4.25.2014

Keinginan dan Kebutuhan

Apa yang kita miliki saat ini belum tentu adalah sesuatu yang dulu sangat kita inginkan. Bahkan boleh jadi sesuatu yang dulunya amat sangat kita benci kini ada di genggaman kita. Kadang.. Ada banyak sekali hal yang kita inginkan di dunia ini, dan merasa segalanya pasti akan sangat indah ketika kita memilikinya. Ya.. Kadang, kita memaksa Tuhan untuk memenuhi harapan dan keinginan kita itu. Meskipun begitu, Dialah yang tau segala yang terbaik untuk kita. Maka tugas kita adalah senantiasa bersyukur. Namun, kita tetap boleh kan berharap? Jika keindahan itu--saat keinginan dan sesuatu yang terbaik untuk kita--terjadi di waktu yang bersamaan. Ya.. Saya akan tetap berharap. :)

4.08.2014

Fanatik Terhadap Agama (?)

Tadi malam, ibu menelepon saya. Ah, ibu saya ini seperti punya indera keenam, tahu sekali waktu yang tepat, di malam saat ujian tengah semester telah selesai. Kebetulan saya juga ingin ngobrol dengan ibu, kangen. Perbincangan malam tadi dibuka dengan menanyakan kabar, ibu bertanya beberapa hal tentang hari-hari saya, dsb. Lalu, tiba-tiba entah nyerempet  dari mana ibu mengajak membicarakan anak tetangga. Perempuan.

Ibu berkata, "Si anu sudah semester segitu, belum lulus dan nggak kerja mau jadi apa. Sikapnya jadi berubah gara-gara ikut kelompok-kelompok Islam yang beraliran itu yu. Makanya kamu jangan ikut-ikutan kayak gitu ya.."

Deg! Saya tiba-tiba merasa kaget dan tentu saja sedih. Apakah ibu saya ini tidak tau kalau anaknya di sini pun senang ikut Liqo meskipun tidak sampai seperti orang-orang yang dimaksud ibu saya. Lalu saya bertanya, "Masa' ikut pengajian, belajar agama nggak boleh ma? Ayu di sini ikut kok." kata saya.

"Ya, boleh tapi jangan kayak gitu, fanatik banget. Jadi nggak peduli sama orang lain."

Begitulah, gambaran kecil--sangat kecil--pemikiran orang-orang terhadap orang-orang yang kelihatannya menggenggam Islam dengan erat. Tunggu dulu. Biar saya ceritakan persolan ini dengan lengkap.

Dulu, saya termasuk orang yang berpikiran demikian. Saya termasuk orang yang pernah mendefinisikan seseorang sebagai yang fanatik terhadap agama. Saya memang bukan anak yang dilahirkan di lingkungan keluarga yang sangat agamis. Ayah saya bukan ustadz, ibu saya bukan ustdzah. Tapi, yang saya ketahui ibu dan ayah saya adalah orang yang selalu mengajarkan saya mengaplikasikan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Contoh, mungkin saya tidak pernah diajari menutup aurat dengan jilbab lebar, memakai cadar dsb. Namun, saya selalu diajari untuk berbagi makanan dengan tetangga, tidak pacaran, dan selalu menjaga sholat.

Ketika masuk SMP dan saya bilang ke Ibu saya ingin memakai jilbab, Ibu saya sangat mendukung. Ketika ibu saya punya makanan lebih, ibu saya mencontohkan untuk membaginya pada tetangga terutama makanan yang baik bukan sisa, saya diajarkan untuk memberi yang terbaik dari yang saya punya. Dan ketika saya pernah ketahuan pacaran, saya dimarahi habis-habisan. Saya selalu diingatkan Ayah, jangan lupa untuk membaca doa sebelum naik kendaraan. Bahkan, saya pernah diajari untuk menyingkirkan ranting di tengah jalan oleh ibu.

Mungkin, Ayah Ibu saya bukan orang yang awalnya saya definisikan sebagai fanatik agama. Tapi saya tahu, keduanya adalah sosok yang mengajari saya 'bagaimana menjadikan ajaran islam itu digunakan dan dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari'.

Kita kembali pada persoalan fanatik agama. Dulu saya juga punya pemikiran ini. Namun, setelah saya membaca dan menelaah, maka ada banyak pertanyaan yang muncul di benak saya.  Seperti, ketika ada wanita islam yang memakai jilbab lebar untuk menutup auratnya, apakah itu disebut fanatik? Awalnya saya berpikir, ya. Kemudian saya berpikir, bukankah itu memang perintah Allah pada setiap muslimah? Jadi, jika seorang muslimah menutup auratnya dengan benar sesuai aturan-Nya, menurut saya itu bukan fanatik, itu patuh/taat. Kini, saya melihat itu dengan pandangan yang berbeda.

Saya pernah diceritakan ada seorang muslim yang sholat tahajud dan puasa setiap harinya hingga dia lupa untuk menggauli istrinya & tidak pernah merasakan masakan istrinya yang sebenarnya sangat nikmat. Bahkan, dia tak tau dimana letak kamar istrinya hingga ditegur oleh sahabatnya.


 Itu yang saya kira fanatik. Mencintai sesuatu, sampai lupa dengan hal lainnya.

4.05.2014

Fenomena "Jilboobs"

Sedih, itu perasaan ketika pertama kali tahu tentang hal yang satu ini. Berawal dari salah satu info di IG akhirnya muncul rasa penasaran saya. Saya pun mencari apa sih Jilboobs itu. Ternyata ada banyak sekali kumpulan foto-foto muslimah yang dilecehkan. Mereka (maaf) tidak berpakaian minim, mereka pun memakai penutup kepala. Lalu apa yang salah?

Meskipun mereka semua memakai jilbab, namun mereka tidak mengulurkan jilbabnya sampai menutup dada. Ternyata di mata laki-laki tetap saja hal tersebut mengundang perhatian. Tiada kita ketahui ternyata hal tersebut membuat mereka membayangkannya. Maukah kalian muslimah menjadi subjek pikiran kotor seperti itu? :'( Tidak kan?

Makanya, Allah perintahkan untuk mengulurkan jilbab sampai ke dada.
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
(QS: Ann Nur; 31)