari persoalan surel dikirim kepada orang yang lebih tua/seharusnya dihormati, saya kira semua orang sebaiknya mulai memperhatikan persoalan yang satu ini. Kadang, saya menerima surel tanpa Subjek, sehingga saya harus membaca keseluruhan pesan agar ngeh dengan maksud pengirim. Namun, ada juga justru menuliskan pesannya di kolom Subjek. Ini membuat saya jauh lebih bingung. Hehe. Selain itu, soal gaya bahasa yang terkesan kurang sopan pun pernah saya temukan. Ada baiknya ketika meminta bantuan atau sesuatu kita jelaskan kepentingannya. Setidaknya, beri salam dan perkenalkanlah diri terlebih dahulu, jangan tiba-tiba meminta orang lain untuk melakukan sesuatu untuk kita. Tidak ada salahnya bukan? Boleh jadi dari situ kita bisa membangun jaringan pertemanan yang lebih luas. Tak lupa, ucapkanlah terima kasih. Percayalah, seseorang akan dengan ringan membantumu ketika kamu menghargai bantuannya. :)

Singkatnya, jangan lupa memberikan salam, memperkenalkan diri, menjelaskan keperluan kita, dan mengucapkan terima kasih ketika mengirim surel ya. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Saya juga masih belajar mengirim e-mail/surel dengan baik. Mari sama-sama belajar. Salam.

7.16.2015

Obrolan Adik-Kakak 3

A: Bapak abis potong rambut?
B: Nggak kok.
A: Kata mama keliatan ganteng.
M: Kapan mama bilang gitu? *blushing*
B: Ya iya dong, kalau nggak ganteng mama mana mau.
A: *ketawa jail*
S: :))) *ketawa banget*

Ket: A= adik saya; B= bapak; M= mama; S= saya.

Bahagia itu sederhana. :)

6.16.2015

Go Ahead

Gambar dari sini

My mom told me, "If you don't know where to go or what you should do, just ask! At least you can read, and if it doesn't help, just ask. Nothing wrong with ask people."

Sejak kecil saya termasuk anak yang terkesan pemalu dan penakut. Sebenarnya, hal itu karena saya khawatir jika hal-hal yang ada di pikiran saya menjadi kenyataan. Misal, kalau saya pergi sendiri nanti tersesat bagaimana? Jika ada orang jahat bagaimana? dan pikiran-pikiran negatif lainnya. Sampai saat ini pun, pikiran-pikiran semacam itu membuat saya takut menghadapi banyak hal terutama saat dihadapkan hal-hal yang belum pernah saya alami sebelumnya. Saya selalu khawatir, banyak hal akan terjadi di luar perkiraan saya. Saya khawatir, orang lain akan menolak saya. Saya khawatir saya tidak akan pernah bisa melakukannya. Begitu banyak kekhawatiran yang meliputi saya.

Namun, saat mengingat pesan ibu, saya berusaha melawan ketakutan-ketakutan itu. Seperti sedang menyebrangi jembatan yang panjang, saya mencoba melewatinya, karena meyakini di ujungnya ada hal yang saya inginkan. Sekalipun ujungnya tidak terlihat, sekalipun jembatan itu panjang dan bergoyang. Pada akhirnya, saat saya berhasil melaluinya semua bayangan buruk dan pikiran negatif saya tidak pernah terjadi. Itu hanya ada di pikiran saya. Memang, banyak hal yang terjadi di luar jangkauan saya, namun tidak seburuk itu.

Dan suatu ketika, saat saya kembali merasa takut untuk melangkah. Saat saya ragu akan tantangan baru lainnya. Saya berusaha mengatakan pada diri ini, "Tidak seburuk itu. Majulah. Melangkahlah." Selalu ada ketakutan dan kekhawatiran yang meliputi diri ini. Tentang kenyataan di masa depan, tentang hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi. But i tell myself, ''Everything gonna be okay. Just do it." Setidaknya kamu bisa membaca pertanda. Dan jika itu tidak membantu, bertanyalah. Jika kamu tidak tahu harus kemana, bertanyalah. Pun jika pada akhirnya tersesat, bertanyalah.

Tuhan pasti akan menuntunmu. Just go ahead.

6.14.2015

Jarak yang Mendekatkan

Kau tahu, jarak sudah terbukti menjadi ujian yg berat. Jarak telah banyak memisahkan pertemanan, persaudaraan, atau pun dua insan. Namun, ada kalanya jaraklah yang justru mendekatkan. Saat jauh dari seseorang, kita seolah-olah diberi jeda untuk saling merindukan. Jeda itu pun memberikan ruang kepada diri kita untuk menjadi lebih jujur dan menghargai kebersamaan. Jarak tidak selalu menjadi ujian. Jarak pun sewaktu-waktu mampu mendekatkan. Mendekatkan dua hati yang berjauhan.

Untuk Ibu, bapak, adik dan kakak. Edisi lagi kangen rumah tapi nggak bisa pulang. :') Selamat ulang tahun *ketumpung nomer tiga. Semoga jadi anak yang sholeh ya.

*ketumpung adalah istilah keluarga untuk menyebut cucu bapak/ibu a.k.a anak kakak-kakak saya.

5.26.2015

Undefined Happiness

Gambar dari sini
Kebahagiaan yang tak terdefinisikan.

Saya yakin setiap orang punya hal semacam ini. Setiap kita memiliki cara yang berbeda-beda dan unik dalam memperoleh kebahagiaannya. Suatu hal yang mungkin bagi saya membahagiakan, belum tentu membahagiakan bagi orang lain. Sebut saja, ada orang yang sangat bahagia ketika bermain dengan anak-anak. Ada pula yang bahagia karena bisa makan makanan kesukaannya. Atau bahkan bahagia karena bisa bermain hujan tanpa malu dengan usia. Kebahagiaan itu bisa amat sangat sederhana. Namun, tidak semua orang punya definisi yang sama untuk kebahagiaannya. Kita memiliki konsep yang berbeda. Namun, satu hal yang sama adalah kadang orang lain tidak mengerti konsep bahagia yang kita miliki dan vice versa. Mari kita menyebutnya sebagai kebahagiaan tak terdefinisi.

5.08.2015

"Kan ada Aku"

Saat terpuruk,

saat terjatuh,

saat tidak tahu harus kemana bersandar,

ingatlah.. Mungkin ada Seseorang yang dalam diamnya atau bahkan lewat uluran tangannya berkata, "Kan ada Aku.."

Tetaplah berjuang.

3.05.2015

Obrolan Adik-Kakak 2

S : "Ikan!" (Mengomentari dp bbm hasil kerokan kakak kedua)
K : "Abis mancing.."
S : "Mancing kemana emang?"
K : "Di laut."
S : "Dapat udang nggak? Lama nggak dikasih udang gede nih." :p
K : "Iya ntar ya kakak pancingin."
S : "Iya, tunggu adik pulang bang."
K : "Tumben manggil abang?"
S : "Becanda aja kak, kayak anak gahol."
K : "Kalau ngomongnya kayak gitu kayak bukan ayu yang kakak kenal. Be yourself aja."
S : (Jleb, padahal niatnya becanda). Hehe "Iya kak becanda aja kok." Brb ngalihin pembicaraan.

Panggilan kakak sudah teramat melekat. Bahkan ingin mengganti menjadi panggilan 'mas' yang kesannya lebih dewasa saja susah. Baiklah kakak, saya akan tetap menjadi diri sendiri seperti yang kau minta. ;)

Obrolan Adik-Kakak 1

A : "Kak aku kalah OSN-nya." (Ceritanya si adek ikutan OSN astronomi ngikutin saya dahulu kala.
S : "Ya nggak papa, belajar lagi buat tahun depan."
A : "Iya kalau ikut." (Beneran sedih kayaknya)
S : "Terus siapa yang menang?"
A : "Kakak kelasku juara 2."
S : "Yasudah nggak papa, belajar lagi. Nggak sekolah kah jam segini?" (Tumben banget si adek ngechat jam segini)
A : "Lagi libur.. Ada TO. Tapi banyak PR."
S : "Ya dikerjain dong.. Semangat!" (Saya tahu adek saya ini lebih rajin soal urusan PR dibanding saya dulu).
A : "Aku dapat tugas mengawetkan binatang kak."
S : "Terus mau ngawetin apa? Serangga kah?"
A : "Bukan, kodok."
S : (tercengang) -___- "Emang nggak ada binatang lain apa?"
A : "Itu masih mending tahu, temenku ngawetin kadal."
S : :O (Beneran kaget) "Ya ampun.. Haha"
A : "Si Dimas (keponakan kami, tapi seumuran sama si adek) malah ngawetin ubur-ubur."
S : (Speechless) Haha

Pelajaran SMA zaman sekarang. :D Salah satu percakapan absurd dengan si Adek yang selalu ingin mengikuti jejak kakaknya. :')

1.11.2015

Garis Start

Waktu itu, tepatnya semester 5, banyak hari-hari yang saya lalui dengan mengeluh. Entah menggerutu bersama teman-teman senasib dan seperjuangan atau hanya di dalam hati. Semester 5 memang menjadi semester puncak kejenuhan. Padatnya praktikum, kegiatan organisasi, beban kuliah yang semakin berat dan tentunya tugas yang selalu datang silih berganti. Semuanya ada di pundak ini.

Inilah, apa yang saya rasakan saat itu

Namun saya tahu, untuk ke sekian kalinya, bahwa menyerah bukanlah sebuah pilihan. Mau tidak mau, saya tetap berusaha untuk berkerja keras, menahan setiap perasaan jenuh yang ada, dan berusaha tetap memberikan yang terbaik yang saya bisa lakukan.

Spirit of hardwork!

Meskipun begitu, ada hari dimana saya merasa teramat sangat jenuh dan tidak mampu lagi untuk menahannya. Waktu itu, saya merasakannya. Sumpek, bosan, jenuh dan merasa terpenjara. Saya sempat menangis karena perasaan itu. Sampai akhirnya, saya putuskan untuk menelepon ibu saya.

12.27.2014

Menulis

Sejatinya, menulis adalah tentang mengingatkan diri sendiri.

Saya kerap kali merasa apa yang saya tuliskan di media sosial atau pun blog terlalu bijak. Sebagian besar begitu, karena saya berpikir begitulah orang lain menilai saya. Namun, saya selalu menampik perasaan tersebut. Saya biarkan hati dan pikiran saya bersinergi menuliskan apapun itu yang lewat di pikiran saya.

Sampai pada suatu titik dimana saya merasa saya salah, merasa lemah dan perlu diingatkan. Saya buka kembali tulisan-tulisan itu. Tulisan yang dibuat oleh versi bijak saya, versi tangguh saya, dan versi kuat saya. Dalam keadaan seperti itu yang saya perlukan adalah tulisan-tulisan tersebut.

Karena lewat itu semua saya kembali diingatkan bahwa saya bisa menjadi seseorang yang demikian. Bahwa pesan-pesan indah nan menguatkan itu pun berasal dari dalam diri saya sendiri.

Begitulah..

Menulis sebenarnya bukan untuk orang lain. Melainkan bentuk lain diri kita yang mampu menyampaikan pesan dari hati kecil.

12.13.2014

Menang

"Pada akhirnya orang yang mengalah dengan ikhlas akan dituntun dengan cara-Nya dalam menggapai kemenangan. Percayalah."

-Hati kecilku-

11.29.2014

Rumah - Pulang

"Pada akhirnya orang-orang yang berkelana ingin memiliki rumah untuk pulang."

Pesan tersirat dari percakapan pagi ini dengan kakak pertama. :)
I will travel the world. But still, i'll be back home.

10.14.2014

Jangan Pernah

"Jangan pernah kamu menyamakan hasil dengan mereka yang tidak tidur saat kamu pulas, mereka yang bekerja keras saat kamu malas, dan mereka yang berlari di saat kamu masih berdiri, mereka yang menangis saat kamu masih tersenyum dan mereka yang tak putus doanya saat kamu justru melupakan-Nya. Jangan pernah! #ntms"

Saya tulis pada 31 Juni 2014. Ini benar-benar kembali mengingatkan saya, kalau saya harus bangkit dari keterpurukan dan kemalasan ini. :'(

9.25.2014

9.12.2014

The Power of Niat

Tadi malam saya baru tidur sekitar pukul 1. Anehnya, pagi ini saya bisa bangun jam 5 subuh dengan sangat ringan. Biasanya mata saya beraaaat sekali untuk dibuka dan butuh bermenit-menit sampai benar-benar tersadar dan perasaan enggan meninggalkan kasur itu hilang. Namun pagi ini, hanya butuh beberapa menit, dengan hanya tidur sekitar 4 jam saya bisa terbangun dengan ringan itu adalah sedikit magic buat saya. FYI, saya ini biasanya minimal sekali tidur selama 6 jam. Jika kurang dari itu maka saya akan terkantuk-kantuk dan bisa jadi mengganti kekurangannya di jam lain. Pagi ini saya ingat, sebelum tidur saya telah berniat agar bisa dibangunkan tepat waktu karena banyak yang harus dikerjakan hari ini.

Ternyata itu semua karena niat sodara-sodara! Keren kan :D Ternyata bukan cuma kepepet yang punya power, niat pun juga. Maka niatkanlah hal-hal baik dan sungguh-sungguh untuk sesuatu yang ingin kita perjuangkan. Jangan lupa pagi ini pun niatkan untuk berbuat sesuatu dan lebih produktif. Semangat pagi!
 

9.10.2014

Tumben


Tumben..
Pagi tadi saya ditegur oleh seseorang yang ketika itu sedang melihat saya menggosok pakaian, "Tumben rajin.. ya begitu dong jangan ngelamun aja kalau pagi."

FYI, pagi tadi (pukul 9) saya sedang menyiapkan pakaian sebelum ke kampus untuk bertemu dosen. Mungkin si fulan yang nyeletuk tadi bisa berkata begitu karena kemarin di jam yang sama saya sedang duduk-duduk dan terlihat melamun. Padahal, saat itu sebenarnya semua pekerjaan rumah saya sudah selesai dan memang tidak ada rencana untuk pergi keluar.

Saya, seringkali menjumpai situasi seperti ini. Tumben, katanya. Banyak orang yang seperti sangat tahu mengenai kehidupan kita lantas mengatakan tumben, seolah-olah mereka adalah orang yang selalu menyimak hal-hal yang kita kerjakan setiap waktu.

Di lain kesempatan, pernah saya ditegur dengan embel-embel tumben juga tentunya.. Waktu itu masih pagi sekali, mungkin sekitar jam 6 pagi. Saya sedang menjemur cucian. Lalu, ada yang tiba-tiba nyeletuk "Tumben jam segini udah nyuci baju.. kok rajin.."

8.03.2014

Tidak Selalu, Mentari

"Dari pesantren ya?" sapanya pada akhirnya. Sejak pertama melihatku sepertinya ia ingin tahu sesuatu. Kali kedua ia melihatku lagi, lalu ku balas dengan senyuman. Ia pun membalas dengan senyuman. Ketiga kalinya, ia menghampiri. Lalu terciptalah percakapan kecil.

Sesungguhnya aku tidak pandai berbasa-basi. Pun saya juga tidak terlalu ingin tau persoalan orang lain yang hanya sekedar bertemu lalu seperti dia. Namun dia membuka pembicaraan, dan aku pun berusaha menghargainya dengan mencoba membuat percakapan itu tetap hidup.

Ku keluarkan sebuah jeruk. Lalu ku tawarkan padanya. Ah, tidak kreatif ternyata dia sudah punya. Waktu cuci mulut yang seharusnya manis itu malah menjadi kikuk bagiku. Jeruk itu ku kupas kemudian hanya ku genggam. Tanggung.

Saya jadi teringat pertanyaannya. Saya bukan dari pesantren, jawabku. Dari Unlam ya tanyanya. Lalu ku simpulkan ia pun sama. Mungkin fakultas sebelah. Namun tetap ku tanyakan dia kuliah dimana. Oh ternyata aku salah. Dia berasal dari institut pendidikan agama di kota yang sama.

Aku bergumam. Apakah semua orang mengira jilbab lebar itu hanya milik anak pesantren? Bahkan ia berpikiran begitu.

Saya bukan anak pesantren, bukan juga yang mereka kira akhwat-akhwatan. Saya hanya perempuan yang sedang berusaha untuk menjadi baik, meski tidak selalu. Tidak selalu jilbab lebar itu mampu menakar, seberapa banyak amalan pemakai.

Ukhti namanya siapa?
"Ayu, kalau mba?"
"Mentari.." Ia tersenyum.

Tidak mentari, tidak selalu begitu. Bisikku.

Kaki Tangan Tuhan

Aya, seorang gadis manis yang umurnya setahun lebih muda dariku. Tapi jangan ditanya, tinggi badannya jauh melampaui orang yang bahkan lebih tua darinya. Setidaknya itulah yang terlihat dari fotonya.

Iya, sampai detik ini aku hanya bisa melihat fotonya. Setelah saling kenal 3 tahun silam, kami bahkan belum pernah bertemu. Entahlah apakah kami bisa disebut saling kenal. Yang jelas, aku masih mengingatnya.

Aku tidak  boleh lupa dengan kaki tangan Tuhan yang satu ini. Kami tidak pernah saling kenal sebelumnya, lalu dia datang di saat ku butuhkan. Bahkan, dia membantuku saat itu. Aku tahu gadis ini pasti sangat baik hati.

Dia juga yang memberi sedikit semangat padaku kala itu. Meskipun sempat ku lepaskan apa yang saat ini ku genggam, namun Tuhan punya cara sendiri menuntunku untuk kembali menggenggam apa yang Dia berikan.

Cara Tuhan memang unik, Dia bisa mengirimkan kaki tangan dimana saja, kapan saja, dan bahkan melalui siapa saja. Lewat kamu Aya, aku percaya bahwa takdir Tuhan akan menuntun hambaNya, dengan cara yang unik sekalipun. Contohnya lewat kamu.

Dari teman yang tak pernah bertemu tapi memendam rindu.

Antah Berantah, 22 Juli 2014.

Keesokan harinya, secara kebetulan (atau tidak), kami bertemu di Line. Aku kira, pesan rinduku sudah sampai. :)