Showing posts with label experience. Show all posts
Showing posts with label experience. Show all posts

6.23.2017

Perjalanan Baru: Apoteker

Lebih dari satu tahun berlalu sejak saya putuskan hiatus di blog ini. Sebenarnya saya belum memikirkan kelanjutan dari blog ini. Belakangan, saya memang tidak terlalu aktif menulis di blog. Pun saya lanjutkan kegiatan menulis, saya berniat membuat tulisan dengan muatan yg lebih berat. Akan tetapi, setelah saya perhatikan, masih ada sedikit manfaat yang bisa saya bagikan dari blog ini. Meskipun sekedar diskusi soal jurusan farmasi, literatur, atau tulisan-tulisan lama--yang melankoli itu. Hihi.

Alhamdulillah tulisan kali ini membawa sebuah kabar gembira. :)

Terhitung sejak maret 2017, saya telah resmi disumpah sebagai Apoteker. Sebuah pencapaian yang cukup mengharu biru, sebab memang prosesnya tidak mudah. Akhirnya saya berhasil keluar dari kampus Gajah dalam satu tahun masa studi. Saya sangat bersyukur karena mampu melalui semua tahapan ujian apoteker yang luar biasa itu. :D Terlebih, angkatan saya adalah angkatan pertama yang mencicipi Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI) sebagai syarat wajib kelulusan. Dengan beban ujian kampus yang berat dan ditambah kewajiban lulus UKAI membuat kelulusan ini rasanya sangat menggembirakan. (Gimana enggak ya, ujiannya sekitar dua bulan, bertubi-tubi)

Jika ada yang bertanya, mau tidak mengulang ujian apoteker ITB, saya pasti akan menjawab "sekali saja sudah cukup". Cukup ia jadi bagian dari sejarah hidup, dikenang dan ditertawakan (waktu menjalani sih, ditangisi) :D

Tetapi, menyandang gelar apoteker tentu memiliki beban dan tanggungjawab tersendiri. Tidak berarti berhenti belajar sebab "ujian" yang sesungguhnya adalah ketika mengamalkan ilmu yang telah diperoleh dari kampus. Doakan saja saya mampu mengemban amanah profesi ini sebaik mungkin, melakukan praktik yang bertanggungjawab dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk masyarakat. Aamiin.

Terima kasih untuk teman-teman yang masih meninggalkan jejak di blog ini atau menyapa lewat surel. Salam sejawat.

1.18.2015

Journey to Tapin

Halo! Selamat minggu pagi!

Saya mau cerita tentang perjalanan saya dan teman-teman ke kabupaten Tapin. Lokasi ini merupakan salah satu lokasi beberapa teman saya menjalani KKN. Nah, kebetulan mereka berniat mengunjungi desa itu kembali. Jadilah, saya dan teman saya lainnya ikut serta. Ya, beginilah kecenderungan mahasiswa tingkat akhir. Di samping karena cukup banyak waktu luang yang dimiliki, kami juga berniat menghabiskan waktu yang tersisa bersama-sama. "Berkumpul lah saat lo masih bisa kumpul bareng temen", begitu.

Ada tiga destinasi yang ingin kami kunjungi, danau-goa-bukit. Sebenarnya, belakangan saya sadar tempat-tempat semacam ini entah bagaimana caranya mereka temukan. Jika kalian coba cari di google pun mungkin belum ada. -.- Memang, tempat-tempat ini bukanlah objek wisata terkenal seperti pulau kembang, pasar terapung atau pantai Angsana. Namun, jika untuk mendapatkan foto profil baru kemudian di-share di medsos dan kebahagiaan tentu layak sekali untuk dikunjungi. :D


Kalau saya, memang demen mengunjungi wisata alam, and I prefer to enjoy the moments.

Saya catat di sini untuk saya baca kembali di kemudian hari.

12.06.2014

OFI 6 - Journey to Padang

Ikut event nasional merupakan salah satu hal yang paling sayang untuk dilewatkan ketika masih ada di bangku kuliah. Begitu pikir saya. Maka dari itu, selain kegiatan-kegiatan organisasi seperti di Ismafarsi saya pun turut menuliskan target untuk bisa ikut OFI. Itu saya tuliskan bahkan sejak awal-awal masuk kuliah, tepatnya setelah saya tau tentang OFI. Saya ingat betul "Ikut OFI" tertulis di buku kecil biru itu. :)

Tahun berganti, kini sampailah pada masa-masa akhir studi saya. Hal itu juga berarti kesempatan untuk ikut OFI semakin dekat dan besar. Singkat cerita, akhirnya saya dan satu teman saya didelegasikan untuk mengikuti OFI ini. Bukan semacam dream comes true sih, tapi lebih tepatnya mimpi ini baru dimulai.

Begitu tahu acara keenam yang digelar tahunan ini dilaksanakan di Padang, saya sedikit cemas dan excited tentu saja. Sampai di usia ini, saya belum pernah ke Padang, Sumatera saja belum pernah. Kali ini pun, kami pergi hanya berdua. 

Di tengah-tengah jadwal yang sibuk, saya harus memikirkan antara menyusun naskah proposal skripsi, penelitian, magang dan persiapan OFI. Semuanya membuat pikiran dan kepala rasanya campur aduk! :D Hari makin dekat dan saya pun makin cemas, tapi apapun itu pasti akan berlalu.

Rabu, 26 November 2014 saya berangkat menuju Padang. Perjalanan menuju Padang harus transit terlebih dahulu ke Jakarta. Jarak penerbangan kedua kami yang lama membuat kami baru sampai di Padang sekitar jam setengah 6 waktu setempat. Pertama kali menginjakkan kaki di Padang, saya bengong. Pasalnya, saya sudah mulai tidak mengerti dengan bahasa orang-orang di sekitar saya. Serasa tiba-tiba berada in the middle somewhere. The feeling of stranger. :D

8.27.2014

Mensyukuri Kemudahan

"Bapak,  di sini kalau mau cuci motor di mana ya?" tanyaku.
"Cuci motor di sini nggak ada." jawab si Bapak dengan wajah sedikit heran.
"Oh kalau di desa sebelah ada pak?" tanyaku lagi.
"Motor yang mau dicuci yang mana? Itu?"

Aku mengangguk. Beliau bergumam bahwa motor itu kotor sekali. Jelas saja, beberapa hari yang lalu aku harus melalui jalanan selama berjam-jam dalam keadaan hujan. Sempat seorang ibu-ibu menawari aku dan temanku untuk mencuci motor di rumah beliau. Namun, ku tolak karena tidak nyaman. Akhirnya, kami (aku dan temanku) memutuskan untuk mencuci motor kami di desa sebelah tepatnya di tempat tinggal teman kami yang juga sedang menjalani KKN. Kami sedikit terpaksa mencuci motor kami sendiri di tepi sungai. Bermodalkan sabun dan peralatan pinjaman kami membersihkan motor yang super kotor itu.

Ah, tiba-tiba aku tersadar kita terkadang melupakan sesuatu yang menjadi milik kita saat ia ada di sekitar. Salah satunya adalah kemudahan. Di Banjarbaru--tempatku berkuliah, aku bahkan bisa memilih tempat pencucian motor dengan leluasa. Di rumah pun demikian. Sementara di desa ini, ada banyak kemudahan-kemudahan yang biasa ku nikmati tidak tersedia.

Di sini, kami harus berjalan beberapa meter untuk mencari tempat berbelanja makanan ringan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Itu pun tidak terlalu lengkap. Kami harus pergi ke pusat kota dengan perjalanan yang cukup jauh untuk menjangkau tempat yang menyediakan barang-barang yang lebih lengkap. Selain itu, pasar pun hanya ada satu kali dalam seminggu. Lain lagi soal mencuci baju, mandi dsb. Keterbatasan air menjadi persoalan yang kalau di Banjarbaru/rumah bukanlah apa-apa.

Segalanya menjadi sedikit sulit dan aneh. Ternyata, selama ini ada banyak kemudahan yang terlupakan. Hal-hal kecil yang sepertinya sepele ternyata punya peran yang kadang tidak disadari. Di sini, kami belajar untuk mensyukuri keadaan. Mencoba untuk memaklumi setiap kekurangan yang ada dan membuang jauh-jauh keeksklusifan. Kami, mencoba untuk sederhana.

Hal-hal di atas hanyalah satu dari sekian hal yang hilang. Satu dari sekian kemudahan yang selalu kami rasakan. Serta tentu saja, satu dari sekian pelajaran yang kami dapatkan.

7.20.2014

Berkemas



Hari ini adalah persiapan menuju KKN tahap 1. Meskipun hanya beberapa hari berada di desa rasanya berkemas tetap menjadi persoalan. Wanita memang agak repot soal ini dibandingkan pria. Sepertinya ada banyak sekali barang yang harus dibawa. Di saat seperti ini, semua hal/benda rasanya penting untuk dibawa.

Berkemas adalah salah satu hal yang cukup menarik. Terkadang, kita perlu ilmu atau bahkan sedikit trik untuk menjadikannya terasa mudah. Bahkan, saya sendiri memperlajarinya dari sebuah buku perjalanan Windy Ariestanty--di samping berdasarkan pengalaman.

Berkemas itu sama seperti kehidupan kita, kata Windy. Adakalanya, kita harus memilih mana barang yang harus dibawa dan mana yang tidak. Jangan sampai kita terlalu banyak membawa 'hal tidak penting' yang justru akan memberatkan perjalanan. Seperti itulah kita menyikapi hal-hal yang tidak cukup penting dalam kehidupan. Bagaimanapun, kita akan terus berjalan. 

Kita dapat memilih, menikmatinya dengan ringan atau justru terlalu repot dengan bawaan--yang pada kenyataannya kerap kali tidak diperlukan.

*yang kita bawa dalam perjalanan: barang, dsb.
*yang kita bawa dalam kehidupan: orang, kenangan, beban, masa lalu, dsb.

Tulisan ini saya tulis pada 14 Juli 2014. Tulisan seputar KKN lainnya akan menyusul satu per satu. Kebetulan, 2 minggu ini saya habiskan untuk mudik ke Kaltim dan KKN sehingga belum sempat menuliskan semuanya di sini. Selain itu, di desa saya KKN tidak ada sinyal handphone (untuk kartu saya). Jadi, saya masih memikirkan cara untuk konsisten menuliskan #30DaysChallenge #KKN. Sejauh ini, saya masih menuliskannya di buku catatan saya. Selamat menyimak bagi yang berkenan. :)


6.30.2014

Desa Tambak Baru - Martapura








Ini desa yang jadi sasaran untuk program Desa Binaan Dept. Jaringan dan Hubungan Masyarakat periode 2014 yang sedang saya pegang. Sementara ini akan saya tinggalkan untuk berkelana ke desa lain (KKN). Semoga di desa tersebut dapat panorama secadas ini! B)

6.28.2014

Journey 2: Angsana

Haloo.. Sepertinya sayang banget ya kalau cerita jalan-jalan itu dilewatkan. Waktu itu saya sempet males banget nulis tentang perjalanan ini. Tapi kembali lagi dengan alasan di awal tadi, kok kayaknya sayang banget. Lagi pula journey 1 dan 5 sudah saya post, masa yang ini nggak sih. Ya nggak papa deh ya kalau nggak sesuai urutan. :D Selamat menyimak!

Journey kedua keluarga86 setelah ke gunung adalah ke pantai. Pengen ngerasain jadi anak pantai gitu cyin! hihi. Selain itu pengen juga ngerasain santai kayak di pantai. Hehe. Kebetulan, kalau saya perhatikan nih, daerah wisata yang cukup jauh untuk orang yang tinggal di Banjarmasin dan Banjarbaru adalah pantai. Makanya, temen-temen kayaknya excited banget pergi ke pantai. Kalau saya sih, tinggalnya (aslinya) di daerah dekat pantai, 15 menit juga sampai. Makanya, saya senang tapi tidak se-excited waktu naik gunung.

Perjalanan kali ini adalah menuju Pantai Angsana, lokasinya adalah di di desa Angsana, Kec. Angsana, Kab. Tanah Bumbu. Kali ini, perjalanan ini diikuti oleh banyak sekali partisipan, haha. Ya lumayanlah dibanding Journey pertama. Ada sekitar 30 orang atau lebih yang ikut. Berhubung untuk menuju pantai ini kami harus menempuh jarak yang lumayan jauh, kami pun menyewa 3 buah mobil + 1 mobil tebengan. Jadilah 4 mobil yang siap sedia mengangkut kami semua.

6.24.2014

Sudah Siap KKN?

Waktu kadang tanpa terasa berlalu, entah karena kita menikmati segala proses yang ada atau justru sebaliknya.. tidak ada yang berubah dari diri kita.

Saya harap, saya ada di kategori yang pertama.

Ada banyak hal yang telah dilalui selama hampir 3 tahun menuntut ilmu sebagai mahasiswa. Suka, duka, tangis, tawa, terjatuh, berdiri, berlari, hampir semuanya sudah pernah dirasakan. Sejauh ini, nikmat tidak nikmat, semuanya dijalani dengan penuh rasa syukur. Karena ada banyak sekali hal sulit yang pada akhirnya terlewati dan saat ini saya bisa bilang, "Saya baik-baik saja".

Sekarang ada di sebuah titik, dimana zona nyaman akan kembali ditinggalkan. Saatnya menjalankan pengabdian. Beberapa bulan yang lalu, saya hanya bisa duduk menopang dagu mendengarkan hingar bingar cerita KKN. Cerita beberapa kakak tingkat dari kamar sebelah. Ada yang nelangsa, ada yang riang-riang saja. Lucunya, ada yang bahkan harus tidur di atas kardus, menerjang jalan berlumpur berjam-jam, berbuka puasa dengan air hujan, atau berjuang hanya untuk mencari makan.

Kini, saya yang bertanya-tanya. Akan ada kisah apa ya nantinya? Apakah nelangsa, penuh lara, atau
sukacita?

Ah, kita tunggu saja.
Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah Shallallahualaihiwassalam bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)
dikutip dari sini 

Semoga ini menjadi salah satu jalan untuk menjadi bermanfaat! Belajar dan belajar!

6.14.2014

Journey 5: 3030

Kalian tau tidak apa penyesalan terbesar saya setelah lulus dari SMA?

Bukan soal kejahiliyahan masa lalu, hehe. Bukan juga soal kenapa nilai UN saya hanya segitu. Bukan itu semua. Penyesalan saya setelah lulus dari sekolah menengah atas itu adalah, "Kenapa saya tidak meninggalkan lebih banyak lagi kenangan bersama teman-teman saya?" Kegiatan seni, olimpiade, debat, keagamaan, sampai organisasi saya ikuti. Tapi, saya masih merasa itu semua kurang.

Tiga tahun menjalin kebersamaan itu rasanya penuh dengan kenangan. Walupun kami seringkali mengadakan acara kumpul bersama di pantai, bahkan masih tetap melanjutkan agenda jalan-jalan lebaran bersama, saya tetap merasa kurang. Harusnya, masih ada lebih banyak lagi 'kegilaan' yang dapat dilakukan bersama-sama.

Kali ini, saya tidak ingin kehilangan itu lagi. Masa-masa dimana kita masih bisa menikmati kebersamaan dan segala hal ajaib bersama teman-teman. Dalam rangka tidak melewatkan masa tersebut angkatan kami "Keluarga 86" memiliki sebuah agenda yang baru-baru ini juga dilaksanakan yaitu Journey 86, suatu perjalanan menaklukkan 86 tempat. Haha. Keren ya. Saat ini kami sudah menjalani Journey ke-5, dan masih ada banyak rencana perjalanan lainnya. Seperti yang telah saya ceritakan sebelumnya kali ini saya tidak mau melewatkan kesempatan lagi.

Sejauh ini, saya masih tidak absent satu pun perjalanan. Mudah-mudahan saya bisa menunaikannya secara keseluruhan. :) Cerita tentang mendaki, menuju pantai angsana, ziarah, buka puasa bersama dan kali ini ke 3030 itu semua adalah agenda Journey 86. Oh iya cerita tentang pergi ke angsana belum saya ceritakan ya di sini. Mungkin, nanti.

Kali ini kami baru saja pergi bersama ke sebuah acara yang dipersembahkan oleh 3 (baca: Three). Jangan tanya soal acaranya, saya cuma punya tiga kata "Keren, kreatif abis!". Saya semakin yakin dengan kekuatan imajinasi, keren! Kadang, melihat acara-acara sejenis ini jadi merasa punya passion yang semakin kuat dengan dunia kreatif. :') In case, saya sekarang ada di jurusan yang lain. :D It's ok!

Sayangnya, saya lebih suka menikmati moment dan fokus melihat acaranya ketimbang mengambil foto saat pertunjukkan. Jadi, kalau kalian penasaran silahkan cari tau sendiri atau datang langsung ke acaranya, sepertinya mereka mengadakan tour ke banyak kota kok. Konsepnya adalah kehidupan kita di masa depan. Saya jamin seru!

Nah, karena saya tidak punya foto di dalam, lebih baik lihat foto-foto kami saja~ :D





Siap menuju Journey selanjutnya? Siap!

5.31.2014

Journey 1: Hiking Tahura

Baiklah, seperti biasa.. setiap ingatan dapat terhapus oleh masa, jadi saya akan menuliskannya di sini. Mungkin sebagai pengingat di kala lupa atau sebagai pelipur di kala rindu.

Cerita ini akan penuh dengan foto, pun kata-kata. Maaf jika akan sedikit berat pada koneksi anda. :D

Cerita ini dimulai ketika malam itu, salah seorang teman mengungkapkan idenya untuk mendaki gunung. Tidak, tidak sekelas Bromo atau Mahameru.. Kami hanya pergi ke gunung di dekat lokasi kami tinggal sementara ini.

Saya yang belum pernah mendaki ini tentu saja sangat excited. Saya memang lebih suka diajak untuk pergi menjelajah ke alam, ke tempat tradisional penuh etnik budaya, atau ke tempat-tempat dimana kotor bukanlah masalah, dan tentu saja menjadi diri sendiri adalah hal yang sah. Bukan apa, ada beberapa perjalanan yang justru di dalamnya kau hanya seperti mayat hidup yang bersandiwara dan merasa "aku harus bersikap seperti mereka".

Malam itu, tanpa pikir panjang saya katakan saya ikut. Tujuan kami ke sana adalah untuk melihat matahari terbenam dan terbit. Dan saya, menambahkannya untuk tadabur alam. Awalnya, rencana kami adalah pergi di sabtu sore dan akan kembali minggu sore. Tetapi apa dikata, hari itu kami harus mengikuti kuliah pengganti sebanyak 3 kali pertemuan. Sebenarnya tak masalah karena perjalanan masih tetap bisa dilaksanakan usai perkuliahan, namun ternyata cuaca tak cukup bersahabat sore itu. Langit muram, sore itu turun hujan. Terlebih angin yang berhembus kencang dan akhirnya memupuskan harapan kami untuk pergi. Kami pun menunda kepergian menjadi senin sore karena hari selasa adalah hari libur.

Meskipun sempat tertunda dan banyak teman-teman yang akhirnya membatalkan keikutsertaannya, saya tetap excited dan bersemangat. Sore itu, sempat diwarnai sedikit hujan yang awalnya mengkhawatirkan. Alhamdulillah, hanya sementara dan kami tetap pada rencana semula. Izin orangtua telah dikantongi, segala persiapan telah dilakoni. Kami siap berangkat.
Kaki-kaki yang akan melangkah lebih jauh dari biasanya :)

5.27.2014

[Story] Hiking Pertamaku

:D

Hai.. Hai..
Akhirnya punya kesempatan untuk menjelajah dan mendaki yang namanya gunung!

Kalau diibaratkan film atau video klip, nih saya kasih teaser nya, haha.

Kembali ke peraduan
Lelaki yang menanti matahari
Barisan bukit di kaki langit

I'll tell you the whole story! Segera!

3.30.2014

Dari Hati Ke Hati

Dulu saya pernah melakukan sebuah kesalahan. Ketika itu saya begitu kesal dengan adik tingkat saya, beberapa tepatnya. Bukan hanya saya,tapi teman-teman saya yang lain juga merasakan hal yang sama. Ini terkait dengan tanggung jawab mereka yang kami anggap kurang pada sebuah kepanitiaan acara. Saya salah satu yang menegur adik tingkat saya di depan saat evaluasi. Meskipun saya tidak sebut nama, tapi bagi saya sendiri jelas pesan itu untuk siapa.

Setelah mengeluarkan segala kekesalan saya itu, bukan rasa puas yang saya dapatkan. Entahlah, saya yakin bukan itu yang saya mau. Terlepas dari saya tipe orang yang tidak suka blak-blakan, saya justu  merasa ada yang salah. Diam-diam, saya menyesal. Bukan karena teguran yang saya berikan. Sungguh, saya benar-benar ingin melakukannya. Tapi, saya tahu yang salah adalah caranya. Saya menyesali cara saya.

Saya pikir, melakukan seperti apa yang dicontohkan kepada saya adalah benar. Namun ternyata tidak. Mungkin, dulu saya pernah ada di posisi dimana saya yang ditegur. Dan saya melihat itulah contoh bagaimana menegur itu dilakukan. Namun, sekali lagi saya katakan saya salah. Nasehat, teguran, adalah bentuk perhatian. Dan perhatian itu datangnya dari hati. Sesuatu yg datangnya dari hati itu ingin saya sampaikan sampai ke hati. Maka bukankah harusnya saya sampaikan dari hati ke hati?
Menegur seseorang di hadapan umum tidak akan menyampaikan pesan hati itu. Itu hanya akan menyampaikannya kepada akal. Pesan itu, mungkin akan menjadi sebuah pedang yang melukai perasaan. Bukan ilmu yang menjadikan diri lebih baik. Maka ketika dengan keras dan lantang saya lemparkan teguran itu, mungkin diam-diam ada hati kecil yang terluka. Mungkin, perhatian saya tertangkap menjadi bentuk yang berbeda.

Maka bersabarlah saudaraku, teguran itu, nasehat itu, datangnya dari hatimu bentuk perhatianmu. Jika kamu sungguh ingin memberikan teguran itu, maka pergilah mencari situasi dan kondisi yang tepat. Berdua, bertiga pun cukup, tidak perlu kamu buka kejelekan saudaramu itu. Karena sungguh, bukan kejelekanya yang sedang kamu tunjukkan melainkan kejelekan pribadimu sendiri.

Bukankah Tuhan saja menutupi begitu banyak aib-aib kita? Lantas, mengapa kita sendiri yang justru membukanya?

Pesan, nasehat, teguran itu datangnya dari hatimu (bentuk kepedulianmu). Tidakkah sebaiknya kamu sampaikan pesan hati itu kepada hati?

2.06.2014

[Story] Pramunas XV Malang

"Akankah saya melalui yang satu ini?"

Itulah pikiran saya berhari-hari yang lalu sebelum akhirnya satu minggu yang ternyata sangat menyenangkan ini berlalu. Akhirnya, meski badan saya remuk lelah setelahnya, acara Pramunas XV Ismafarsi di Malang terlewati. Sudah sejak dulu saya ingin berenang dalam lautan organisasi ini, namun melihat mereka yang telah berenang lebih dulu rasanya saya takut tenggelam. Lalu, diam-diam hanya menonton, serunya bermain air. :)


Sekarang, saya memahami, ketakutan saya akan tenggelam itu memang benar adanya. Namun, saya lupa di sana ada banyak teman yang akan membantu caranya berenang. Saya pun tenggelam, di dalam kehangatan sebuah keluarga baru. Rasanya tidak ingin mentas, rasanya ingin terus berlama-lama. Saya pun diam-diam bertanya, "Kenapa tidak ku lakukan sejak dulu?". Ah, memang selalu ada banyak hal luar biasa di seberang ketakutan kita. Sekali lagi saya membuktikannya.

Baiklah, setiap memori indah akan sangat disayangkan untuk dilupakan begitu saja. Oleh karena itu, izinkalah saya sedikit bercerita di sini, untuk mengikat memori itu jika suatu saat saya kembali ragu akan tantangan baru, atau di saat-saat saya rindu.

1.31.2014

Tetap Berdiri atau Berlari

"Bukan rasa pesimis yang akan dibawa pulang, tapi semangat membara untuk berlari mengejar ketinggalan."

Sesungguhnya setiap ada kemauan pasti ada jalan. Bersyukur bisa melihat kenyataan ini secara langsung (meskipun sedikit pahit dan perih), dan apa-apa yang diperlihatkan kepada kita boleh jadi adalah petunjuk. Adalah pilihan kita, untuk mau maju, atau tetap menangisi keterpurukan yang ada.

:)

31 Januari 2014

1.12.2014

Getting by Giving



Salah satu ajaran Ibu yang selalu saya ingat adalah pesan beliau untuk saling berbagi, terutama pada tetangga dekat. Dan untuk persoalan yang satu ini, saya tidak hanya diajarkan lewat petuah, nasehat. Namun, melalui sikap yang ibu tunjukkan. Ketika itu, setiap kali ibu memasak menu yang menurut saya enak dan tidak seperti biasanya, maka ibu akan meminta saya untuk mengantarkan semangkok masakan itu ke tetangga sebelah. Tepat saat masakan tersebut baru saja diangkat, sedang panas-panasnya.

Kemudian beliau berkata, Rasulullah ketika istrinya memasak, beliau akan berjalan-jalan dan mengukur sampai mana jarak masakan istri beliau tercium. Maka, sampai batas itulah beliau meminta istrinya untuk membagikan makanan tersebut. Saya, secara khusus tidak pernah mencari tau hal ini lebih jauh. Dari riwayat mana kisah ini, hadits siapa, dll. Tapi, yang saya tau, ada pesan baik di balik cerita Ibu saya itu.

"Jadi, kalau ada orang goreng ikan asin gimana ? Baunya kan kemana-mana?" canda kami.

11.30.2013

Kejujuran Itu, 15 Ribu Harganya



Ini kisah nyata yang saya alami beberapa hari lalu. Waktu itu saya sedang membeli makan malam di luar. Di salah sudut tempat makan itu tengah duduk dua orang asing yang sedang asik mengobrol berdua. Saya tidak terlalu paham, karena bahasa yang mereka gunakan bukan bahasa inggris apalagi indonesia. Saya kerap bertemu kedua orang ini, belakangan saya tahu mereka adalah mahasiswa di Fakultas lain.

Sembari menunggu, sesekali saya mendengarkan obrolan mereka meskipun tidak sepatah katapun yang saya pahami. Kebetulan antrian pesanan malam itu cukup panjang sehingga aku harus menunggu lumayan lama. Aku pun tidak melakukan apapun. Kecuali, berdiam diri.

Beberapa menit kemudian, pesanan kedua orang asing ini siap. Selanjutnya tentu transaksi terjadi. Kedua orang asing itu tidak bertanya banyak, yang satu menyiapkan uang satu lembar 100 ribu dan yang satunya lagi dua lembar, 20 ribu dan 5 ribu.

Bagian yang menarik perhatian adalah ketika sang penjual berkata harganya 9 ribu. Kedua orang asing ini tampaknya tidak paham dan berkata "ya ya ya" dan menyerahkan uang mereka begitu saja. Kemudian mereka menunggu. Sepertinya mereka sengaja memberi uang lebih. Ya, mudahnya saja ketika kita tidak tau harganya, beri saja uang lebih nanti jua diberi kembalian, beres.

10.24.2013

Tutorial Mengetik 10 Jari

Halooo.. lama nggak update tutorial kan ya? :)

Kali ini--yang sebenernya pengen banget sejak dulu--aku posting tentang mengetik sepuluh jari. Maaf ya, nggak bermaksud untuk mengalahkan atau mengurangi skill kalian kok. Sebenarnya kan banyak tuh yang lebih jago ngetik sampe 11 jari malah, eh ini aku malah mau ngajarin 10 jari aja. Kok malah dikurangin. :p


HAHAHA

Ah, ilmu ini juga baru-baru aja kok aku pelajari dan masih dalam tahap belajar. Awalnya, aku terinspirasi untuk mencari kegiatan yang bisa ku lakukan untuk mengisi  liburan semester lalu. Liburan semester genap itu lumayan lama dan sepertinya bakalan sia-sia kalau nggak diisi dengan sesuatu. Jadilah terpilih belajar mengetik 10 jari sebagai agenda pengisi liburanku. Sebenarnya, aku sudah mulai mempelajarinya ketika semester 4 lalu. Tapi, tau sendiri lah ada berapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Sementara, berlatih mengetik 10 jari harus dilakukan dengan rutin. Mau tau kenapa? Lanjutttt! :B

10.16.2013

Cerita Mudik - (Nggak) Jadi Bang Toyib

Assalamualaikum wr. wb..
Apa kabar semuanya? 3 hari nggak menyentuh menu create post rasanya ada yang kurang. Hihi. Kemana aja selama 3 hari ini? Wah, kali ini aku bisa jawab dengan hati riang gembira--tidak seperti 2 tahun berturut-turut yang lalu. Sebelumnya, aku mau mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha untuk semua umat Islam. Islam itu keren ya, dari urusan kamar mandi sampai dengan urusan negara diatur. Islam juga luar biasa, selalu mengajarkan penganutnya untuk saling berbagi dengan sesama. :)

Lanjut!

Kembali pada cerita, kenapa tahun ini aku lebih riang gembira. :D Alhamdulillah, tahun ini dikasih kesempatan untuk pulang ke rumah walaupun bisa dibilang hanya dalam waktu singkat. Sebenarnya, aku bisa pulang sejak hari Jumat sore sampai dengan rabu malam ini. Tapi, karena ternyata perkuliahan teknologi sediaan solid di hari Sabtu siang harus dilaksanakan makanya baru bisa pulang hari Sabtu sore. Nah, seandainya mau nekat pulang malam ini, juga bisa kok. Tapi besok ada 3 perkuliahan non-stop + praktikum farmakologi. Alhasil, nggak berani juga ngambil resiko mengingat ada banyak tugas yang harus diselesaikan.

Walaupun begitu, aku sudah cukup bersyukur karena bisa pulang tahun ini. Kalau seandainya nggak pulang (lagi) untuk ketiga kalinya, maka aku sudah seperti bang toyib yang nggak pulang-pulang selama 3x lebaran. -__- Ternyata, secara nggak langsung teman-temanku pun seperti bahagia sekali melihat temannya yang satu ini bisa mudik di tahun ini. Adaaa aja yang ngucapin selamat mudik, hati-hati di jalan dan ngedoain supaya selamat sampai tujuan. :D Ini, asal nggak pada minta oleh-oleh aja nggak apa-apa sih. :D

 

 Apa cerita unik di balik mudik kali ini? Selalu ada, dan nggak ketinggalan selalu ada yang absurd! :|

10.06.2013

Bitter-Sweet of "2nd Pharmacoterapy"

Mungkin ada yang merasa bulan Septembernya berlalu begitu saja. "Nggak kerasa ya sudah Oktober." Mungkin ada yang merasakannya. Namun bagiku, September tahun ini, benar-benar ada "rasanya", termasuk menunggu September tiba. Karena ada apa? INI!



Menjadi salah satu panitia di event 2nd Pharmacoterapy bukanlah pilihan mudah. Tetapi ternyata, menjalani hari-hari selama beberapa bulan menjadi--tepatnya--koordinator acara jauh lebih sulit dibandingkan mengiyakan tawaran ini.


Acara ini adalah acara tahunan di program studi farmasi. Tahun ini adalah tahun dimana 2011 adalah penggerak utama kegiatan-kegiatan kemahasiswaan. Aku adalah salah satu bagian kecil dari semua ini.

Menjadi koordinator acara itu berjuta rasanya, kalau nggak percaya coba aja. :) Setiap tim pasti punya tantangan masing-masing, dan kali ini aku akan bercerita tentang acara dari sudut pandangku.

Boleh ku bilang, beberapa bulan terakhir ini menjadi moment tersendiri dalam kehidupanku. Satu tahun ini, dan beberapa bulan terakhir telah memberikan rasa pahit dan manis yang silih berganti. Semenjak mengurus acara ini, aku tau bagaimana sulitnya sebuah ide itu didapatkan. Juga, bagaimana sulitnya membuat orang lain mengerti akan pemikiran dan ide yang kita buat.

Mencetuskan ide adalah hal pertama yang harus dilakukan ketika mempersiapkan acara ini. "Acara ini mau diisi--acara-acara--apa aja sih? Bagaimana caranya supaya acara ini jadi "beda" dan fresh. Itu adalah beban pertama yang singgah di pundakku. Mencari ide itu kadang susah-susah gampang. Kadang ya ada kadang ya mampet. :D Apalagi, aku ini salah satu orang yang terkadang pikirannya jauh lebih encer di waktu-waktu mepet (the power of kepepet) :D.

9.19.2013

Go Down Fighting Yu!


Setelah sekian lama akhirnya persembunyianku terbongkar, pertahanan yang sudah dibangun kuat-kuat akhirnya runtuh, hari ini. Mungkin bisa dibilang selama ini aku berbohong atau ya, sekedar menahan diri. Mungkin boleh dikatakan seperti itu. Apakah kebohonganku termasuk kejahatan atau bukan, aku tak tau. Terserah bagaimana orang lain menilainya. Aku hanya, mencoba bertahan. 

Bahkan untuk menunjukkan hal seperti ini saja aku tidak boleh. Begitulah pesan para tetua yang selalu mewanti-wanti. Tapi, untuk kali ini biarlah jika aku dianggap berdosa. Aku lega, juga sedikit merasa payah di saat yang bersamaan. Selama ini aku lah orang yang selalu berkata untuk kuat, sabar, dan tetap berjuang. Namun, hari ini rasanya aku seperti pendusta besar. Biarlah, mungkin hari ini benteng ku sedang berlubang.

Menangis di depan orang lain itu bukanlah kegiatan yang menjadi favoritku, bukan. Aku justru orang yang sangat membencinya. Tapi, taukah kamu? Terkadang, ada banyak hal yang sulit sekali untuk diungkapkan dengan kata-kata. Bahkan untuk mengeluarkan kata 'tidak' saja seperti anak kecil yang baru belajar bicara.