11.12.2015

Melanjutkan Impian

Halo, sudah lama sekali sejak terakhir kali saya bercerita di blog. Rasanya, ada satu bulan yang benar-benar tidak terisi dengan satu postingan pun. Ada banyak hal yang terjadi dan saya lalui. Mulai dari hectic-nya menyusun bab 4 skripsi, mengejar-ngejar jadwal sidang, bekerja di proyek penelitian, wisuda, pindahan kos, pulang kampung, sampai mengikuti tes apoteker. Kalau dipikir-pikir lagi, ada banyak hal yang sepertinya sangat sulit dilalui (pada masa itu) akhirnya terlewati. Alhamdulillah.

Hal-hal yang saya sebutkan di atas benar-benar menguras banyak tenaga, waktu, pikiran dan perasaan. Saya saat itu hampir tidak mendapat waktu untuk sidang hasil dan akhir karena dosen pembimbing saya cuti hamil dan melahirkan, ditambah lagi dosen penguji saya harus pergi dan ada pula yang sakit. Jika dipikirkan, betapa sulitnya masa-masa itu. Namun, Allah memberi saya jalan. Setelah menaklukkan banyak kesulitan, akhirnya saya dinyatakan lulus. Saya masih tetap berada di perantauan untuk menunggu waktu wisuda. Saat itu, saya mengisi waktu luang dengan menjadi asisten dan bekerja untuk proyek penelitian. 

Di tengah kesibukan keduanya, saya pun menunggu waktu pendaftaran apoteker di Universitas lain. Tak disangka, di awal bulan Oktober ITB membuka pendaftaran. Lagi-lagi kejutan ini membuat kehidupan saya kembali ramai. Saya hanya memiliki waktu sekitar dua minggu untuk persiapan. Di tengah kesibukan mengerjakan penelitian yang menghabiskan waktu pagi-sore (bahkan terkadang malam), saya harus mempersiapkan administrasi, mengumpulkan bahan untuk belajar, dan tentu saja belajar. Tentu sudah menjadi rahasia umum, tes masuk apoteker ITB itu sulit. Ada banyak sekali postingan blog berisi cerita itu, bahkan menyarankan untuk belajar setidaknya dua minggu sebelum ujian. Sementara selama satu minggu saya hanya berkutat pada persiapan administratif dan mengumpulkan bahan belajar. Alhasil, saya selalu memaksa diri untuk bangun dini hari dan belajar. Sebagian teman-teman saya enggan mengikuti tes karena merasa waktu persiapan yang dimiliki sangat singkat. Bukannya tidak merasakan hal serupa, namun saya bertekad untuk tetap maju. Izin orang tua mudah sekali saya dapatkan pada waktu itu, sehingga saya tidak ragu untuk terus berjuang.

Singkat cerita, saya dan beberapa teman saya berangkat ke Bandung. Awalnya saya terkejut, total peserta yang akan mengikuti tes adalah 132. Namun, setelah saya pikir kembali jumlah tersebut justru lebih sedikit dibandingkan pendaftar di Universitas lain. Mungkin, sebagian besar sudah terseleksi secara mental. Kabar masuk sulit dan keluar pun sulit sudah jadi rahasia umum. Hehe. Tes dilaksanakan jam 1 siang oleh karena itu sebelum tes saya dan teman-teman pergi ke Masjid Salman terlebih dahulu. Saat itu saya merasa sangat takut, karena merasa persiapan yang dimiliki belum maksimal. Di Masjid Salman saya berdoa, "Saya ingin sholat di Masjid ini lagi". Dengan haru biru saya panjatkan permohonan itu. Setelah itu, kami makan siang dan bersiap mengikuti tes. Tes dilakukan selama kurang lebih 4 jam dengan jeda di tiap bidang. Perasaan saya sewaktu mengerjakan soal adalah ingin menangis, hehe. Ternyata memang sulit. Seusai tes dilaksanakan kepala saya sampai sakit sekali, mungkin karena lama tidak diajak berpikir berat. :D

Kami kembali ke Masjid Salman, menunggu hingga waktu magrib dan makan malam. Di sana, saya termenung dan sempat pesimis dengan jawaban-jawaban saya. Saya hanya bisa memanjatkan doa lagi dan lagi. Saya teringat pesan salah satu kakak tingkat saya yang sudah lebih dahulu menjalani profesi di Universitas ini, perbanyak doa. Ternyata nasehat tersebut bukan tanpa alasan. Selepas tes, saya hanya ingin tidur saja karena rasanya sudah lama sekali tidur tanpa beban pikiran. Esok hari kami pun pulang. Waktu pengumuman sekitar dua minggu. Saya pun kembali menjalani aktivitas seperti biasa, berusaha untuk menekan sebisa mungkin perasaan pesimis dan pikiran negatif. Doa pun terus mengalir. Saya bahkan masih enggan memikirkan rencana apa yang akan saya lakukan jika tidak diterima tes kali ini. Saya hanya tidak ingin berprasangka buruk. Saya berdoa dan berusaha untuk berprasangka baik doa tersebut pasti dikabulkan.

Di antara waktu menunggu pengumuman adalah hari wisuda. Sungguh, saya bingung harus berbahagia atau bagaimana. Hehe. Tetapi, saya nikmati momen bahagia tersebut dan melupakan sejenak perihal pengumuman. Di saat yang sama, orang tua saya memutuskan untuk memboyong saya pulang. Saya tentu saja kaget, akhirnya semua barang-barang saya diangkut dan hanya menyisakan saya dan beberapa baju dan barang yang masih digunakan. Satu minggu saya jalani dengan penuh kekosongan (kos) dan perasaan sedih (harus meninggalkan Banjarbaru). Saya tetap tinggal dengan alasan menunggu hasil tes dan ijazah, serta menyelesaikan tugas-tugas sebagai asisten. 

Hari pengumuman tiba, betapa kecewanya saya karena ternyata pengumuman ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan. Saya pun berusaha tidak memikirkannya dan menjalani hari dengan biasa. Sampai akhirnya tanggal 4 November dini hari, tepatnya pukul 3 saya terbangun dan membaca chat teman-teman di grup yang memberikan selamat. "Loh, ini apa?" batin saya. Saya pun membuka pengumuman dan ternyata Alhamdulillah saya diterima. Seketika saya banjir airmata, ternyata doa saya (dan mungkin doa orang tua, teman-teman, dll.) dikabulkan. Hanya 26 orang yang lulus tes kali ini, betapa saya sangat bersyukur bisa menjadi salah satunya.

Kehidupan yang hectic pun kembali terjadi, saya harus secepatnya pulang untuk mempersiapkan daftar ulang. Bahkan pekerjaan di proyek penelitian dan asisten harus saya tinggalkan. Hanya sekitar dua hari di rumah saya harus pergi ke Bandung kembali, mencari tempat tinggal dan membiasakan diri berada di sini. Rasanya baru kemarin saya jungkir balik mengurus skripsi, mengikuti tes, dan menjalani hari-hari berat lainnya. Hari ini, saya sudah duduk manis termenung, memikirkan betapa banyak kejutan, kekuatan, dan kemudahan yang saya dapatkan. Dan hari ini, saya pun kembali tersenyum mengingat sebuah tulisan kecil di dinding kamar 4 tahun lalu kini sudah bisa saya coret dari daftar mimpi, melanjutkan kuliah farmasi di itb, begitu yang tertulis. :)

3 comments:

Anonymous said... Reply Comment

Hi mba, mengharukan baca postingannya mba. Kalau boleh tahu, jarak dari ujian ke pengumuman berapa lama, Dan jarak dari pengumuman ke daftar ulang jg berapa lama ya? Terima kasih.

adreamer said... Reply Comment

@Anonymous: :D Iya memang penuh perjuangan pada saat itu. Jarak dari ujian ke pengumuman sekitar 2 minggu, sedangkan jarak pengumuman ke daftar ulang saya agak lupa (mungkin sekitar 2-4 minggu). Sedang mendaftar program PSPA ITB ya?

Anonymous said... Reply Comment

Assalammualaikum kk
Soal soal ujian masuk apoteker itb gimana ya kk?