12.13.2012

Dear Myself

"Kamu tentu bukanlah orang yang sempurna dan kamu tidak harus menjadi sempurna. Tidak masalah karena kamu tetap bisa bahagia."
 Kata-kata itu yang terus gue katakan ke diri gue sendiri. Kenapa gue harus membuat diri gue sendiri lelah dengan menuntut semuanya sempurna? Kenapa gue harus terus menerus bersedih hati hanya karena berpikir "I'm not good enough"? "You're good enough yu, and there's nothing wrong with you." Kadang, capek dan lelah mengahadapi diri sendiri. Hati dan pikiran yang sebenarnya nggak pernah bertemu dan bilang "sepakat". Hati ini kadang jujur, kadang memaklumi, sudahlah kamu tidak dilahirkan untuk menjalani semuanya secara sempurna. Hiduplah dengan apa yang kamu punya, apa yang bisa kamu capai. Itu cukup. Tapi, pikiran ini selalu menjadikan hati ini merasa bersalah. Pikiran yang berangan terlalu tinggi. Terlalu tinggi hingga kadang di luar batas kemampuan gue. Bisakah hati dan pikiran ini berdamai?

Entahlah teman-teman di sekitar gue sebenernya menyadari atau nggak. Gue merasa termasuk orang yang perfectionist. Ya, kalian sudah semestinya menyadarinya. "Tolong jangan letakkan itu di sana." "Tolong kembalikan ke tempat semula." "Tolong jangan meninggalkan sampah di sini." "Tolong dirapikan." Sering kan  gue bilang begitu? Bahkan ketika gue melakukan suatu kesalahan yang menurut teman-teman hanyalah sebuah kesalahan kecil, yang "bukan apa-apa", justru gue terus menerus mempermasalahkan itu.

Satu hal yang menyedihkan dari sisi gue. Sifat ini, dari dulu adalah sifat yang gue sendiri nggak suka. Tapi, dari dulu juga gue bertanya-tanya bagaimana caranya agar hati dan pikiran ini berdamai. Bagaimana agar tidak selalu menyalahkan diri sendiri? Sesekali bisakah katakan, "Kamu tidak perlu menjadi sempurna yu." "Biarkan ketidaksempurnaanmu itu diisi oleh orang-orang di sekitarmu."

12.09.2012

Masa Kecil


Kalau flash back ke masa kecil dulu, bikin senyum2 sendiri.

Dulu aku diprediksi lahir kembar, kalau iya gimana ya? :D
Dulu kata ibu, aku suka dandan. Tentu masih ku ingat memori itu, baju kuning, sepatu mungil dan kaos kaki berenda yang kupakai. Ku bawa berjalan-jalan di sore hari sendirian.
Waktu itu ada sahabat bapak yang memintaku untuk menjadi anaknya. Tentu saja ku tolak. Aku takut dan hanya berani mengintip malu-malu dari balik pintu. Kemudian dipotretnya aku, sampai sekarang foto itu selalu membuatku geli. :)) Sikapku yang begitu justru membuatnya semakin menyukaiku, tapi pada akhirnya sampai besar begini aku tetap hidup bersama orang tuaku. Mana boleh aku diberi ke orang lain, mengingat aku anak perempuan satu-satunya waktu itu.

Aku termasuk anak yang jarang main di luar, biasanya aku malah membuat pusing ibu. Jelas saja, tempat tidur yang sudah disusun rapi malah ku ubah jadi rumah mini. Kalau ada teman yang mencariku ibu selalu bilang, "Ayunya lg nyusuh atau bisa diartikan sbg membuat sarang." :))