12.27.2014

Menulis

Sejatinya, menulis adalah tentang mengingatkan diri sendiri.

Saya kerap kali merasa apa yang saya tuliskan di media sosial atau pun blog terlalu bijak. Sebagian besar begitu, karena saya berpikir begitulah orang lain menilai saya. Namun, saya selalu menampik perasaan tersebut. Saya biarkan hati dan pikiran saya bersinergi menuliskan apapun itu yang lewat di pikiran saya.

Sampai pada suatu titik dimana saya merasa saya salah, merasa lemah dan perlu diingatkan. Saya buka kembali tulisan-tulisan itu. Tulisan yang dibuat oleh versi bijak saya, versi tangguh saya, dan versi kuat saya. Dalam keadaan seperti itu yang saya perlukan adalah tulisan-tulisan tersebut.

Karena lewat itu semua saya kembali diingatkan bahwa saya bisa menjadi seseorang yang demikian. Bahwa pesan-pesan indah nan menguatkan itu pun berasal dari dalam diri saya sendiri.

Begitulah..

Menulis sebenarnya bukan untuk orang lain. Melainkan bentuk lain diri kita yang mampu menyampaikan pesan dari hati kecil.

The Alchemist

"And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it."

Ini buku yang inspiring sekaligus nyebelin. Nyebelin karena bikin mikir terutama bagi mereka yang berniat melupakan mimpinya.


Mungkin suatu hari nanti kamu akan menyadari bahwa kamu tidak memiliki banyak waktu lagi untuk mewujudkan hal-hal yang selalu kamu inginkan. Ini inti dari satu bagian dimana sang Raja bertemu dengan si bocah. Duh, bikin saya mikir sekali.

Saya jadi berpikir, jangan-jangan membaca buku ini adalah bagian dari konspirasi jagat raya untuk membantu saya mewujudkan mimpi-mimpi saya. Saya kadang pesimis, kadang ngeri karena bermimpi, dan takut. Dan buku ini.. membangkitkan lagi semangat saya.


Ah.. menyebalkan.

Mungkin saya akan menceritakan lengkap buku ini nanti.

Men and Women Can't Be "Just Friends"

Topik ini sedikit menggelitik saya ketika saya membacanya di timeline twitter salah satu akun paling terkenal seantero mahasiswa di dunia maya. Pertanyaannya adalah, "Bisakah laki-laki dan perempuan jadi teman baik?"

Jawaban saya adalah tidak. Dua orang lawan jenis yang saling dekat tidak akan bisa hanya menjadi teman. They will become a lover too.

Ada yang nganggep orang yang nggak percaya laki-laki dan perempuan bisa jadi teman dekat tanpa ada perasaan adalah pihak yang punya rasa tapi dipendam atau mungkin yang mengutarakan tapi ternyata ditolak. Intinya, yang bertepok sebelah jidat lah. Hehe.

Kalau saya bilang mungkin bener, tapi mungkin juga salah. Nggak menutup kemungkinan sebenarnya dua-duanya saling punya perasaan tapi salah satunya sudah nyaman menjadi teman, jadi nggak berniat untuk mengubah kondisi tersebut. Bisa jadi, setelah ada sedikit perubahan 'status' malah jadi canggung dsb.

Kenapa saya bilang laki-laki dan perempuan itu nggak bisa jadi teman dekat tanpa ada perasaan? Ya karena memang begitulah kita diciptakan. Seandainya bisa, saya yakin di agama Islam nggak akan ada yang namanya batasan dalam pergaulan lawan jenis. Tuhan sudah menciptakan kita sepaket, hati, perasaan, kecendrungan, ketertarikan, itu semua udah dari sananya diciptakan. Bukan tanpa maksud tentunya.

Itulah yang membuat seseorang pasti bakalan punya perasaan terhadap lawan jenisnya saat mereka dekat, meskipun awalnya mungkin tidak pernah berpikir demikian. Bukan berarti benar-benar tidak bisa antara laki-laki dan perempuan itu dekat dan hanya berteman. Bisa! Buktinya, sepasang suami istri yang mampu bertahan selama bertahun-tahun bersama. Saya yakin mereka tidak hanya menjadi orang yang saling mencintai, tetapi juga menjadi sahabat dekat sesekali. Tapi tidak selalu kan?


Bisa jadi teman, tapi.... :)

So, keep your heart guys!


12.13.2014

Use it or Loose it

Gambar dari sini
 Ada satu pernyataan dosen saya sewaktu kuliah yang membuat saya tertegun. Saat itu dosen saya mengatakan, tubuh kita memiliki prinsip Use it or Loose it. Ketika tidak digunakan maka kita akan kehilangannya. Kebetulan saat itu yang sedang dibahas adalah apa yang akan terjadi pada sistem pencernaan kita jika kita tidak menggunakannya. Kemudian beliau melanjutkan, bisa jadi anda akan kehilangan 'otak' anda jika tidak menggunakannya.

Saya jadi teringat di lain kesempatan pernah membaca artikel mengenai 'cara astronot makan'. Pernahkah kalian mendengar bahwa astronot di luar angkasa hanya membawa bekal berupa kapsul untuk makan? Di dalam kondisi seperti itu tentu saja tidak memungkinkan untuk makan seperti biasa. Maka dibuatlah kapsul berisikan zat-zat yang diperlukan tubuh sebagai gantinya.

Pernah terpikir bagaimana jadinya jika kita yang di bumi juga melakukannya? Kita hanya menelan, tidak lagi memerlukan proses mencerna sebagaimana biasanya. Bisa saja lambat laun, manusia di masa depan tidak bergigi. Sekali lagi mekanisme Use it or loose it mungkin sekali terjadi.

Kemudian beliau melanjutkan, ketika kita melakukan suatu kesalahan maka akan ada suara-suara kecil yang muncul dalam diri kita. Ada yang memperdulikan namun tak jarang sebagian kita mengabaikan. Seperti mekanisme yang telah disebutkan sebelumnya--Use it or Loose it--maka bisa diprediksi lambat laun suara-suara kecil itu akan hilang ketika kita tidak menggunakannya (dalam hal ini mengabaikannya).

Ini dia titik kritisnya. Ketika memiliki suatu prinsip dan idealisme terhadap kebenaran, maka jangan pernah sekali-kali mengingkarinya. Sekali diingkari, suara hati kita akan membisikkan itu salah. Namun, ketika berkali-kali dilakukan kemudian diabaikan maka kita akan 'kebal' dan menganggapnya tidak ada. Sesuatu yang di masa lalu dianggap salah, maka suatu saat bisa dianggap benar. Begitulah mekanisme ini berlangsung.

Oleh karena itu, hati-hatilah. Boleh jadi mekanisme ini sedang terjadi pada anda, tanpa disadari.

Menang

"Pada akhirnya orang yang mengalah dengan ikhlas akan dituntun dengan cara-Nya dalam menggapai kemenangan. Percayalah."

-Hati kecilku-

12.06.2014

Hadiah Terbaik


Hadiah terbaik yang bisa kita berikan kepada seseorang adalah waktu, cinta dan perhatian kita. Bukankah ketika mendoakan seseorang dengan tulus kita telah memberikan semuanya? :)

Semoga tiga sahabat ini tetap menjadi sahabat sampai nanti. Semoga sukses dengan sidang Skripsi masing-masing. Kita bisa!

Allah, we'll do our best. Please, do the rest. :)

Nisa, Anyu, Mira

OFI 6 - Journey to Padang

Ikut event nasional merupakan salah satu hal yang paling sayang untuk dilewatkan ketika masih ada di bangku kuliah. Begitu pikir saya. Maka dari itu, selain kegiatan-kegiatan organisasi seperti di Ismafarsi saya pun turut menuliskan target untuk bisa ikut OFI. Itu saya tuliskan bahkan sejak awal-awal masuk kuliah, tepatnya setelah saya tau tentang OFI. Saya ingat betul "Ikut OFI" tertulis di buku kecil biru itu. :)

Tahun berganti, kini sampailah pada masa-masa akhir studi saya. Hal itu juga berarti kesempatan untuk ikut OFI semakin dekat dan besar. Singkat cerita, akhirnya saya dan satu teman saya didelegasikan untuk mengikuti OFI ini. Bukan semacam dream comes true sih, tapi lebih tepatnya mimpi ini baru dimulai.

Begitu tahu acara keenam yang digelar tahunan ini dilaksanakan di Padang, saya sedikit cemas dan excited tentu saja. Sampai di usia ini, saya belum pernah ke Padang, Sumatera saja belum pernah. Kali ini pun, kami pergi hanya berdua. 

Di tengah-tengah jadwal yang sibuk, saya harus memikirkan antara menyusun naskah proposal skripsi, penelitian, magang dan persiapan OFI. Semuanya membuat pikiran dan kepala rasanya campur aduk! :D Hari makin dekat dan saya pun makin cemas, tapi apapun itu pasti akan berlalu.

Rabu, 26 November 2014 saya berangkat menuju Padang. Perjalanan menuju Padang harus transit terlebih dahulu ke Jakarta. Jarak penerbangan kedua kami yang lama membuat kami baru sampai di Padang sekitar jam setengah 6 waktu setempat. Pertama kali menginjakkan kaki di Padang, saya bengong. Pasalnya, saya sudah mulai tidak mengerti dengan bahasa orang-orang di sekitar saya. Serasa tiba-tiba berada in the middle somewhere. The feeling of stranger. :D